Extra Part: King and Queen

515 26 4
                                    

Written by dragonreins

Written by dragonreins

Written by dragonreins

Edited by rimaspawestri

Edited by rimaspawestri

BUKAN AKU YANG BUAT YA 😁

Bagi yang belum cukup umur-eror-belum merasa cukup dewasa dilarang mendekat.

------------

Author's Pov

Dua pasang kaki itu terlihat tengah melangkah dan sesekali melompati daun-daun teratai yang tersebar di sepanjang penjuru hutan.

Seorang gadis dengan jubah hitam yang hampir menutupi seluruh bagian tubuhnya berhenti di atas tebing batu yang merupakan ujung dari hutan air dengan pohon-pohon raksasa yang ada di dalamnya.

Gadis itu menatap hamparan pepohonan yang tak berujung di hadapannya. Deru air terjun yang mengalir dari ketinggian lebih dari 200 meter menemani gadis berambut hitam itu dalam perenungannya.

Gadis itu sedikit terhenyak ketika merasakan sepasang lengan dari seseorang mengelilingi pinggang rampingnya.

"Apa kau tidak mau kembali, berkumpul bersama yang lainnya?" tanya pemuda dengan rambut emas yang selama ini menemani sang gadis dalam pengembaraannya.

"Belum saatnya aku untuk kembali." Gadis itu menjawab dengan datar, sementara tangan kanannya mengelus lengan yang melingkari perutnya.

"Tapi ini sudah ratusan tahun berlalu, Meyroz."

"Kau tahu, Argon. Rasa bersalah ini membuatku tersiksa secara perlahan. Jika aku kembali sementara rasa ini belum hilang, maka akan terjadi banyak kekacauan." Nada sendu tak dapat disembunyikan oleh Meyroz pada suaranya. Ia juga tidak ingin menutupinya.

"Terutama jika aku bertemu kembali dengan adikmu ... Amox," lanjutnya.

Argon menghela napas panjang. Ia tahu apa yang dirasakan oleh Meyroz. Penderitaan gadis itu belum berakhir, terutama rasa bersalahnya akan kematian sang adik. Apalagi kepada Amox. Hal itulah yang membuat rasa penyesalan Meyroz tak pernah hilang.

"Argon. Jika kau ingin kembali... kembalilah. Aku tidak apa-apa."

Ucapan Meyroz membuat Argon mengetatkan rahangnya. Ia disini memang untuk menemani kekasihnya. Ini niatnya sendiri. Demi dewa Verca, ucapan Meyroz menyakiti hatinya.

"Jangan berkata seperti itu. Itu menyakitiku, apa kau tahu." Argon mengetatkan pelukannya.

Meyroz tersenyum tipis, tetapi mata merahnya menampilkan kesan sendu yang tak dapat tertutupi. Ia merasa bersalah ketika Argon harus menemaninya mengembara walaupun ini adalah pengembaraannya.

"Argon kau tak perlu seperti ini. Aku hanyalah Ratu Iblis yang tidak bisa merasakan apapun. Aku- ugh."

Meyroz melenguh ketika Argon dengan tiba-tiba menghisap lehernya. Membuat Meyroz tak bisa menyelesaikan ucapannya.

Crystal Series 1: The Legend of Ten Crystals✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang