Kenyakinan

566 54 56
                                    

Benar-benar sangat emosi berhadapan dengannya yang notabennya adalah laki-laki pencemburu. Masalahnya ini sangat melewati batas atau bisa disebut cemburu buta. Aku tahu sebulan lagi adalah rencana pernikahan kamu namun gelagatnya ini membuatku kaget total.

Tak bisa kubayangkan sebelumnya dia akan seperti ini. Aku seperti melihat reaksi banteng melihat kain merah yang dipegang oleh matadornya. Memang sih dia tidak kasar kepadaku, tetapi ekspresinya itu sungguh membuat malu aku saat di kantin karyawan.

Saat itu kami sedang makan siang dengan menu lauk ala makanan indonesia tetapi bisa juga dibilang warteg hehehe cuma bedanya ini naik kelas karena berada di dalam gedung. Kejadiannya kronologinya seperti ini.

"Sa... kamu makan yang banyak ya.... kan kamu akan nikah sama aku jadi harus sehat ya... ehemme." Kamu berbisik sambil malu karena yang aku tau dia orang yang tidak romantis.

"Iya Hanan... Disa makan nih, cuma kalau banyak-banyak nanti perutku sakit." Aku tipe orang yang jaim didepan orang terutama doi padahal makannya banyak.

"Ouh gitu ya... padahal kata mamamu hahaha... " ketawa lepas menyebalkan.

"Eee... apaan sih... boong tau, mama itu sering ngledek aku doang, kalau aku ngemil atau makan dibilangin terus takut gendut" aku ngeles.

"Aku belum selesai yang eh dek... Disa, kalau kamu berat juga gak papa aku akan minum jamu terus." Dengan kekocakannya yang tidak terlihat romantis bagiku.

"Kamu ini..." balasku

Tiba-tiba datang seorang laki-laki yang tampaknya seumuran denganku dengan membawa sejumlah keripik dengan aneka rasa dan menaruhnya di kantin kantor. Wajahnya tak asing sepertinya aku pernah mengenalnya di masa dahulu tetapi aku samar-samar ingat.

Sedikit memori dengan wajahnya saja mungkin bisa jadi muka pasaran, atau sales atau apalah aku tak peduli. Namun namanya juga cewe kalo lihat cowo bening dikit mlengos dikit pandangannya betul?. Hanan langsung menutupi pandanganku dan aku terkejut.

"Ehhh... maaf Han cuma sepertinya aku kenal." Ujarku.

"Gak papa Sa..." tersenyum dikit.

Aku langsung melanjutkan makan siangku bersama calon suamiku dengan paduan jus sehat. Tiba- tiba ada yang menyodorkan salah satu keripik singkong.

"Mau keripik? Enak loh... ini cocok untuk dimakan sambil ngobrol, soalnya gue tau kalo lo suka ngemil." Pria itu tampak tidak canggung berbicara denganku.

Deg... aku menghentikan makananku dengan sekejap.

"Ngomong-ngomong anda siapa ya? Tidak sopan pake lo... memangnya anda kenal saya...? " jawabku dengan makanan yang masih belum ditelan.

"Heiii... kamu ini memang gak sopan ya... " lsahut Hanan kepada pria itu sambil meletakkan sendoknya.

"Maaf-maaf salah orang. Maafkan saya bu, pak saya karyawan marketing baru di perusahaannya ini. Maaf atas kelancangan saya." Detailnya.

"Oke... oke... kamu bisa panggil saya Disa dan ini Hanan kepala marketing di perusahaan ini." Jelasku.

"Dissaaa?...." dengan nada bertanya.

"Ya..." tukasku.

"Saya adalah Soni Septian..." kenalnya.

Hahhhhh.... nama itu... nama.... yang benar-benar aku ingat. Aku terkejut. Dan kembali melihat wajah pria itu sembari berjabat tangan. Seperti suara atap seng yang di sentuh, benar-benar mengejutkan. Tampak berbeda dari yang dulu, kini tubuh kerempengnya mulai berisi tampak tegap. Wajahnya bersih tanpa ada noda jerawat.

Cinta Semanis VanilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang