16. Hasil Duel

964 69 1
                                    

Di lain tempat ....

"Hoam~"

Feyn yang baru saja bangun menguap lebar sembari mengucek matanya. Dengan mata yang masih berat, Feyn menoleh ke kiri. "Hei, Vi—"

Feyn tidak melihat batang hidung Vio. Ia kira Vio ada di ranjangnya. "—O?

Ke mana perginya sahabatnya itu? Feyn melirik jam yang terpajang di dinding, tepat di atas pintu kamar. Masih pukul delapan pagi, tetapi Vio sudah menghilang. Sepertinya sahabatnya itu suka sekali keluyuran. Mile, si Iblis Hibernasi, justru masih tertidur pulas di ranjangnya.

Feyn heran. Mile sudah tidur sejak pukul delapan malam kemarin dan masih belum bangun sampai sekarang. Teman sekamarnya itu benar-benar seperti beruang. Tak salah Vio menyebutnya begitu.

Aku ingin menemui Nee-chan, pikir Feyn.

Walaupun Floe bilang baru boleh menemuinya lagi setelah Feyn sudah menjadi lebih kuat, tetapi kalau hanya untuk berkunjung tidak apa-apa, 'kan? Lagi pula Feyn bosan di asramanya. Vio hobi keluyuran dan Mile hobi tidur. Teman sekamarnya sangat tidak asyik.

Setelah mandi dan mengganti baju, Feyn pun menuju asrama kakaknya. Kalau tidak salah ada di gedung dekat sekolah. Feyn sebenarnya ragu untuk ke sana. Dirinya hanyalah penghuni asrama Premium biasa, sedangkan dia merasa berada di dalam kelas yang berbeda dengan penghuni asrama Premium plus.

"Hah ...." Feyn menghela napas berat. Sepanjang perjalanan menuju asrama Floe, gadis bersurai pink itu mendapat lirikan sinis dari beberapa penghuni asrama Premium plus yang berpapasan dengannya. Tidak semua, sih. Sebagian menatap Feyn penasaran. Ada gerangan apa seorang siswi kelas 1 mampir ke asrama ini?

Karena tidak terlalu memperhatikan jalan, Feyn tidak sengaja menubruk bahu seseorang.

"Eh, maafkan aku!" ucap Feyn refleks.

Orang yang ditabraknya lebih tinggi darinya dan sepertinya perempuan.

Feyn mendongak, mendapati gadis berkulit eksotis dengan rambut jingga panjang menatapnya kaget.

"Kau ...?" gumam gadis itu lirih.

Feyn mengerjap. Apa orang ini mengenalnya? Tapi Feyn merasa belum pernah bertemu dengannya.

"Ya? Apa Senior mengenal saya?" tanya Feyn sopan. Untunglah Feyn sempat melirik logo OSIS yang terpampang di blazer gadis itu.

Dia menggeleng. "Maaf, salah orang," balasnya tak acuh kemudian berlalu begitu saja.

"Hah?" Feyn memiringkan kepala ke kanan sedikit. Merasa bingung akan tingkah orang itu. Kenapa dia bersikap seolah-olah mengenal dan pernah melihat Feyn? Tapi saat dia tanya malah mengatakan tidak kenal. Langsung berlalu pula. Dia bahkan tidak membalas permintaan maaf Feyn. Tidak sopan.

Tak begitu mengindahkan, Feyn kembali mencari kamar asrama kakaknya. Feyn nyaris kesasar tadi. Dia baru sekali ke sini, wajar tidak ingat. Lagi pula Feyn tidak menghafal jalannya, dia hanya ingat nomor asrama Floe.

Begitu sudah sampai di depan pintu asrama yang tampak mewah itu, Feyn mengetuk pintu sekali. Tidak ada balasan. Kemudian netranya tak sengaja menangkap sebuah tombol berwarna putih di samping kiri pintu. Feyn baru menyadarinya. Apa itu sebuah bel?

Tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan Feyn, kecuali dia mencobanya sendiri. Tanpa ragu, Feyn memencet tombol itu. Namun, sepuluh menit kemudian, Floe belum membukakan pintu. Padahal, Feyn sudah mengetuk pintu dan memencet bel beberapa kali.

Apa Nee-chan sedang tidak ada di asrama?

***

Fulguri pluviam sudah dikerahkan. Vio sangat menanti reaksi Aaros setelah dia mengeluarkan salah satu jurus andalannya ini. Vio tahu Aaros sangat tidak suka hujan petir. Dia ingin membuat Aaros merasa terdesak dan akhirnya serius melawannya.

Luminas AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang