Nilai Berharga

46 13 12
                                    

Beberapa pasang mata melihatku di setiap sisi jalan. Bahkan ketika berada di kantor aku terkesan menjadi pusat perhatian. Memang aku sudah menyadari sebelum beranjak dari rumah. Banyak orang yang akan heran dengan gaya busanaku hari ini.

" Disaaa, yaa ampun gue kaya lihat kim kadarsian tau " sambil ternganga Sari memuji.

" Biasa aja dong liatnya... "

" Ya gak lah, hari ini loe cantik banget... tapi loe kayak gak nyaman seh...  "

" i iya ini, aku gak terbiasa seh Ri " dengan raut muka menunduk.

" Yaudah gak usah malu kaya gitu, pede aja lagian " menyemangati sambil tersenyum.

" Disaa... " terdengar suara berat memanggilku.

" Hanan... " menyapa dengan senyumku.

" Ini dia wanita idamanku... " tersenyum dengan pandangan tajam sembari mencubit daguku. " Aku kerja dulu ya, nanti habis jam kerja kita makan malam "

" Ya Han "

Hari ini pertama kalinya aku memakai pakaian yang menurutku sedikit sexi. Dipadukan dengan rok sepan mini dengan atasan feminim. Ini sebenarnya bukan gayaku tapi apa boleh buat, baju ini adalah pemberian Hanan.

Ku lanjutkan langkahku menuju keruanganku dengan penuh senyum semangat. Kuraih gagang pintu ruanganku tanpa memperhatikan pemandangan sekitar karena lamunanku tentang pujian Hanan. Kurasa pintu terasa berat untuk kutarik. Ku coba terus hingga hembusan angin mengagetkanku.

Fuuuhhhh !!!

" Hahhh !! " terkaget dengan tatapan tajam.

Seseorang tersenyum padaku setelah menahan pintu yang akan di buka.

" Memangnya aku debu apa ditiup-tiup ?! "

" Kamu bikin aku membara, jadi ku tiup "

Wajahku memerah tidak karuan.

" Gak ada urusannya, minggir aku mo kerja "

Soni mempersilahkan dengan gerakan tangannya.

Akh aku akhir-akhir ini sangat kacau. Apakah ini kedewasaan yang membingungkan. Menghadapi masalah, hal-hal yang tidak aku inginkan dan harus aku hadapi. Tetapi aku sadar aku mulai merasa tidak tentram karena keberadaan Soni yang seperti sekarang. Benar-benar tidak karuan.

Jam menunjukan waktu rapat telah dimulai. Masing-masing karyawan memasuki ruang rapat satu persatu. Aku duduk sebelah Hanan, sembari mempersiapkan kebutuhan rapat untuk presentasi. Tibalah terakhir seorang anggota marketing yang merupakan staf pindahan dari kantor pusat. Ia duduk disamping Hanan. Aku tak tahu posisi dia seperti apa di kantor. Yang aku tahu dia hanya staf rekomendasi.

Kalimat per kalimat telah di sampaikan di depan umum. Setiap karyawan mempresentasikan ide pemikirannya. Yang paling membuatku tercengang yaitu hasil presentasi dari orang di sebelah Hanan yang sangat cakap membawakannya. Ia adalah Soni. Luwes dan menyakinkan, namun aku lihat Hanan sempat menolak idenya. Dan alih-alih mendengar saran lain yang lebih menyutujui ide Soni.

" Gimana sayang.... usul dari dia apa bagus ? " Hanan berbalik bertanya kepadaku yang tengah melamun melihat presentasi Soni.

" Oh... bagus kok, jadi hal ini akan lebih baik memajukan perusahaan dengan...blablabla " sambil meringkas kembali yang Soni presentasikan.

" Kamu jangan terlalu bersemangat gitu, kamu hanya perlu nyemangatin aku "

Hanan menorehkan senyum menyeringai kepadaku sambil memegang tanganku sontak terlihat di depan staf rapat.

" Ini umum, aku malu " aku berbisik kepadanya sambil melepas pegangannya.
Soni yang melihatnya terkekeh sambil tersenyum menyeringai. Hanan yang melihatnya langsung menutup presentasinya dengan memutuskan menggunakan ide Soni.

*   *   *

Malam tiba, aku memutuskan untuk menunggu Hanan di pintu Loby depan. Loby depan kantor ini sangatlah nyaman bagiku. Disamping itu Hanan masih membereskan beberapa berkas. Kemudian aku menaiki lif agar lebih cepat sampai. Ada beberapa orang berada di life tersebut hingga turun beberapa diantaranya. Tinggallah aku dan seseorang. Kulihat pantulan itu dengan seksama sampai aku tengok langsung.

" Mau kemana sih malam-malam gini belum pulang ? " tanyanya.

" Ya... kalo punya pacar yang pasti makan malam lah "

" Dinner gitu... "

" yah sama aja, ujungnya kenyang juga kan ? "

" Gak tahu " meledek.

Huhh kuhempaskan nafas.

" Kamu juga kenapa belum pulang lagi nunggu siapa ? "

" Ouhh mau tahu banget ya " memiringkan senyum namun ku alihkan pandangan ke depan pintu lif." Aku mo nunggu seseorang sampai orang itu pulang dengan selamat.

" Siapa emangnya ? " bertanya lagi.

" Pokoknya ada... " sembari melepas jaket yang melekat di tubuhnya. " Ini kamu pake ini aja, kamu itu lebih terhormat memakai ini. Wanita itu harus terlihat berharga " seraya menaruhkan jaket di pundakku. Kamu pulang cepat dan istirahat saja. Lihat mukamu pucat masam " Kemudian dia beranjak pergi.

Ku terus berfikir yang telah dikatakannya. Memang aku tak nyaman memakai pakaian yang dibeli Hanan. Akhirnya ku benarkan jaket yang menempel di kedua pundakku.

" Han, malam ini aku tidak bisa diner, aku sakit, kepalaku sakit "

" Duhh ko bisa seh, giliran aku siap dengan semuanya "

" iya..iya maaf nanti kapan-kapan kita jalan diner "

Sambil menyutujuinya Hanan menepuk-nepuh bahuku.

" ouhhh iya ini jaket siapa... ? " ouuh aku lupa.



Hay Readers !!! Thank you for looking my story💓💓💓
Don't forget to Vote and Commen ya ;)




Cinta Semanis VanilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang