5. The Stone

988 56 2
                                    

Author's Pov
Di sebuah jalanan Kota Beijing, China.

Seorang pemuda tengah mengayuh sepedanya menapaki jalanan. Ia tak memedulikan keringat yang sedari tadi mengucur. Baginya bersepeda adalah suatu kesenangan tersendiri. Atau bagian dari jiwanya.

Di sepanjang jalan yang ia lalui, tampak orang-orang menyapanya penuh hormat. Pemuda tadi hanya mengangguk dan kembali menatap jalanan. Matanya menangkap bayangan sebuah rumah mewah di ujung jalan yang telah ia tapaki sedari beberapa jam yang lalu.

Rumah itu didominasi warna cat merah. Di depannya terdapat sebuah kolam dengan hamparan rerumputan hijau di sekelilingnya. Di samping kanan kiri pintu, terdapat 2 patung dari batu yang bentuknya mirip dengan patung-patung hasil karya seniman di Bali. Keduanya siap menyambut para penghuni dan tamu di rumah mewah tadi. Interiornya dipenuhi oleh banyak kain maupun kertas dengan kata-kata mutiara dalam bahasa Cina. Tipe rumah seorang bangsawan Cina.

Salah satu penghuninya adalah pemuda tadi. Siapa pun di sana pasti mengenal pemuda dengan nama Chao Xian itu. Ia begitu baik hati. Tak seperti kebanyakan anak bangsawan lainnya, Xian lebih senang bergaul dengan rakyat biasa. Kehidupannya juga sangat sederhana. Sifat ini didapatkannya dari kedua orang tuanya. Xian bahkan sangat mengasihi hewan-hewan kecil, semisal kucing liar.

Wajahnya terkesan imut namun tegas. Rambut hitam bergelombangnya selalu dapat menarik perhatian bersama dengan mata coklatnya. Menawarkan keteduhan bagi yang menatapnya. Ia selalu murah senyum. Bersikap ramah. Karakternya ini membuat Xian banyak disukai para anak perempuan terutama anak bangsawan sepertinya.

Namun, ia tak pernah tertarik dengan lawan jenis. Di usianya yang menginjak remaja, Xian tak kunjung menemukan sosok gadis yang dapat membuatnya nyaman dan betah berada di dekatnya.

Senyuman kembali menghiasi wajahnya. Angin seakan menggodanya. Menerpanya dari depan dengan lencang. Mendorongnya untuk kembali mundur ke belakang. Menjauhi tempat tujuannya.

Xian kian menambah laju sepedanya. Bersamaan dengan keringat yang kian membasahi punggungnya. Mata coklat teduh miliknya menyapu pemandangan di sekitarnya.

Sreek! Bruakh!

Xian terjatuh dari sepedanya. Ia meringis kesakitan. Lutut dan siku tangan kanannya tergores hingga mengeluarkan darah karena bergesekan dengan aspal jalanan yang kasar.

"Aduh! Apa yang ku injak tadi?" rintihnya seraya meminggirkan sepedanya ke tepi jalan.

Matanya menangkap sebuah benda yang tergeletak di jalan. Sebuah kalung dengan bandul mirip kristal berwarna hazel.

Kalung itulah yang membuatnya terjatuh dan menemui aspal jalanan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalung itulah yang membuatnya terjatuh dan menemui aspal jalanan. Kini benda itu seakan menertawakannya.

Ia memapah sepedanya. Karena kalung itu pulalah, ban sepedanya bocor. Tepat saat ia masih harus mendaki sebuah tanjakan tinggi untuk sampai ke rumahnya. Namun langkahnya terhenti. Sesuatu menarik hatinya agar kembali menoleh. Memandang kalung tadi.

Crystal Series 1: The Legend of Ten Crystals✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang