19. Hukuman

724 64 3
                                    

Feyn serta Mile masih menunggu Vio pulang di asrama mereka. Sudah dua jam lebih semenjak kejadian di ruang makan tadi, tetapi Vio tak kunjung kembali. Kedua gadis yang berbeda ras itu bertanya-tanya, hukuman apa yang Vio dan Elyx dapatkan sampai-sampai teman seasrama mereka belum pulang hingga larut malam.

"Mile, apa aku menyusul Vio saja ya ke ruang OSIS?" tanya Feyn yang sedang merebahkan dirinya di atas ranjang. Netra ungunya terus menatap jam yang tergantung di dinding dan pintu kamar asrama yang tak kunjung terbuka.

"Tidak usah, nanti malah kau yang kena masalah," kata Mile dengan nada cuek, kemudian membenamkan kepalanya ke bantal berbentuk bulat dengan posisi tengkurap.

Sebenarnya Feyn agak heran dengan Mile. Biasanya gadis itu langsung tidur setelah sampai di asrama atau selesai makan malam, tetapi kali ini ia masih terjaga. Malah, menemani Feyn mengobrol ringan, walaupun Mile membalasnya dengan cuek atau tidak niat.

Ada apa gerangan Mile? batin Feyn.

Apa mungkin Mile sedang menunggu dan mengkhawatirkan Vio juga? Feyn rasa agak mustahil mengingat hubungan mereka yang seperti kucing dan anjing. Tapi, siapa tahu, kan?

Tepat pukul sepuluh lewat lima belas, pintu asrama terbuka. Tanpa mengucapkan sepatah kata, Vio masuk ke dalam dengan raut lelah, tak lupa mengunci pintu asrama kembali. Ia melangkah gontai menuju ranjangnya.

Kehadiran Vio disambut heboh oleh Feyn. Mile yang sedari tadi membenamkan kepalanya di bantal, menoleh. Satu alisnya terangkat, menatap Vio heran.

"Vio! Akhirnya kau kembali!" sambut Feyn yang langsung turun dari ranjangnya.

Vio tak menjawab. Tampaknya terlalu lelah untuk sekadar membuka mulut. Vio segera mengganti seragamnya lantas duduk di sisi ranjangnya. Feyn yang mengerti Vio kelelahan, segera mengambil minum.

"Jadi, apa hukumanmu, hm?" tanya Mile yang sudah dalam posisi duduk dan memeluk bantal bulatnya. Bibirnya yang berwarna merah muda pucat menyunggingkan senyum miring.

Vio menatap Mile kesal. "Sepertinya kau senang aku dihukum," ucapnya tanpa menjawab pertanyaan Mile.

"Ah, tidak kok. Aku hanya penasaran hukuman apa yang kau dapatkan sampai-sampai seorang Viorence Erielle Damian kelelahan begitu," sanggah Mile seraya mengibaskan tangan kanannya di depan wajah.

Setelah Mile berkata demikian, Feyn datang dengan segelas minuman dingin di tangannya lantas menyerahkannya kepada Vio. Vio mengambil gelas itu dan segera meneguknya sampai habis.

"Terima kasih, Feyn," ucap Vio diiringi senyum simpul.

Feyn mengangguk. "Sama-sama," balasnya, "oh, ya. Sebenarnya, hukuman apa yang kau dapatkan hingga pulang larut begini?"

Vio mengerutkan kening dengan raut tidak suka. Namun, karena Feyn yang bertanya, mau tak mau Vio menjawabnya.

"Sebenarnya, itu ...."

***

"Baiklah," Haikal menghela napas sejenak, "Lady Viorence Erielle Damian dan Lady Elyxen Flamesh, melanggar peraturan nomor tujuh: menggunakan kekuatan dan berkelahi di ruang makan."

Beberapa pasang mata langsung menatap Vio dan Elyx yang berdiri di depan meja OSIS dengan intens. Satu di antaranya memasang sorot tajam dan tidak suka, sedangkan yang lainnya bermacam-macam. Ada yang mendengkus, antusias, serius, menguap, dan biasa saja.

Haikal melirik seorang pemuda berambut merah menyala. Rautnya masam, tetapi netranya tiada henti beradu pandang dengan iris jingga milik Elyx. Lain halnya dengan si pemuda yang mendengkus dan terlihat lelah, Elyx justru menatap garang dan berdecak tidak suka.

Luminas AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang