Terancam

55 9 6
                                    

   Langkah kaki gadis itu terus bergerak menjauh. Dalam batin, kenapa ia begitu bodoh. Dia tak tahu lagi harus menghindar dari Soni. Perasaannya sekarang berkecamuk antara marah, kesal dan... kecewa. Ya, baginya saat ini telah menjadi orang yang bodoh. Bahkan dia pun melupakan notificati yang selalu ditunggu yaitu Hanan.

Disa Pov
Heh, kenapa aku harus memikirkan dia sih
Aneh, gara-gara selalu saja menggangguku
Aku sampai melupakan Hanan
Ah ya, tumben sekali belum ada notifikasi darinya

Panas terik siang ini sangat mengganggunya. Apalagi dengan perasaan kesalnya yang menjadi-jadi membuat dia badmood saat itu.

Sebuah mobil sedan berhenti persis di depannya sehingga mengagetkan dari lamunannya. Merasa langkahnya tercegat, Disa memperhatikan dengan seksama pengemudinya. Keluarlah pria berkacamata hitam dengan setelan kaos dan kemeja. Kaki jangkungnya hanya berbalut celana denim selutut.

"Ayo aku antar kau pulang." Ajak Soni.

"Mengapa kau mengikutiku terus sih? Selesaikanlah acaramu hari ini."

"Aku meminta ijin kepada teman-temanku."

"Memangnya kau tak bosan apa menggangguku? Aku kan sudah punya tunangan."

"Aku hanya menawarkan tumpangan, jika tak mau ya tak apa."

Hendak pergi, tangan Soni tercegat oleh Disa.

"Baik, aku akan ikut."

Kemudian Sony membukakan pintu mobbilnya.

Sony tersenyum. "Aku ingin bertemu ibumu dan meminta maaf jikalau dulu aku mempunyai salah."

"Apa." Tanyanya kaget.

"Ya, Disa, maukah kau menjadi temanku lagi?"

Disa terdiam. Lalu ia tersenyum.

"Aku tidak akan memaksamu, tetapi saat ini ijinkan aku untuk berteman denganmu." Terdiam kemudian melanjutkan percakapan kembali. "Aku sunggung bingung, aku merasa orang disekitarku tak ikhlas. Ada sesuatu yang selalu mengganjal tapi aku tak tahu. Setiap aku ingin mencari sesuatu, langkahku selalu tercegat oleh seseorang. Aku merasa kasih sayang orang tuaku tak seperti orang tua kandungku."

"Loh kenapa seperti itu?"

"Aku tak tahu Dis harus bertanya kepada siapa lagi."

"Bukankah kau telah lama tinggal bersama keluargamu?"

"Aku tak tahu, sepertinya ada yang dirahasiakan dari asal usulku."

Huuhhh Sony menghembuskan napasnya.

"Tanyakan saja apa yang ingin kau tanyakan, tak usah sungkan."

"Kau sekarang banyak berubah ya, dari sifatmu?"

"Aku belajar banyak darimu."

"Aku? Apa yang aku lakukan?"

" Kau tak ingat? Baik aku yang akan ceritakan, dulu kau selalu mengajariku banyak hal. Bagiku kau sosok dewasa yang aku kagumi. Bahkan rasa traumaku hilang begitu saja karenamu."

Sejenak gadis itu menarik napasnya sedikit. Lalu melontarkan pertanyaan kembali.

"Lalu aku kan sudah jahat padamu, tetapi kenapa kau masih saja..."

"Karena aku melihat ketulusan hatimu Dis."

Disa menundukkan kepalanya mendengar pernyataan itu. Mendengar hal itu, ia seperti menyesali perbuatannya dahulu telah meninggalkan Sony. Namun yang membuat heran, adalah ketegaran Sony yang sekarang berbeda dengan yang dulu.

"Maafkan aku ya, aku telah jahat kepadamu." Mengatakan dengan pelan sembari menengok ke arah Sony.

Sony yang melihat ekpresi Disa hanya tersenyum.

"Tak apa Dis, maafkan juga aku yang dulu." Sembari tersenyum.

Selang beberapa menit tibalah mereka di depan rumah Disa.

Sony memantapkan langkahnya memasuki gerbang rumah Disa.

"Kau tidak takut?" Tanya Disa.

"Kenapa aku harus takut?"

"Disaa kau kemana sa...."

Bola mata mama Disa terhenti pada wajah Sony.

"Siapa ini Dis?"

"Ma ini Sony tan."

"So sony siapa ya?"

"Saya Sony Septian tan, teman masa kecil Disa."

"So sony...?" Tanya mama kembali.

"Iiiyaa tante."

"Kau beda sekali, .....hemmm sebaiknya kita masuk dulu."

Keadaannya sekarang begitu canggung. Tampak mama Disa melirik ke arah Sony namun sekejap berbalik arah. Sony menangkap masih adanya ketidaksukaan mama Disa terhadapnya sehingga ia menunggu waktu yang tepat.

"Tante, maafkan Sony yang dulu. Sekarang Sony telah berubah. Sony mohon tante bisa maafin segala kesalahan Sony."

Dengan berkaca-kaca memohon sembari membungkukkan badan.
"Saya maafin kamu, tetapi tolong jangan ganggu hubungan Disa dan Hanan. Hanya itu yang tante minta."

Mama Disa menatap dengan serius. Sony menerima permintaan tantenya walawpun ada terblesit rasa kecewa.

Perbincangan berubah ketika mama Disa menanyakan tentang kehidupan Sony. Ternyata memang mama Disa orang yang baik karena masih bisa memaafkan perbuatan Sony yang dulu membuat Disa trauma terhadapnya.

*   *   *

Handphone berdering notifikasi. Disa meraih barang itu di sebuah meja. Tampak sebuah kalimat yang ia tunggu sejak seharian muncul.

Hanan messeage,
Maaf Disa, seharian aku sibuk menemui acara temanku.
Aku belum bisa menepati janjiku, maafkan aku Dis

Disa messeage,
Tak apa.

*   *   *

Pria bertubuh gemuk tengah duduk di sebuah bangku. Ia menatap layar proyektor yang sedang ia jalankan. Dari balik pintu terdengar suara ketukan.

"Masuk." Jawab pria setengah baya itu.

"Saya sudah temukan silsilah keluarganya Bos."

"Baik, sampaikan semua bukti ini ke dia, karena dia menunggu waktu yang tepat untuk menjatuhkan wanita ini. Balasan adalah yang tepat tentang perbuatannya di masa lalu."

"Baik Bos."

Readers! Apa kabar kalian^^
Thankz udah sempetin baca ceritaku yak
Semoga menarik, kalo bisa kasih komentar
dibawahnya n vote juga 💖💖😉😊

Cinta Semanis VanilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang