see you Stella

1.3K 39 0
                                    

Aku menuangkan air putih kedalam gelas, tanpa sadar gelas itu kepenuhan sehingga airnya tumpah.
"heyyy,  Stefiii airnyaa" Stella meraih tanganku.
"kamu apa-apaan sih, udah jangan pikirin lagi si Sharon itu" nasihat Stella kepadaku. Aku mengangguk dan membawa gelas duduk bersamaku di sofa dan menghidupkan televisi.

"sudahlah" Stella menghampiriku seraya merangkulku.
"iya. Aku tidak akan memikirkannya lagi" jawabku dan meneguk air putih yang ada ditanganku.
"jadi kapan kita bisa pulang ke Indonesia? " tanya Stella.
Aku menoleh ke arahnya
"Stel, aku disini tu sedang kuliah, ya sampai aku selesai study ku disini lah, baru kita bisa pulang" jawabku.
"aku tidak yakin kau bisa bertahan disini" kata Stella
Aku hanya menoleh dan menatapnya.
"ya seperti kejadian tadi saja, apa itu belum cukup? Kehadiran Stella akan terus mengusik kalian" jelas Stella.
"sudahlah, aku hanya butuh istirahat" kata setelah meneguk segelas air.
"baiklah" jawab Stella.
Saat aku hendak melangkah untuk ke kamar tidur, bel apartementku berbunyi.
"biar aku saja yang membukanya" Stella langsung bergegas menuju pintu, aku pun melanjutkan menaiki anak tangga.
"Stefi!!" terdengar suara Andrian, dan aku langsung menoleh kearahnya.
Andrian berjalan cepat menghampiriku.
"apa kau baik-baik saja? " tanya Andrian yang terlihat cemas, seraya memegang tangan dan pipiku
"aku baik-baik saja" jawabku seraya tersenyum.
"apa yang telah dilakukan Sharon? " tanya Andrian, aku hanya diam.
"Stella apa yang terjadi? " tanya Andrian, karena dia tahu bahwa aku takkan cerita.
"mereka bertengkar di taman " jelas Stella.
"lalu apa yang dilakukan Sharon? " tanya Andrian.
"dia menampar Stefi" jawab Stella.
"Apa?!! Apa benar kau baik-baik saja?" tanya Andrian mengecek pipiku dan terus mengelusnya.
"iya,  aku baik-baik saja" jawabku menenangkan Andrian.
"ini tidak bisa dibiarkan. Wanita itu benar-benar kurang ajar. Aku harus memberikan pelajaran" saat itu Andrian benar-benar emosi,  dan ingin bergegas menemui Sharon, tapi aku menahannya.
"sudahlah. Aku sudah bilang kalau aku baik-baik saja. Untuk apa kau perpanjang masalah ini? " jelasku seraya menggenggam tangan Andrian.
"tapi, ini sudah kelewatan. Dia sudah menamparmu Stefi"
Aku memeluk Andrian dan mencoba menenangkannya.
"aku anggap itu sebagai tamparan bahwa kamu ada hal yang patut aku perjuangkan"
Andrian membalas pelukanku, ia memelukku sangat erat, tak kusangka ia menangis.
"aku janji, Sharon tak akan jadi penghalang kita" ucap Andrian dan semakin mempererat pelukannya.

Saat itu pukul 10 malam, aku terbangun karna mendengar keributan diluar.

"Andrian, kamu tidak bisa memperlakukanku seperti ini,  aku ini masih pacar mu! "

"pacar? Aku bahkan tak pernah menyatakan cinta padamu! "

"apa? Kau bahkan pernah menciumku!"

Aku terkejut mendengar ucapan Sharon, dan aku masih melihat perdebatan mereka dari jendela kamarku.

"aku tak peduli apa yang telah terjadi. Aku tak peduli apa yang kau katakan. Yang jelas aku hanya mencintai Stefie!"

"Dia? Bocah ingusan itu? Apa kau gila dia bukan apa-apa dibanding aku! "

"terserah. Bagiku dia lebih baik darimu! "

"oke. Aku jamin hidup dia tidak akan tenang setelah kau lakukan ini padaku! "

"jangan pernah sentuh Stefie sedikitpun! "

"pilihanmu hanya 2. Kembali padaku Stefie akan aman,  atau Tinggalkan aku Stefie akan kuganggu selamanya. "

"kau gila Sharon! Kau gila!! "

"ya, aku memang gila. Dan itu karna kau"

Aku tidak tahan dengan ancaman Sharon, akhirnya aku memutuskan untuk menyusul mereka.
"Andrian" panggilku, Andrian menoleh bersamaan dengan Sharon yang sontak langsung melihatku.
"Stefie.  Apa yang kau lakukan disini?"
Andrian terlihat terkejut.
"ini dia, bagus deh kalau orangnya muncul" kata Sharon sinis dan masih menatapku dalam.
"Ayo Andrian! " aku menarik tangan Andrian,  namun Sharon menahannya.
"eh..eh.. Apa-apaan ini. Apa kau tidak lihat aku sedang bicara dengan Andrian? Main tarik-tarik saja" Sharon menggenggam tangan Andrian.
"bicara? Yang kulihat hanya perdebatan sia-sia saja. Tidak usah bertele-tele, kau juga tahu bahwa jawaban Andrian adalah memilihku.  Dan aku tidak takut dengan ancamanmu yang akan mengusik hidupku! " entah apa yang merasuki tubuhku, aku sangat berani berkata seperti itu dan membuat Sharon tercengang.
"ooh.. Wah.. Wow, kau sungguh berani ya. Mari kita tanya Andrian saja. Dia lebih memilih siapa" kata Sharon.
Andrian melirikku, dan aku langsung memberi kode pada Andrian untuk menjawab yang sebenarnya.
"katakan saja, aku janji aku akan baik-baik saja" kataku mengganggam tangan Andrian.
"ayo Andrian, kau harus segera memberi jawaban" desak Sharon.
"baiklah. Seperti yang dikatakan Stefie. Kau juga sudah tau jawabannya, bahwa aku lebih memilih Stefie" jawab Andrian, aku tersenyum dan ia membalas senyumku. Sharon masih tercengang,  dan kami meninggalkan Sharon yang masih terpaku mendengar jawaban Andrian.

"Stefie" Aku tak mengacuhkan panggilan Andrian, aku masih berjalan didepannya seraya menarik tangannya.
"Stefie, berhenti. " Andrian berhenti dan aku pun terhenti karna genggaman tangannya.
Aku tak menoleh, aku masih berdiri didepannya.
Dan aku merasakan pelukan Andrian dari belakang, tangisku pecah saat dia memelukku.
"maafkan aku" bisik Andrian.
Aku masih mengeluarkan air mata.
"maafkan aku" Andrian masih mengulangi kata-kata yang sama. Ia terus mengulangnya lebih dari 5 kali.
Aku akhirnya membalikan badan, dan memeluk Andrian.
"aku mencintaimu" aku mengeluarkan kata yang membuat Andrian semakin erat memelukku.
"aku juga mencintaimu"balas Andrian.

¤¤¤

Pagi itu, aku terbangun dan menyadari bahwa aku tertidur di sofa ruang tamu bersama Andrian.
"ternyata kau sudah bangun, mandi dan ayo sarapan bersama" kata Stella.
"jam berapa sekarang? " tanyaku seraya mengucek mata.
"jam 9 pagi" jawabnya
"mengapa kau rapi sekali? "
"aku akan balik ke Indonesia hari ini, aku akan berangkat pesawat jam 10" jawab Stella dan meletakkan sarapan di atas meja makan.
"Apa?!! " aku terkejut, dan Andrian terbangun mendengar suaraku yang keras itu.
"ada apa ini? "tanya Andrian.
"Stella akan balik ke Indonesia" jawabku
"kok tiba-tiba?" tanya Andrian
"aku rindu ibuku" jawab Stella
"sudahlah. Kalian cepat mandi. Dan kita sarapan bersama" sambung Stella seraya berkacak pinggang.

Setelah sarapan bersama kami langsung pergi ke bandara.
Sesampainya di bandara, Stella langsung pamit karena dikejar oleh waktu penerbangan.
"Stefie, aku akan menunggumu di Indonesia" kata Stella seraya memelukku.
"Aku pasti akan kembali" jawabku seraya menepuk punggung Stella.
"Andrian, aku harap Stefie aman bersamamu" Stella menepuk bahu Andrian.
"kau tenang saja. Stefie akan selalu disisiku" jawab Andrian.
"baiklah, aku akan pergi. Jaga diri kalian baik-baik ya" Stella pamit seraya melambaikan tangannya.

Ah, padahal kami baru saja bertemu, dan kami kembali terpisah lagi. Dialah sahabatku yang tau seluk-beluk cerita hidupku di SMA.

Andrian merangkulku dan mengusap rambutku.
"apa kau lapar? " Andrian bertanya untuk mengalihkan kesedihanku.
"iya, aku sangaaatt lapar" jawabku dan melempar senyuman.
"ayo kita makan sesuatu yang membuat princess ini tersenyum" Andrian mencubit pipiku dan mengusap rambutku.

Aku hanya tersenyum dan bersyukur bisa bersama Andrian. Selain tampan, dia sosok yang penyayang dan sangat pengertian. Jika ada yang dapat menggambarkan kebahagiaanku dapat memilikinya, mungkin satu Andrian sudah cukup untukku dibandingkan dengan seisi dunia ini.

My lovely teacher [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang