15. Duel

1.3K 85 4
                                    

Kini Aaros dan Vio tengah berada di area latihan. Saling berhadapan dan beradu pandang. Sorot tajam dilemparkan kepada Aaros, sedangkan si pemuda menatap dingin Vio. Siapapun yang melihatnya pasti akan merasakan hawa permusuhan yang kuat dari dua orang ini.

Kedua sahabat itu merasa tak puas dengan tes kemarin. Mereka benar-benar ingin membuktikan siapa yang lebih kuat di antara mereka dengan melakukan 'duel'. Tentu tanpa sepengetahuan Feyn. Sebab mereka bisa habis dimarahi oleh Feyn jika ketahuan.

Memakai area latihan untuk keperluan pribadi membutuhkan izin dari guru atau pengawas. Apalagi Aaros dan Vio adalah murid baru. Untunglah kakak dari sahabat mereka adalah salah satu orang penting di LA. Mereka bisa meminjam area latihan ini berkat membujuk Floe. Tentu tak mudah membujuk gadis yang menjabat sebagai ketua OSIS. Namun pada akhirnya, Aaroslah yang dapat membujuk kakak sahabatnya itu. Floe memberi izin dengan syarat sekalian melihat perkembangan dan melatih mereka.

Dan di sinilah mereka sekarang, di area latihan yang hanya dihuni oleh tiga orang. Aaros dan Vio sengaja mengambil hari libur agar tidak dilihat banyak orang. Beruntung area latihan sedang sepi dan tidak ada yang memakai.

Floe mengamati dari pojokan. Sedikit kesal karena hari liburnya terganggu oleh kedua anak itu. Untunglah keduanya adik sahabatnya, jika bukan, Floe pasti akan menolak mentah-mentah dan mengusir mereka. Gadis itu bahkan sampai mengomeli mereka berdua agar kelak bisa mendapatkan asrama Premium plus. Karena orang-orang yang bisa memakai area latihan tanpa izin pengawas atau guru hanyalah anggota OSIS dan penghuni asrama Premium plus.

Floe bersedekap sembari mengamati kedua adik kelasnya. Otaknya berpikir siapakah yang akan menang dalam duel antar sahabat itu. Dia tidak akan heran dengan kemampuan Vio karena gadis itu memang terkenal kuat di angkatannya. Juga dia sudah bersekolah di LA semenjak SMP. Lain halnya dengan Aaros yang selama ini tinggal di dunia manusia. Floe tidak tahu apakah anak itu juga melatih kekuatannya atau tidak.

Jika selama ini di dunia manusia Aaros hanya bersantai-santai saja dan tidak ada kemajuan, jelas Vio yang akan menang. Namun, melihat pemuda itu yang berani menantang—atau menerima tantangan—Vio, sepertinya Aaros juga melatih kekuatannya. Pemuda satu itu terkenal sangat kompetitif, tak mungkin ia menerima tantangan Vio hanya karena tidak terima dengan hasil kemarin.

Kembali ke tengah arena, di mana Aaros dan Vio saling beradu pandang dan bersedekap.

"Masih ada waktu untuk menyerah, Aaros," celetuk Vio dengan seulas senyum miring dan wajah angkuh.

"Harusnya itu kata-kataku," balas Aaros santai. Pandangannya lurus menatap Vio. Bukannya ia meremehkan Vio, tetapi ia hanya sedikit tidak suka jika harus bertarung melawan sahabatnya.

"Kuanggap kau tidak mau menyerah."

Tanpa aba-aba, Vio memelesat ke arah Aaros dengan arus listrik berwarna keunguan di kedua tangannya. Vio memang cepat, bahkan hanya butuh lima milidetik untuk meninju wajah Aaros dengan petirnya. Aaros yang sudah lama tak berhadapan dengan Vio telat bereaksi. Namun, pemuda itu sempat menahan tinju Vio dengan menyilangkan kedua tangan di depan wajah. Kakinya pun terseret mundur.

Cepatnya, batin Aaros kagum.

Tak menunggu Aaros membalas, Vio hendak kembali meninju perut Aaros dengan tangan satunya, tetapi Aaros dapat menghindar.

Vio menghentikan serangan sejenak dan menatap lawannya kesal. "Kenapa kau hanya menghindar, sih?!"

Aaros masih memasang wajah tenang. "Kau ingin yang serius?"

"Tentu saja! Aku tidak bersemangat kalau kau hanya menghindar begitu," kata Vio geram. "Lawan aku dengan serius—dengan kekuatanmu."

"...." Aaros terdiam lantas mendengkus. "Baiklah."

Luminas AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang