33

77 3 3
                                    

VOTE and COMMENT PLEASE




Genap seminggu Gerry menghilang dari peredaran Rika. Hidupnya sangat tak bergairah. Biasanya Gerry selalu mengajaknya mencoba trek baru, atau bolos sekolah, atau jogging di taman dekat sekolah, bahkan iseng bertengkar dengan preman kampung. Kini kesibukannya hanya sekolah kemudian pulang. Tak ada ekstrakurikuler yang diikutinya.

"Hmm gak seru banget sih.." ujar Rika terdiam dipinggir lapangan basket. Mata Rika menatap malas pemain basket yang mendribble bolanya.

"Hoam.. gitu aja gak masuk. Cups!" sindir Rika pada salah satu pemain yang gagal memasukan bola. Rika berdiri menghampiri mereka dan merebut bola basket di tangannya.

"Satu, lawan enam." tantang Rika pada cowok di depannya.

"Serius?" tanya cowok itu gak percaya.

Tanpa menjawab Rika mendribble bola dan berlari gesit. Gerakan lay up berhasil membuahkan poin untuknya.

"Ayo! Pada bengong." sungut Rika gemas. Para pemain kemudian membuat pertahanan di kubu mereka. Rika benar-benar monster.

Poin saat ini sudah 12-9 untuk kemenangan Rika. Gadis itu belum menunjukan tanda-tanda lelah. Ia menshoot bola dari tengah lapangan dan... masuk sempurna!

Priiit priiit priiiit... Times up

"Apa gue bilang. Cupu. Udah dulu, bye!" Rika meninggalkan enam pemain basket itu dan berjalan mengambil tasnya. Ia melambaikan jempolnya namun kemudian membuat gerakan jempol ke bawah.

Ia melanjutkan jalannya dengan santai menuju halte bus depan sekolahnya. Cukup melelahkan berolahraga setelah sekian lama ia terbaring di rumah sakit. Kini Rika duduk di bangku halte menunggu busnya tiba. Tidak terlalu ramai suasana halte, hingga bayangan seseorang berdiri di hadapannya.

"Kau?" tanya Rika terkejut dengan pria itu.

"Kau ingat dengan apa yang kau lakukan dengan Gaby?!" bentak Taehyung keras. Suaranya memancing tatapan sinis beberapa pejalan kaki.

"Gaby? Aku bahkan tidak tahu dia siapa. Sepertinya kau salah orang." jawab Rika. Tak lama busnya sampai dan ia berjalan melewati Taehyung.

"Kau yang menyuruh Gerry untuk menyiksa Gaby." getaran suara Taehyung membuat Rika menatapnya kembali.

Tin tin.. klakson bus tak sabaran menunggu Rika hingga akhirnya pintu tertutup dan pergi. Rika terdiam tak menaiki bus tadi. Ia menatap Taehyung. Pria itu menangis.

"Maaf. Aku tidak mengenalmu, bahkan Gaby. Aku sempat kecelakaan dan tak sadarkan diri. Kupikir kau salah orang." Rika menepuk bahu Taehyung. Pria itu menepisnya kasar.

"Kau yang membunuhnya!" teriak Taehyung membuat Rika takut. Kemudian Rika tak sadar menangis.

"Aku... aku benar-benar tidak tahu!" Rika kemudian berlari kencang dari Taehyung. Tangisnya semakin keras. Kenapa rasanya sakit ketika Taehyung membentaknya. Apa yang terjadi sebenarnya? Rika memilih duduk di bangku taman.

"Erika?" panggil Dafa, teman kecilnya.

"Hei Dafa. Maaf aku sedang dalam kondisi buruk. Sebaiknya kau pergi." Rika menunduk menghapus air matanya. Namun Dafa memilih duduk di sampingnya.

Dafa meraih tangan Rika. "Kau lupa? Kau bilang bahwa kau hanya ingin menemuiku jika sedih." Dafa mengusap air mata Rika perlahan.

"Kau ini ngaco. Aku ini baru bertemu lagi denganmu. Bahkan kecelakaanku kemarin karena aku mau mengajakmu duel. Ayo sekarang duel denganku. Mungkin dengan begitu kesedihanku akan hilang." jawab Rika bersemangat.

Bukan Erika yang "itu", batin Dafa. Ia jadi tertawa sendiri. "Hahaha ternyata dia sudah pergi. Yasudah, kau pulanglah. Aku mau pergi dulu." pamit Dafa masih tersenyum.

"Tunggu." Rika menarik tangan Dafa. Pria itu menoleh. "Sebenarnya apa yang terjadi sebelum aku masuk rumah sakit?"

***

Entah kenapa Rika merasa masih tak habis pikir dengan penjelasan Dafa. Intinya Rika yang waktu itu adalah bukan Rika yang sekarang. Dan Dafa sejak kapan akrab lagi dengan Rika? Aneh.

Gerry berhutang penjelasan padanya. Ada apa sebenarnya dengan Gerry? Ia ngeri terjadi sesuatu pada Gerry. Bagaimanapun juga mereka adalah sahabat.

Rika menghela napas. Ia merapatkan jaketnya karena udara malam semakin dingin. Rika berjalan perlahan menuju rumahnya.

Setiba di rumah, Ibunya tidak berkomentar apa-apa melihat anaknya yang murung. "Nak, makan malam dulu." panggil Ibu Rika dan tentunya diabaikan oleh Rika.

Entah Rika merasa seperti ada yang hilang dalam hidupnya. Saat melihat Taehyung kenapa hatinya begitu sedih? Kenapa ia merasa begitu dekat dengan pria itu?

Tiba-tiba handphone miliknya bergetar.

"Halo?" sapa Rika.

Helaan napas di seberang sana membuat Rika terbelalak. "Boss, kau di mana?" suara Gerry membuat bola mata Rika terbuka.

"Kau yang dimana?" sahut Rika kesal.

"Aku sedang berada di suatu tempat. Keluarlah." suruh Gerry.

Rika berlari menuju pintu kamar dan keluar rumahnya. Taraaa.. Gerry sedang menghirup dalam rokoknya.

"Brengsek! Kau mau mati? Kemana saja kau?!" Rika menjambak rambut pria itu. Gerry hanya terkekeh.

"Kau tahu? Hari ini aku bertemu pria bernama Taehyung. Dia aneh sekali. Menangis menatapku dan menyalahkanmu karena membunuh pacarnya. Aku saja baru bertemu dia di Rumah Sakit. Kau kenal?"

Deg.. Gerry terkejut pastinya mendengar itu. "Kau baik-baik saja? Dia tidak menyentuhmu?" tanya Gerry panik.

"Tentu tidak! Tapi... dia selalu menyebutkan nama Gaby. Siapa sih Gaby itu? Kenapa aku dituduh membunuh Gaby?" sungut Rika emosi.

"Ah tidak usah dipikirkan." Gerry menginjak puntung rokoknya. "Besok aku ke sekolah. Sampai besok." Gerry kemudian pergi meninggalkan Rika sendiri.

"Taehyung..." gumam Rika tanpa sadar. "Eh, kenapa aku memikirkan dia?" Rika panik memukul kepalanya pelan dan masuk ke dalam rumahnya.

Di dekat rumah Rika, Taehyung berdiri melihat Rika dan Gerry yang tertawa berdua. Rasanya ia ingin membunuh keduanya. Ia coba menahan. Akan lebih baik jika ia membalas dengan menikam keduanya secara perlahan.

Smirk khas Taehyung terpampang di wajah tampannya yang lelah. Ia berjalan menuju suatu tempat. Balas dendamnya harus segera dilakukan.

***

Love x Life (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang