Awal Baru Sebuah Hubungan

159 36 37
                                    

Benar-benar tak cocok semuanya. Dress yang aku pakai. Restoran yang arsitekturnya romantis dan musiknya sangat berlawanan dengan perasaanku yang sedang berkecamuk. Sedih, kesal, tak terima dengan keputusanmu. Tetapi aku masih ingin tahu apa yang menyebabkan ini menjadi keputusanmu. Aku pun bertanya kepadamu yang mempunyai wajah penyesalan.

" Kenapa... apa penyebabnya? Apa karena kamu gak suka lagi sama aku Han? Atau kamu gak percaya lagi sama aku ? Atau pasti ada kata-kata Soni yang buat kamu begini ? " tanyaku sambil tersedu-sedu.

Sambil menghela nafas Hanan mendekati kursiku dan mengusap-usap kepalaku kemudian tersenyum kecil.

" Sayangggg.... aku sayang kamu Disa, dengerin aku dulu ya... shsuhsususu.... " sambil menenangkan tangisanku.

" Lalu apa penyebabnya... apa karena aku belum cukup umur? Aku udah kenal kamu tiga bulan, aku sudah yakin dan cocok sama kamu, apa kamu gak percaya sama aku Han ? " dengan sedikit emosi.

" Dis... aku dengar semua yang kamu omongin ketika di kantor belakang. Aku gak peduli kamu dan Soni di waktu dulu. Aku hanya ingin menyiapkan semua ini dengan sebaik-baiknya tanpa tergesa-gesa. Aku percaya jodoh itu gak kemana. Aku ingin mempersiapkan lebih matang menjadi suami yang lebih baik juga dan tentunya menjadi ayah yang lebih baik juga untuk anak kita nantinya " ujar Hanan.

" Tapi kapan kita ke pelaminan ? " tanyaku dengan sedikit kesal.

" Udah gak sabar ya... ? " goda kamu.

" Ihhh apaan sih bukan itu. Aku cuma mau mastiin " tegasku.

" Dis... ternyata setelah aku fikir-fikir dan pertimbangkan, banyak hal yang belum aku persiapkan. Insyaallah dengan berjalannya waktu aku akan siap " ujarmu.

Jawaban apa ini? Benar-benar tidak spesifik banget. Yah! Walaupun begitu, setidaknya Hanan melegakanku dengan pandangan matanya yang sangat tulus. Mungkin karena aku terlalu terburu-buru mengiyakan Hanan melamarku pada awalnya. Waktu itu setelah kita mengenal selama tiga bulan rasanya ingin sekali menjadi pendampingmu. Dari pengalaman teman-temanku aku menyadari untuk harus berhati-hati memilih pasangan. Ketika kita telah yakin kepada seseorang, jangan ragu untuk memulai hubungan yang lebih serius. Itulah yang membuatku seperti itu. Atau mungkin aku takut karena masa lalu yang menghantui... ?

" Dis... kamu kenapa melamun ? " tanya Hanan.

" Tidak, tidak apa-apa kok. " tersenyum.

" Maafin aku ya... yang terburu-buru melamarmu saat itu. Kemudian sekarang kamu kecewa karena aku " dengan nada rendah.

Terdiam sejenak.

" Mungkin aku yang salah karena terlalu ingin memilikimu. Karena aku takut, aku takut bertemu seseorang yang buruk di luar sana " menundukkan kepala.

" Dis... kamu jangan khawatir. Selamanya aku tetap bersamamu. Kalau ada apa-apa bilang saja, aku akan selalu menjagamu " katamu.

Tersenyum dengan lega. Kedua tanganmu meraih pipiku ketika duduk disampingku. Matamu yang penuh keikhlasan memandangiku sambil tersenyum. Tak ada kata-kata apapun yang terucap yang ada dua mata yang saling memandang. Tanpa terasa bibirmu meraih lawannya dengan lembut. Perasaan kita saling berbicara satu sama lain. Aku tidak bisa menghindari bahasa kalbu ini. Walaupun ini yang pertama tetapi aku telah yakin hati ini untuk siapa. Dimanakah harus berlabuh untuk terakhir kalinya. Entah kapan, tetapi aku akan bertahan untuk perasaan ini. Malam berlanjut dengan berdansa bersama. Hanan aku akan menghargai ini sebagai awal dari sebuah hubungan kita.

*  *  *

" Hei... kamu sudah batalkan ?! " kata Soni ketika berpapasan dengan Hanan.

" Dengar ya... bukan berarti aku berpihak kepadamu ya... Aku hanya ingin mempersiapkan semuanya lebih matang " Hanan menentang.

Cinta Semanis VanilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang