He is mine

1.2K 36 1
                                    

Sesampainya dirumah Andrian, kami turun dari mobil.
"apa ini rumahmu? " Stella melirik Andrian dan menunjuk rumah itu.
"hm" jawab Andrian
"Stel, sebaiknya kita ke apartement ku saja ya" aku mengajak Stella untuk pergi ke apartementku.
"memangnya apartementmu dimana?" tanya Stella
"disana" jawabku seraya menunjuk bangunan diseberang jalan.
Stella hanya melongo setelah tahu tempat tinggal kami berseberangan.
"hm, baiklah. Setelah kupikir aku akan dirumah Andrian saja" Stella melihatku dan merayuku agar menurutinya.
"Stel, apartementku saja" bujukku.
"baiklah. Stefi kau tunggu saja aku dirumahku. Aku takkan lama" kata Andrian untuk menengahi kami.
Andrian masuk ke dalam mobilnya dan membuka kaca mobilnya.
"hubungi aku kalau ada apa-apa ya" pesannya dan langsung menginjak gas nya.
Setelah Andrian semakin jauh, Stella menarik tanganku.
"yuk, kita ke dalam saja" ajak Stella, aku menurut dan masuk ke rumah Andrian.
"waahh, rumah semewah ini dia hanya tinggal sendirian?" tanya Stella.
"aku juga bingung. Seharusnya ada pelayannya" kataku, Stella melihat isi rumah Andrian dan berkeliling rumah Andrian.
"eh, itu si Sharon gimana? Apa dia tau bahwa kau dan Andrian sudah balikan? " tanya Stella.
"sepertinya belum. Karna Andrian sembuhnya kan mendadak juga" jawabku.
"terus gimana? Apa kau bisa menjelaskannya? " tanyaku.
"kurasa cepat atau lambat dia akan tau sendiri" jawabku dan menundukan kepalaku.

Kriing.. Kriing..
Telepon rumah Andrian berbunyi, dan itu sedikit mengejutkan kami.
"kurasa kau harus mengangkatnya" kata Stella.
"tapi, aku kan bukan yang punya rumah" kataku menolak suruhan Stella.
"bagaimana jika itu penting? " Stella berusaha meyakinkanku agar menjawab telepon tersebut.
Aku pun berjalan menuju telepon itu dan ragu-ragu mengangkatnya, begitu diangkat aku hanya diam.

Hallo..
Sayang, kamu sibuk? Mengapa lama sekali mengangkatnya. Ini aku Sharon, aku sudah tiba di Jerman, bisakah kau menjemputku? Maaf aku menelpon dengan telpon umum dan bukannya ke ponselmu, aku hanya hafal nomor telpon rumahmu.

Betapa terkejutnya aku saat tau itu Sharon, dan aku hanya terdiam mematung, karena akhirnya hal yang kutakuti akan terjadi.

Hey, Andrian. Mengapa kau diam saja?

Suara dari ponsel itu terus bising dan membuat Stella geram.
"siapa? " tanya Stella, aku meliriknya dengan air mata yang berlinang, dan menutup telpon itu. Stella menghampiriku dan merangkulku.
"siapa?"
"Sharon" jawabku lemas.
"apa?! Mengapa dia menelpon?" tanya Stella.
"dia sudah tiba. Dia sudah datang kesini" jawabku dan berjalan menuju pintu keluar.
"kau mau kemana? " tanya Stella.
"aku ingin pulang. Terserah kau ingin ikut atau tidak" kataku dan menutup pintu rumah Andrian.

Yang jelas saat itu perasaanku begitu kacau, pikiran negatif pun bermunculan bagaimana jika Andrian akan berubah lagi? Apa dia akan memilih Sharon dibanding aku? Oh Tuhan, ini cukup membuatku sesak. Kepalaku pusing.

Stella berhasil mendapatiku yang sedang terduduk dipojokan kamar.
"hey, kau ini kenapa? Ceritalah" Stella merangkul dan memelukku, aku pun membalas memeluknya dan menumpahakan segala tangisku dibahunya.
"Sharon. Dia sudah tiba disini"
Stella cukup terkejut, namun dia menahannya agar aku tetap tenang.
"sudahlah, itu hanya Sharon. Aku yakin Andrian akan lebih memilihmu. Percayalah" ucap Stella yang semakin memelukku erat.

"Hallo, Andrian apa kau bisa pulang sekarang? " Stella menelpon Andrian menggunakan ponselku.

Ada apa?

"pulanglah sekarang. Dia sedang membutuhkanmu "

Apa yang terjadi? Baiklah. Aku segera pulang

Percakapan singkat itu membawa Andrian pulang.
Stella kembali ke kamar dan menyelimutiku yang sudah tertidur, aku tahu dia cemas dan aku hanya berpura-pura tidur agar dia lebih tenang.

My lovely teacher [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang