"Feyn!" panggil Vio seraya mengguncangkan tubuh Feyn.
Feyn masih terlelap.
"Feyn!"
Feyn mulai menggeliat.
Plak!
"Feyn!"
Kali ini plus tamparan, tapi gadis itu masih belum bangun juga. Astaga ... Vio sudah mulai kesal dengan Feyn yang susah sekali untuk dibangunkan. Padahal, sekarang sudah pukul enam lewat lima belas dan kelas dimulai pukul setengah tujuh. Namun Feyn masih asyik dengan mimpinya.
Mile menghampiri Vio yang masih sibuk membangunkan gadis kebo itu dengan membawa seember air dingin. Vio menggeleng-gelengkan kepalanya takut dengan tatapan jangan. Namun Mile tampak tak peduli dan tetap melanjutkan langkahnya hingga--
Byur!
--mata Feyn yang tadinya tertutup kini terbuka lebar.
"Tsunamiii!" jerit Feyn histeris.
Mile menyiram seember air dingin itu tepat di atas wajah Feyn dan sukses membuat Feyn terbangun dengan ngos-ngosan.
"Lihat sekelilingmu, bodoh! Kau pikir ini di mana hah?!" bentak Mile kesal.
Tersadar, Feyn menatap sekelilingnya. Termasuk pakaian dan kasurnya yang kini basah karena ulah Mile.
Feyn benar-benar kesal sekarang. Mereka begitu tega sampai menyiramnya dengan seember air dingin.
"Kenapa kau menyiramku?" tanya Feyn sedih-ralat, pura-pura sedih.
"Untuk membangunkanmu, lah!" balas Mile dingin.
"Hah? Kejamnya! Mile jahat! Hiks ... hiks ...." Mata Feyn mulai berkaca-kaca. Gadis itu sesegukan, bersiap untuk menangis.
Mile ber-facepalm, sedangkan Vio menatapnya malas. Sikap Feyn memang tidak berubah-berubah dari dulu. Vio tak habis pikir. Bagaimana bisa sahabatnya itu masih kekanak-kanakan dan cengeng? Vio menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu mengambil sebuah bantal dari kasurnya--
Duk!
--dan melemparnya tepat mengenai wajah Feyn.
"Huaaaa! Kalian jahaaat!" Dan seketika, Feyn menangis histeris.
Oh, ayolah! Hanya karena itu Feyn menangis? Feyn membuat dua makhluk dingin itu jengkel dan muak.
"Sudah, sudah, nangisnya lanjutkan nanti. Sekarang lebih baik kau bersiap. Lima belas menit lagi kelas dimulai. Aku tidak mau kita terlambat gara-gara kau!" ucap Mile dingin seraya menunjuk Feyn, lalu melenggang pergi begitu saja.
Feyn menghentikan tangisnya dan menatap Mile kesal. Kata-kata Mile benar-benar menohok hatinya.
"Tidak minta maaf gitu?" gumam Feyn.
Karena tidak ingin mendengar celotehan dan kritikan pedas dari dua makhluk dingin itu, Feyn segera mandi dan bersiap. Tentu dengan sarapan.
"Aku sudah siap!" seru Feyn ceria. Feyn memakai seragam hari Senin. Kemeja putih pendek dengan blazer hitam, dasi hitam, rok hitam bergaris putih selutut, stocking putih, dan sepatu hitam. Plus, headphone yang menggantung di lehernya.
Mile menatap Feyn dari atas sampai bawah, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia mengambil sebuah blazer putih berlogo mahkota yang ada di laci meja.
"Nih, pakai!" suruh Mile melempar blazer itu ke Feyn.
Feyn menangkap blazer yang dilempar oleh Mile. Feyn mengernyit heran. Jelas saja ia bingung. "Lho, kok?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Luminas Academy
FantasyFeyn Scarletta, gadis manis yang sebelumnya menjalani kehidupan biasa mendadak mengalami kejadian tak terduga yang membuatnya harus melanjutkan sekolahnya di Luminas Academy. Sekolah itu aneh. Sihir, kekuatan, immortal, kutukan, monster, mantra, dan...