Pelindung

43 14 29
                                    


" Udahlah itu cuma orang bukan penampakn, gak usah dilihatin. Tar loe naksir dah "

" Loe kira gue mata keranjang ya, asalkan loe tau gue ini tipe cewe setia, setiap tikungan ati2 hahhah "sambil tertawa Mira berkata kepada Gina yang masih berada di Kafe tersebut.

" ahhaha eh...eh... kalo dilihat-lihat pernah lihat dimana ya ? Duh sms Disa yuk takut itu orang mencurigakan " Gina tersadar dari pandangannya.

* Disa Pov
Malam yang dingin menemani di derap langkahku. Suara angin hilir berbisik di malam itu. Aku termasuk orang yang pemberani, tetapi tetap was-was di jalan yang sepi. Karena sebelumnya aku tak tersadar sudah terlarut untuk pulang. Bunyi handphone menggetkanku di malam yang pekat ini.

Gina Meseage
Disa, hati-hati ! Ada orang yang memperhatikanmu. Pulang dengan cepat ya,? Kalo loe dah nyampe rumah kabarin yak ?

Aku langsung membalas dengan tangan gemetar. Kulihat di sekelilingku untuk berhati-hati. Namun tak terlihat orang asing yang mengikutiku. Tanpa membuang waktu, ku percepat langkahku.

Beberapa meter telah berlalu, terlihat kumpulan anak muda yang sedang berkumpul dengan motornya. Sepertinya salah satu dari mereka mabuk. Aku tak berfikir jalan ini akan berbahaya, karena seperti biasanya ramai pedagang. Jadi ku lanjutkan langkahku dengan cuek.

" Hey... cantik mo kemana ? " salah satu dari mereka menggodaku sambil memegang sehelai rambutku.

" Maaf permisi saya mo lewat "

" Eiit bayar pajak dulu cantik " salah satu lenganku dipegangnya.

" Woii pacar loe tar marah godain cewe lain " salah satu dari lainnya.

" Gak peduli, lagian yang ini lebih manis, dan gak bawel kaya pacarku".

Ohh... tidak, menurutnya aku harus segera menghindar, kalau tidak berbahaya.
Walaupun hanya satu orang saja yang menggoda, tetapi perasaanku takut sekali.

" Sini sini, ngobrol ama abang, temenin abang ".

Situasiku begitu kalut saat menghindarinya. Andaikan ada pacarku disini pasti terasa lebih aman. Saat ini aku begitu sangat takut. Tiba-tiba nafasku terasa berat, kepalaku sedikit pusing karena cengkraman pemuda itu.

" Jangan ganggu cewe itu "

Tiba-tiba terdengar suara laki-laki bermasker.

" Kenapa sih elo Son, "

" Udah lepasin kalo gak !"

" Oke- gue lepas, emang dia siapanya elo sih "

" Dia itu... Disa..."

" Ouhh maaf y non, kita tadi bercanda "

Aku termangu dalam keheranan. Desah suara berat menyadarkanku lewat bisikan telinga.

" Dah ayo pergi, jangan lama-lama disini berbahaya " terdengar suara yang tak asing.

" Woiii sadar, capek tahu nungguin yang gak pasti. Cari aja yang lebih baik Son " teman yang mabuk.

" Ayo, nanti aku jelaskan " sambil memapah kedua pundakku yang masih lemas karena syok.

Tiba di depan rumahku, sejenak pria itu menyuruhku singgah di sebuah batu besar depan rumahku. Sepertinya dia ingin menjelaskan suatu hal yang penting.

" Kamu pasti udah nebak ya ? " sambil membuka maskernya.

" Hah Soni... kenapa kamu ngikutin aku "

" Diih geer, makanya dengerin. Jadi itu temen-temen aku yang kebetulan nongkrong disini . Tadi temen aku lagi patah hati jadinliat kamu yang cantik jadi gemes"

Akun tersipu.

" Tapi aku jarang lihat mereka makanya aku heran. Trus temenmu yang mabok itu bikin serem aja, kenapa bisa kenal mereka sih ? "

" Akhh itu... udahlah jangan difikirin yang penting sekarang aku antar kamu pulang dulu " sambil tersenyum menatapku. Tetapi tak terasa tanganmu mengusap kepalaku tanpa kau sadari. "Akkh maaf ..." tersipu.

Tentunya aku pun begitu. Situasi yang kuhadapi sekarang sangat berbeda dari dahulu. Sambil menyusuri jalan aku terus berfikir.

" makasih ya sudah mengantarku "

" Lain kali hati - hati ya jangan pulang malem "

*Autor Pov

Di sebuah sisi jalan tampak beberapa pemuda berjejer menunggu kedatangan Soni.

" Ohh itu yang namanya Disa bos ? "

" Iyaa... "

" Jadi kalian tahu kan sekarang seperti apa Disa ? Ya dialah orang yang aku ceritakan dahulu sama kalian. Jangan sampai ia tahu tentang kita "

" Oke deh bos "

*     *    *

* Disa Pov

Serasa setelah merebahkan badan segala beban terasa ringan. Apalagi kejadian tadi membuat sedikit adrenalinku memuncak. Untung saja ada Soni, memang kesalahankujuga yang pulang larut malam tanpa sadar. Kututup mata lelah ini namun masih terbayang sesuatu. Tiba-tiba detak jantungku berdegup kencang hingga perasaan aneh muncul. Teringatlah beberapa menit lalu aku terasa mengenal sosok lain Soni. Lebih dewasa, lebih tenang dan ku merasa terlindungi olehnya. Anehnya lagi aku teringat ketika rambut sebahuku yang ia usap-usap dengan disuguhkan sedikit senyumannya. Kenapa tidak beraturan seperti ini.

Cring!!!

Tanda notifikasiku berdering mengagetkanku yang hampir saja terlelap. Tertulis sebuah pesan dari nomor baru bertulis.

Istirahat yang cukup, makan yang teratur, dan mimpikan aku
By. Soni

Da darimana Soni mendapatkan nomorku.  




Cinta Semanis VanilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang