Fatamorgana

67 22 5
                                    

Sebuah pemandangan yang luas terpampar di depan mataku. Dataran hijau yang begitu asri diselingi dengan pepohonan yang rindang. Disitu berdirilah seorang pria tinggi berkulit sawo matang menyenderkan punggungnya di pohon tersebut. Ia menoleh ke arahku sambil tersenyum kecil seakan ingin memanggilku. Aku mengenalinya, ya... dia Hanan. Aku berlari kecil menghampirinya. Hampir benar-benar dekat, ia menjulurkan kedua tangannya seakan ingin meraihku. Hampir sedikit lagi meraihnya....

" Hey... kau pergi sana, aku gak mau sama kamu ! " aku mengelindur ternyata cuma mimpi.

(Percikin air) " Ayo bangun! Tumben banget sih dibangunin susah, ayo kamu dah telat ngantor Dis ! " mama menegaskan sembari terus memercikkan air.

" Ukkhhh... iya iya aku bangun " sahutku.

Sower membasahi kepalaku yang mencoba mengingat isi mimpi semalam. Ya, orang itu yang bagiku sangat menyebalkan. Datang tiba-tiba menutupi pandanganku terhadap Hanan. Seperti Fatamorgana tidak bisa ditebak. Herannya aku, kenapa bisa orang yang kutinggalkan bertahun-tahun, orang yang sudah kutolak mentah-mentah masih saja berharap bahkan di mimpipun. Ahhh anoyed banged dech. Akhir-akhir ini aku memikirkannya bahkan walaupun aku tak mau. Ya Tuhan tolonglah hambamu ini, berikanlah petunjuk.

Hari ini adalah kembalinya Hanan dari perjalanan bisnisnya selama seminggu. Kenapa aku merasa sangat bersalah kepadanya karena membiarkan seorang laki-laki mengajakku. Ahh aku pikir aku tidak salah, karena nyatanya aku hanya ingin menyelesaikan namun kenyataannya aku yang telah di bodohi olehnya. Bisa-bisanya ia melakukannya, membuatku menjadi tanda kedua. Alamak ampun tolong jangan mikir ke situ. Ia hanyalah bayangan masa lalu ku, sekarang masa depnku adalah Hanan.

" Udah lama nunggu ya sayang... " sapa Hanan mengagetkanku.

" Ah iya Han, kamu ngagetin sih " kaget banget sambil memukul kecil.

" Ini aku bawakan sesuatu buatmu " sambil menyodorkan sebuah tas kecil.

" Wahhh apa ini "

" Buka saja sayang "

" Ini... wah cantik banget syalnya "

" Iya Dis, kamu pasti sangat cantik saat memakainya. Sini aku pakaikan "

Aku tersenyum karena tunanganku ternyata sangat perhatian. Aku kemudian melanjutkan pekerjanku setelah meninggalkan ruangan Hanan.

Keyboard aku mainkan dengan jari jemariku. Aku termasuk orang yang sangat teliti dalam mengerjakan tugas walaupun dengan cepat aku bisa asalkan dengan konsentrasi.

" Syalnya jelekkk, gak pantes dipake " tiba-tiba muncul suara lirih di telingaku membuat aku terkejut.

" Eh kodok, kodok " kebiasaan latah Lol.

" Bhhahah sejak kapan kamu latah Sa... " tertawa terpingkal-pingkal di ruangan khususku yang aku tak tau kapan dia masuknya.

" Dasar ya, sopan sedikit sih ko bisa masuk kesini sih, ngagetin orang pagi-pagi ! "

" hahahah " ternyata masih ketawa.

" Emang kenapa latah, salah...  no coment ya "

" Ya ya deh jangan ngambek, tapi bener itu syal mending copot aja " sambil melepas syalku.

" Iddihhh siapa sih elo !sensi banget ini syal aku suka-suka "

" Heloow gue juga gk kenal kwkwkw eh kamu dah besar gak sopan ngomong lo gue lagi tahu ! "

" ya ya maaf, emang napa seh aku gak boleh pake syal ini, masalah banget deh "

" Soalnya ini dari Hanan " menatapku serius.

" Da darimana kamu tahu "

" Aku tahu karena punya mata batin kakak "

" Ciih sok ngengilmu deh "

Kulihat Soni mengeluarkan sebuah kalung yang melingkar di lehernya yang tertutupi kerah bajunya kemudian melepasnya.

" Ini kamu pake ini aja "

" Ini kan ka kalung nenek, udah aku aja yang pasang "  dengan suara lantang aku berontak.

" Diem " suranya lebih merendah sehingga membuatku menurut.

Akhirnya Soni mengalungkannya di leherku. Entah mengapa perasaanku sedikit canggung. Apalagi jika teringat saàt-saat bersamanya yang telah kupendam. Ditambah lagi ia mulai menanam kembali kenangan walaupun aku tak menginginkannya.

" Ehhh lama banget seh " melirik tiba-tiba " huaaaa bikin kaget, liat apaan seh ! "

" Kamu sekarang tambah jelek "

" Biarin lah gak usah peduli, sana kerja lagi kalo gak aku bilangin ke bos deh "

" Oke " sambil berbalik dengan cepat.

" Son, terima kasih ya kalungnya " aku berkata ketika ia tengah membalik badan.

Namun ia hanya menengok dan tersenyum menyeringai.

Mau tidak mau hal ini yang sekarang harus aku hadapi. Dilema oh bukan ketetapan hatiku diuji disini. Dan aku berharap pilihanku nanti adalah yang terbaik.

*  *  *

Seorang tamu datang dengan penampilan yang memukau. Tinggi semampai berpenampilan modis membawa tas kecil yang ia selempangkan di samping pundaknya. Aku melihatnya ketika sedang mengantarkan tugas ke karyawan baru. Ku dengar ia menyebutkan sebuah nama kemudian seorang karyawan mengantarkan wanita itu masuk ke sebuah ruangan. Itu adalah ruangan Hanan dan ku pikir Hanan jarang menerima tamu diluar buku perjanjian. Mungkin ku pikir investor atau apalah.

" Eiii itu kan mba Safira yang dulu " seseorang membicarakan tamu tersebut tak sengaja kudengar.

" Oohh aku ingat, iya itu tuh mantannya Pak Hanan "

" iya yang dulu dicampakkan Pak Hanan "

" Kata siapa di campakkan, mungkin di putuskan iya " aku menyahut obrolan mereka " namanya juga mungkin gak jodoh " lanjutku.

" Ehh bu Disa " kata salah seorang karyawan.

Kenapa saat ini aku merasa kelihatan kurang informasi dari orang yang benar -benar penting. Padahal selama 4 bulan ini aku selalu bercerita tentang kehidupan pribadi. Dan yang herannya aku pernah bertanya soal mantan namun Hanan mengelak dan bilang tak punya. Aku semakin penasaran apa...

" Hey lo bengong mulu... " sahut Gina.

" oh ah.. iya, Gin aku mau tanya deh "

" Iyaa Dis, gue akan jawab ?"

" Apa Hanan punya mantan ? "

" Han..han..hanan ? "

Entah mengapa kali ini Gina gugus saat ku tanyakan masalah itu

Vote and komen kamu penting loh 😉 Thankz ya Dearrs💓💓💓

Cinta Semanis VanilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang