05

523 12 2
                                    

Rika POV

Pagi ini sarapanku adalah push up seribu kali.

"Sembilan ratus sembilan puluh sembilan....seribu! hoaaahhh..." aku langsung bablas tengkurep. Tubuhku banjir keringat. Tiba-tiba pintu kamarku di ketuk

"Sayang, turunlah ke bawah. Mamah sudah masak sarapan kesukaanmu."

Wah, aku sangat suka tinggal di sini. Banyak makanan, tempat tidur kingsize yang super empuk, dan kamar yang luas. Hanya satu yang aku tak suka. Tubuh yang lemah. Tak kurasa hidungku mengeluarkan darah.

"Shit..." umpatku.

Tak lama, James Bond muncul.

"Gaby tak bisa terlalu lelah. Sadarlah itu bukan tubuhmu. Kau hanya meminjamnya." ujar James Bond. Kata-katanya menusuk.

"Bukankah ini gara-gara lo salah reinkarnasi gue?! Gue mau hancurin tubuh ini!!!" ancamku sambil mencubit dan memukuli tubuh Gaby.

"Eh...eh jangaaaan!!!" James Bond mengeluarkan jurusnya, tiba-tiba tanganku terikat tali.

"Ih, lo tuh penyihir yaa?! Lepasin guee!" aku meronta-ronta.

"Aku harap, kau bisa menjaga sikapmu. Ingat, kau sudah mati. Kau hanya meminjam tubuh ini."

Once again, dia menohokku dengan kata-katanya. Aku memutuskan untuk mengganti bajuku dengan seragam sekolah. Kugerai rambut Gaby yang panjang terurai. Mungkin Gaby termasuk anak yang popular, wajahnya bisa dibilang cantik. Mirip dengan bintang film yang pernah kulihat di Billboard dekat sekolahku dulu.

Roknya terlalu pendek, ah sudahlah. Ingat, aku hanya meminjam tubuh ini. Jadi, ya kunikmati saja takdirku.

***

James Bond POV

Tak bisa dipungkiri sebagai lelaki, aku tak bisa menahan rasa deg-deg an saat Gaby, i mean Rika membuka bajunya dan mengganti dengan seragam sekolahnya. Bra warna pink yang ketat membuat gundukan dadanya menyembul. Aku jadi blushing sendiri.

"Hei bodoh, aku bisa mendengar suara busukmu itu. Kau suka ini kan?" tanpa sadar, Rika menyembulkan dadanya. Ia bisa mendengarkan suara hatiku. Gawat. Aku harus memperbaiki sistemnya. Aku kembali mengutak atik laptopku.

kring..kring.. handphoneku berdering.

"Yaaa! James Bond. Cepat kau kejar Gaby sebelum terlambat!" teriak suara bosku dari ujung telpon.

Gawat.. aku memperburuk situasi. Aku harus menghampirinya!

***

Rika POV

Aku makan dengan tenang, senang rasanya bisa menikmati makanan ini. Hahahaha.

"Mah, aku ingin nambah." kataku pada Mamah Gaby. Ia memandangku takjub. Ini sudah piring ke lima.

"Gaby, jangan terlalu banyak. Nanti kau mengantuk." cegah Mamah Gaby. Aku menghela nafas.

Akhirnya aku putuskan berangkat ke sekolah dengan diantarkan driver pribadi. Benar-benar berbeda seratus delapan puluh derajat dari kehidupanku sebelumnya.

SMA St. Angel

Sekolah khusus anak pejabat dan orang kaya. Bisa dilihat dari bangunannya yang super mewah, dengan patung malaikat berlapis emas di gerbang masuk. Parkiran yang luas, lapangan luas, ada tempat gymanstic, ada tempat fitness, kolam renang, benar-benar sekolah impian.

Seketika, James muncul. "Kelasmu di 11 Biologi." aku tetap mendengarnya, tetapi aku menikmati koridor yang mewah dengan lantai marmer. Aku celingak-celinguk takjub.

Sampai akhirnya aku bertumbukan dengan seseorang. Bruuuukkk...

"Duuuh..." keluhku sebel. "Jalan pake mata." aku membentaknya, saat menoleh ke arahnya. Deg.. jantungku berdegup.

"Lo masih hidup?" ujar laki-laki itu dengan nada merendahkan.

"Apa maksud lo?" balesku dengan nada tinggi. "Eh tunggu deh, gue kaya pernah liat lo. Ah! Di Rumah Sakit." Aku ingat, dia lelaki yang bengong di kursi roda. Sepertinya ia sudah sehat.

"Heh, Gaby. Lo jangan sok kecantikan. Lebih baik...lo mati!" ancamnya dengan nada yang rendah dan dalam. Tatapan matanya kilat menyambar mata Gaby. Sepertinya ia sangat membenci Gaby.

Jantungku berdegup dan wajahku memerah. Duuuhh ini badan kenapasih. Ngeselin. Malah jantungan di saat begini. Dasar lemah. "Lo gue maafin saat ini. Ini karena gue belom di tubuh gue. Tapi besok, lo akan abis sama gue." ujarku tanpa dipikirkan. Bodo amat, cowok itu udah mengusik gue.

Di kelasku, suasana mencekam. Aku benar-benar mengantuk. Tak tahu aku sudah tidur berapa lama. Hingga ada yang menggebrak mejaku.

Bruuuk.. meja itu mengenai perutku.

Aku membuka mata, melihat orang yang sudah mengusik tidurku. "Lo yang ganggu tidur siang gue?" aku melirik seorang gadis tinggi rambut dicat pirang menghampiriku dengan tatapan tak suka.

"Jangan deket-deket sama Taehyung! Dia cuma milik gue." Ia menjambak rambutku.

"Gue kasih tau ke lo, lo bukan lawan yang sepadan untuk gue." sahut gue menepis tangannya yang kurus dengan sekali tepak. Gadis itu meringis menahan nyeri tangannya yang terbentur meja.

"Gue peringatin..." brakk aku menendang mejaku hingga kursi di depan terjatuh. Gadis itu dan teman-temannya terkejut. "Gue gak suka ngelawan cewek. Kalian bukan tandingan gue. Paham?!" aku menggebrak meja dan mereka menggangguk kompak.

"Bagus, sekarang pergi. Atau lo semua akan menyesal!" akhirnya rombongan itu pergi. Aku berkemas dan beberapa anak menatapku agak takut. "Kenapa liat-liat?!" kemudian yang menatapku langsung menoleh, pura-pura tak melihatku. Aku langsung berdiri dan meninggalkan kelas. Sekolah ini membosankan. Aku rindu Gerry, Satya dan Nino. Apa kabar mereka, ya?

***

Love x Life (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang