13. Mate

747 33 0
                                    

Author's Pov

Sudah hampir 4 jam kesepuluh kakak beradik itu berkumpul. Suasana ruang tengah kini sepi. Hanya ada suara sibakan buku juga umpatan-umpatan kasar Mara.

Alice hanya duduk manis dengan buku tebal di tangannya. Mencoba mempelajari tentang werewolf dan tentunya pasangan sehidup matinya, matenya.

Levin masih setia memangku Tya yang tengah terlelap dengan posisi menyamping. Kedua tangan mungilnya berada di dada Levin. Tangan kanan Levin memegang buku. Sedangkan tangan kirinya merengkuh pinggang Tya, agar gadis itu tak jatuh. Sesekali Tya mencengkram kaos putih Levin sambil mengigau.

Posisi yang bagi orang kebanyakan sangat intim. Tapi pemandangan sejenis itu telah menjadi suatu hal yang lumrah bagi kesepuluh remaja itu. Bahkan ada pasangan lain yang lebih buruk dari Levin dan Tya.

Mereka dalam posisi itu hampir 6 jam. Levin tak merasa pegal sedikitpun. Bahkan dia beberapa kali terlihat menciumi puncak kepala Tya. Dan Tya masih belum bangun setelah hampir tidur 6 jam, ditambah tidurnya setelah sadar ada sekitar 4 jam.

Mara dan Xian asyik bermain game. Entah mereka mendapatkannya dari mana. Namun hal itu sukses membuat Eun Hee cemberut.

Bagaimana tidak jika Xian lebih memilih bermain dengan Mara dari pada bersamanya? Padahal Eun Hee tipikal adik manja.

"Sial! Kenapa kau kuat sekali!" umpatan Mara kembali terdengar.

"Hehe."

Xian hanya terkekeh dan kembali menggerakan jemarinya pada sebuah ponsel seukuran telapak tangan.

"Kakak, kapan kau selesai?" kali ini Eun Hee merengek.

"Nanti dulu." Xian menjawab singkat.

"Dari tadi nanti, nanti itu kapan?"

"Bermainlah dengan Angel saja."

"Ah, tidak mau. Aku maunya sama Kakak."

"Pergilah sana! Kau merusak konsentrasiku! Oh, Sialan!" usir Mara.

Eun Hee mengerucutkan bibirnya kesal. Matanya melirik keberadaan Angel. Seketika rasa kesalnya bertambah saat melihat Angle memamerkan kebersamaannya dengan Anton.

Angel tengah duduk di pangkuan Anton dengan Anton yang mengusapi rambut Angel penuh sayang. Sesekali Angel melirik Eun Hee dan menjulurkan lidahnya, mengejek.

"Huh! Awas kau Angel!"

Eun Hee merangkak di atas lantai batu. Ia menguselkan kepalanya ke tangan Xian. Membuat Xian mengangkat kedua tangannya bingung. Dengan cepat Eun Hee masuk di antara tangan Xian. Duduk nyaman di pangkuan Xian, masih dengan wajah tertekuk.

"Duduklah dengan tenang." perintah Xian lembut.

Eun Hee diam dan memperhatikan ponsel di tangan kakaknya. Awalnya dia tertarik, tapi beberapa menit kemudian dia kembali merengek.

"Mara, kenapa kau tak bermain dengan Kakakmu saja? Tuh."

Mara mengikuti arah dagu Eun Hee. Ia melirik ke samping dan menemukan keberadaan Alice. Alice menoleh dan menatap dingin ke arah Mara. Mara segera berbalik.

"Ah, nanti saja." ujarnya.

"Kakak!"

"Sebentar lagi Eun Hee. Satu ronde dan aku akan bermain denganmu."

"Janji?"

"Janji. Sekarang duduklah dengan tenang."

Eun Hee menurut dan kembali memperhatikan ponsel. Eun Hee yakin satu ronde akan selesai dengan cepat. Mengingat bagaimana Mara terus kalah melawan kakaknya.

Crystal Series 1: The Legend of Ten Crystals✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang