Last Mistake

75 25 2
                                    

Di sebuah gapura sekolah aku bersender menunggu kedatangan Soni.

" Dis... loe lagi nunggu siapa? " tanya Gina.

" Oh... ah gue lagi nunggu Soni karena ada perlu "

" Mo gue temenin ?"

" Gak usah, gak papa kok sendiri aja "

" Yakin? Soalnya gue liat dari kemaren-kemaren sikap kalian berdua aneh deh, dan gue nanya Soni juga dia diem aja padahal dah gue ledek suka ma elo " sambil melirik.

" Dia gak ngomong apa-apa ? "tanyaku penasaran.

"Eh itu Soni, gue duluan ya Dis ? Gak enak ganggu " senyum menyeringi seakan tahu.

Dengan sigap aku segera mencegat dia yang hanya menggendong tasnya dengan satu tangan. Disa menangkap lengan Soni yang lenggang. Kemudian Soni langsung menatap Disa dengan tatapan tajam.

" Kamu ada waktu gak ? "

" enggak ada ! " jawab Soni yang kelihatannya masih ngambek.

" Dih, ini seriuus Son. Gue mau pergi jauh! Jadi tolong gue butuh waktu sama loe ? " sambil ngotot.

" Maksudnya ??? " tanya dengan heran.

" gue tunggu di taman emeral ya jam 3 ? "

" Sebentar, gue gak mau di situ ! " bantah Soni.

" Trus dimana donk ? "

" gue mau di rumah nenek gue "

"  Oke baik " nurut karena tidak ada lagi pilihan.

Dengan segera berlalu Soni meninggalkan aku. Aku merasa suasana ini berbeda ketika kita masih bercanda bersama, sambil melakukan sesuatu secara bersama. Rasa asyik, seru, bahagia sekarang berganti dengan rasa canggung, perasaan bersalah, merasa menghianati perasaan, dan bingung apakah suasana yang sedang ku rasa saat ini.

" Lama banget! " gerutu Soni.

" ya maaf, habis loe gak bareng sih tadi jadi gue rada lupa jalannya "

" ini loe bawa apaan sih kaya mo piknik ? " meledek aku.

Yah cuma snaik biar gak bosen kalo dimana-mana "

Aku berusaha  mencairkan suasana yang telah beberapa hari telah pudar membeku dalam kebisuan. Ku letakkan sebuah alas dekat pintu belakang rumah nenek agar kami dapat duduk di lantai. Terlihat luas sebuah pemandangan kebun nenek. Di setiap tepi-tepi terdapat bunga-bunga yang mekar menyilaukan mata dengan warna-warnanya. Terdapat juga beberapa penghuni yang bersangkar dengan bunyi merdunya. Gemercik air mancur mini di kolam menambah kusyu memandang. Angin yang semilir juga menemani di soree hari itu.

" Hei... dimakan dong ini snaiknya enak-enak "

" Bukain ouh... " namun pandangannya Soni tetap fokus kedepan sambil duduk dengan tangan memenggang kedua kakinya.

" Ciii... manjanya adikku " sambil memandang sebelah wajah.

" Kamu mau pergi kemana ? " dengan suara berat khasnya yang telah berubah semenjak tumbuh jakun.

Menarik nafas dengan pandangan menunduk, aku berusaha memulai kalimat darimana.

" Aku dapat beasiswa ke Singapore Son, aku ingin meraih cinta-citaku menjadi seorang pebisnis sukses "

" Kenapa jauh-jauh kuliah?, toh di jakarta juga banyak ko beasiswa "

" Ah kan kamu tahu Son kalo kakak kan ingin terus mencapai target yang lebih tinggi dari kemampuan, kalo biasa-biasa mah..."

Setelah menoleh ternyata terlihat mata ber kaca-kaca seperti akan keluar butiran air.

Segera Disa membicarakan masalalu menyenangkan bersama Soni agar menghentikan sedihnya.

" Kamu masih inget gak waktu nenek kasih kalung ini, Dia bilang, ku harus mengejar mimpiku. Karena kalo aku nanti ingin jodoh yang terbaik, aku harus menyetarakan dengannya, setidaknya pantas untuknya. Dan tiba-tiba kamu muncul dan bilang ke nenek kalo aku gak boleh nikah, trus nenek muter-muter kejar kamu sampe kejedog pintu kamu nangis haahha "

" Ya... inget, malah aku tambah disumpahin ma nenek, tapi aku jadi kangen nenek kamu Dis "

" Kamu kan punya nenek "

" Nenekku gak perhatian, dia lebih memilih di kampung semenjak adikku meninggal "

" Ah sudahlah Soni jangan kamu inget-inget kalo ujungnya sakit "

" Aku juga inget kalo kalung kamu gak boleh dicopot selain yang nyopot kekasihmu "

" iya... katanya kalung jodoh, ah nenek itu  cuma ingin aku jadi bagian dari hidupnya aja kok,,,  ! "

" Kamu tega banget mo ninggalin aku, kamu gak mikir perasaan ku ! Selama ini aku kagum sama kamu, aku kuat karenamu, aku bahagia jika bisa sama kamu. Dan berjalannya waktu aku mulai faham kalo aku gak rela kamu dekat dengan cowo lain. Ternyata aku jatuh cinta sama kamu setelah beberapa tahun saling menyayangi "

" Son, aku gak ngerti kenapa bisa jadi gini, kamu tahu aku gak mau persahabatan kita rusak ? Aku gak... "

Tiba-tiba Soni menoleh ke arahku dengan tatapan beda. Tatapan penuh ungkapan seperti ingin mengatakan sesuatu. Aku terpaku, hingga aku susah untuk berkata-kata.

" Tetaplah disini, jangan pergi ke luar negeri. Aku cinta sama kamu Disa... " dengan mata tajam dan memegang kedua pundak Disa.

Aku gak bisa terus begini, jantungku bergerak begitu tidak karuan. Tetapi aku harus tetap fokus pada impianku.

Aku berfikir mungkin sebaiknya ada hal yang perlu aku lakukan agar bisa memutus perasaannya padaku. Mungkin bisa membuatnya merubah fikirnnya.

" Pffff... hahhaha loe tu ya, gue itu gak naksir ma loe tapi di paksa-paksa gitu. Lagian ya kalo loe mau tau, gue suka cowo yang maskulin, kulitnya halus bebas dari jerawat, dan satu lagi punya mobil sedan yang bisa dibuka kaya di drama korea gitu, trus pastinya cowo berdasi "

Sepertinya omonganku itu terlalu sadis dan menyinggungnya. Aku melirik kearahnya, tampah wajah kesal dan geram sepertinya ia marah.

" Ikut aku ! " dengan menarik tanganku.

" kau mau apa! " pekikku.

Aku di kunci di sebuah ruangan rumah nenek yang tak lama digunakan. Aku terkejut segera ku gedor-gedor pintunya.

" Soni loe kenapa sih, bukain gak pintunya ! "

" Gue gak mau bukain pintunya, batalin gak kalo gak gue marah "

" Ya tapi jangan kaya gini donk caranya, ko loe berubah sih? Loe kaya bukan Sony yang gue kenal. Bukain gak ! "

" Gue buka setelah gue yakin loe batalin ke luar negri ! "

" Hah gak bisa gitu donk, seenaknya saja, loe bukan masa depan gue. Emang loe bisa bikin nasib gue berubah hah ! "

" Gue punya sesuatu buat elo, nanti gue akan tunjukin tolong tunggu di ruangan ini dulu, gue gak akan nyakitin elo Dis "

" Tapi gue takut kalo disini ada laba-laba huaaa, gue pobia banget. Kurang ajar banget sih elo "

" Maafin gue Dis " dengan nada merendah.

Aku terus menggedor-gedor pintu yang tampak sudah tua itu sambil memanggil-manggir Soni. Tetapi nampaknya suara langkah Soni mulai menjauh pergi.

Disaat itu aku merasa tidak karuan. Aku takut terjadi sesuatu. Tanpa fikir panjang aku berusaha keluar dengan segala cara. Sampai akhirnya aku bisa melarikan diri darinya.

Aku teringat ayah Soni pernah berkata kepadaku. Jika Soni ada sesuatu yang lain pada diri Soni agar aku selalu berhati-hati saat bersamanya.

Vote, komen dan saran sangat diperlukan ya gyuss
Thankz Dear 💕💕💕

Cinta Semanis VanilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang