2. Penyambutan yang Tak Terduga

4.2K 330 37
                                    

"Welcome to Luminas Academy!"

Wanita itu benar-benar dia. Orang yang sangat Feyn kenal. Bagaimana mungkin dia ada di sini dengan senyum lebarnya berbicara pada acara penyambutan dan mengaku dirinya sebagai wakil kepala sekolah?

"Bibi Azura?" Feyn tak sadar jika ia telah menyebutkan nama wanita itu.

Wanita itu-Azura Caelum-adalah adik dari Ayah Feyn dan juga Bibi Feyn. Seorang wanita berumur tiga puluh lima tahun yang cantik awet muda dengan rambut berwarna blue sky dan iris yang senada.

"Halo, gadis cantik yang di sana! Dan juga pemuda tampan di sampingnya yang sangat kusayangi! Di sini panggil aku Mrs. Azura ya!" kata Bibi Feyn-Mrs. Azura-sambil menunjuk-unjuk Feyn dan Aaros yang sukses membuat mereka berdua menjadi pusat perhatian.

Feyn sweatdrop dan Aaros menatapnya datar. Bagus! Feyn harus meminta penjelasan Bibi dan orang tunya nanti! Sungguh membingungkan. Bibinya menjadi wakil kepala sekolah di sini? Kenapa orang tuanya tak memberitahukannya?

"Ah, lupakan itu! Baiklah, selanjutnya, sambutlah kepala sekolah kalian, Professor Keir Wiltson!" seru Mrs. Azura keras dengan meriah.

Seorang pria yang kira-kira berumur kepala empat menaiki panggung dengan berwibawa. Dengan rambut cokelat gelap yang indah, manik mata emerald yang menawan dan menghipnotis siapa pun yang melihatnya, sorot mata tajam, kulit putih, dan bibir berwarna merah. Parasnya terbilang tampan walaupun umurnya sudah berkepala empat

Lagi, Feyn merasa familiar dengan sosok itu. Satu hal yang membuatnya sadar jika pria itu adalah orangnya.

"Nama saya Keir Wiltson. Kalian bisa memanggil saya Professor Keir. Saya adalah seorang wizard level 10 dan juga kepala sekolah kalian di sini." Pria itu tersenyum kecil saat memperkenalkan dirinya. Mata tajamnya menatap Feyn dan Aaros yang berdiri di pojok kiri belakang aula.

Glek.

Feyn dan Aaros meneguk salivanya. Mereka berdua mengenal orang itu.

Uncle Keir.

Ya, Prof. Keir adalah teman dari Ayah Feyn dan Aaros. Dan ... tunggu! Kalimat terakhir ia bilang apa? Apa itu wizard? Uh-oh, Feyn semakin geram. Apa maksudnya semua ini? Kenapa Uncle Keir bisa jadi kepala sekolah di sini?

Setidaknya, itulah pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi benak Feyn. Sedangkan Aaros? Dia sudah tahu kalau teman ayahnya menjadi kepala sekolah di sini. Hanya saja, Aaros tak menyangka bahwa itu benar.

"Saya akan menjelaskan tentang asrama baru kalian. Seperti yang kalian tahu, asrama perempuan dan laki-laki terpisah. Setiap kamar diisi oleh 3 orang murid. Pembagian asrama di sekolah ini dibagi empat, yaitu: Premium, untuk murid bangsawan dan murid berkekuatan tinggi; Leodore, untuk murid kesatria dan attacker yang pemberani; Herbior, untuk murid sopporter dengan kemampuan shielder dan healer; dan Sulios, untuk murid yang ahli dalam bidang teknologi yang umumnya cerdas dan kebanyakan dari mereka adalah murid beasiswa. Untuk keterangan lebih lanjut tentang asrama dan kelas masing-masing, silakan kalian lihat di mading. Sekian dari saya, terima kasih," jelas Prof. Keir panjang lebar, lalu meninggalkan panggung.

Hei, tunggu! Apa maksudnya? Asramanya sungguh aneh! Bangsawan? Kekuatan tinggi? Kesatria? Attacker? Healer? Shielder? Haish! Kepala Feyn terasa ingin pecah memikirkannya! Sebenarnya, sekolah seperti apa LA itu?

"Nanti kujelaskan. Ayo!" Aaros yang mengerti Feyn frustrasi karena tak paham situasi menarik tangannya menuju mading.

Sesampainya di mading, Feyn mencari namanya di antara ratusan murid.

Yup! Ketemu!

Feyn Scarletta, berada di kelas 1-B. Asrama Premium kamar nomor 48 di lantai 3. Teman seasrama: Viorence Erielle Damian dan Milenia Azazell.

Feyn mengerutkan keningnya. Asrama Premium? Memangnya dia bangsawan? Tahu saja tidak. Feyn melihat Aaros yang sudah selesai melihat kelas dan asramanya.

"Bagaimana?" tanya Feyn tak sabar.

"Asrama Premium nomor 45. Kelas 1-B. Kau?"

Feyn mengedikkan bahunya. "Sama sepertimu. Hanya beda kamar. Aku nomor 48."

"Oke, kalau begitu sampai jumpa!" Aaros melambaikan tangannya dan langsung melenggang pergi begitu saja. Feyn merengut dan menatap Aaros kesal dari kejauhan.

Membiarkan Aaros, Feyn melangkah menuju gedung asrama Premium dan mencari namanya di asrama khusus perempuan, tepatnya di lantai 3. Untunglah ada lift di asrama itu. Kalau tidak, Feyn tidak akan mau naik tangga walaupun hanya di lantai 3.

46 ... 47 ... 48 ....

Yup! Ketemu!

Feyn mengetuk pintu kamar nomor 48. Memastikan bahwa ia tak salah kamar. Tak lama kemudian, seorang gadis yang sangat dikenalinya membukakan pintu kamar itu.

Dan lagi, Feyn harus terkejut untuk kesekian kalinya. Bolehkah Feyn pingsan sekarang?

☆☆☆

16-11-2017

16-11-2017

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Luminas AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang