9. Asrama (2)

1.7K 139 0
                                    

Suara derap langkah kaki memenuhi lorong asrama putri. Feyn melangkah menuju kamar asramanya. Hari ini ia pulang lebih cepat dan sendirian. Aaros menghilang entah ke mana. Vio masih dipanggil oleh Prof. Delar, sedangkan Mile masih ada kelas.

Feyn mengentak-entakkan kakinya kesal. Gadis itu merasa hari ini ia sangat sial. Pertama, ia dimarahi dan dihukum oleh Prof. Delar. Lalu, ia mendapat masalah baru lagi dengan para pembully. Tak cukup sampai di situ, hukumannya ditambah oleh Prof. Tixie karena terlambat masuk kelas. Belum lagi sahabat-sahabatnya yang menghilang entah ke mana.

Mata Feyn menangkap sosok seseorang yang berdiri di depan pintu kamar asramanya. Feyn memicingkan mata dan terbelalak begitu tersadar.

"Nee-chan?!" pekik Feyn kaget. Dia segera membekap mulutnya begitu orang-orang yang lewat di sekitarnya menatapnya aneh.

Sosok yang berdiri di depan pintu asrama Feyn menoleh dan tersenyum lebar. Dia menghampiri Feyn yang sedang berdiri dengan mulut menganga.

"Yo, Imouto!" sapa orang itu. Tanpa aba-aba, ia langsung memeluk Feyn begitu sampai di tempat Feyn berdiri. "Nee-chan sudah menunggumu dari tadi!" lanjutnya, cemberut.

Feyn tak mampu berkata apa-apa. Gadis bersurai pink itu mengedip-edipkan kedua matanya. Terakhir kali ia melihat kakaknya seminggu lalu. Feyn mengabaikannya karena ia mengira waktu itu ia hanya bermimpi. Namun, kali ini orang itu benar-benar ada di hadapannya dan sedang memeluknya.

Merasa kesal karena tidak direspons apa pun oleh adiknya, Floe berdecak. "Ayolah! Setidaknya balas apa gitu. Aku, kan, jadi merasa tidak enak kalau suasananya jadi canggung begini!"

Feyn tersadar. "A-ah, Nee-chan? Ini benar-benar Nee-chan?" tanya Feyn kemudian memeriksa tubuh kakaknya.

"Hoi, hoi! Kau sedang apa, Feyn?!" seru Floe, menutup bagian depan tubuhnya dengan kedua tangannya. "Kyaaa! Sejak kapan kau mesum pada kakakmu?!" Floe mulai mendrama.

Feyn menghentikan aksinya dan menatap Floe datar. "Hentikan, Nee-chan. Jangan membuat orang lain salah paham. Dan Nee-chan, tidak perlu se-lebay itu juga!" balas Feyn kesal.

Floe tergelak lalu menjulurkan lidahnya. "Maaf, deh. Hehe," ucap Floe dengan tangan yang membentuk 'peace'.

"Lupakan itu. Kenapa Nee-chan bisa ada di sini?"

Floe menjentikkan jarinya. "Oh, iya! Aku jadi hampir lupa tujuanku untuk bertemu dengan Imouto-ku."

"Vio dan Mile sedang tidak ada di asrama. Lebih baik Nee-chan masuk dulu. Kita bicara di dalam saja," ajak Feyn lalu melangkah duluan dan disusul oleh Floe.

"Baiklah."

Feyn membuka pintu asrama dan masuk ke dalamnya diikuti Floe. Begitu sampai di dalam kamar asrama Feyn, Floe tampak melihat sekeliling dan bergumam sesuatu. Raut wajahnya berubah seketika.

"Astaga! Apa ini benar-benar asrama Premium?" pekik Floe tiba-tiba. "Apa pihak akademi kekurangan dana sampai-sampai asrama Premium biasa jadi seperti ini?"

"Eh?" Feyn merasa sedikit tersindir. Dia mengerutkan keningnya heran.

"Ini benar asramamu, Imouto?" tanya Floe yang dibalas anggukan oleh Feyn.

"Astaga ...." Floe menggeleng-gelengkan kepalanya. "Sepertinya aku harus bilang kepada Kepala Asrama untuk memperbaiki kualitas asrama Premium."

"Memangnya ada apa, Nee-chan?"

"Asramamu ... sangat berbeda dengan asrama Nee-chan."

Feyn semakin heran. Asramanya dan kakanya berbeda? Bukankah mereka ada di asrama yang sama? Dan, apanya yang perlu diperbaiki dari asramanya? Feyn rasa asrama ini sudah cukup--tidak, tapi terlalu mewah untuknya. Kalau kakaknya bilang begitu, lalu bagaimana sebenarnya asrama Premium kakaknya?

"Berbeda?" Feyn menelengkan kepalanya ke kanan. "Memangnya asrama Nee-chan seperti apa?"

"Hm?" Floe menatap tiga ranjang berukuran king size di hadapannya. "Asramamu berisi tiga orang?"

"Tentu saja. Setiap asrama memang diisi tiga orang murid, kan? Dan lagi, tadi Feyn sudah bilang kalau Feyn sekamar dengan Vio dan Mile, lho."

Floe menepuk keningnya. "Maaf, Nee-chan tidak menyadarinya," katanya lalu cengar-cengir.

Selain drama queen, kebiasaan kakaknya yang satu ini adalah pelupa dan tidak memerhatikan ucapan seseorang yang dianggapnya tidak terlalu penting. Seperti tadi contohnya.

Feyn mencibir, kemudian melanjutkan ucapannya dengan kesal. "Nee-chan belum menjawab pertanyaan Feyn tadi!"

"Oh, soal asrama Nee-chan?" Feyn mengangguk. "Nee-chan ada di kamar asrama Premium plus. Sedikit informasi tentang asrama ini, asrama Premium plus hanya ditempati oleh satu orang murid di setiap kamarnya. Di dalamnya, terdapat satu ranjang berukuran king size seperti punyamu, yang di atasnya ada atapnya. Satu lemari pakaian beserta pakaiannya lengkap, lemari peralatan dan perlengkapan, lemari dapur, dan kulkas dengan empat pintu.

Lalu, ada dapur beserta peralatan memasak, meja belajar, hologram informasi, dan gudang senjata. Di dalam kamar kecil, terdapat bathtub, shower, wastafel, dan kloset otomatis. Kalau kau keluar dari pintu belakang kamar asrama masing-masing, ada lahan pribadi yang diberikan khusus kepada penghuni asrama Premium plus. Di lahan tersebut terdapat kolam renang pribadi dan area latihan, serta ayunan. Seingatku hanya itu saja fasilitasnya," jelas Floe panjang lebar sembari memegang dagunya.

Feyn menganga, kemudian tersenyum masam. 'Hanya itu saja', katanya?

"Nee-chan," Floe menoleh, "kau yakin itu hanya kamar asrama?" Bukan rumah atau semacamnya? lanjut Feyn dalam benaknya.

Floe mengangguk semangat. "Yeah, semua itu berada dalam satu ruangan! Kecuali area latihan, ayunan, dan kolam renang pribadi tentunya."

"Tapi, kenapa asrama Premium dipisah? Dan lagi, Feyn tidak pernah tahu ada asrama Premium plus," kata Feyn yang masih speechless.

"Kau tahu bangunan besar bercat putih yang ada di samping gedung sekolah?" tanya Floe.

Feyn mengangguk. Dia kerap kali melihat bangunan itu. Awalnya Feyn pikir bangunan itu termasuk gedung sekolah. Namun, saat ia bertanya kepada Aaros, pemuda itu bilang bangunan bercat putih yang tampak megah itu bukanlah gedung sekolah.

Floe melanjutkan ucapannya, "Nah, di situlah asrama Premium plus berada."

"Hee?" Feyn tercengang sesaat.

Jadi, bangunan megah itu adalah gedung asrama Premium plus?

Tidak heran, sih. Tapi, kan, tetap saja ..., batin Feyn, Apa semua fasilitas itu tidak terlalu mewah untuk seukuran anak SMA?

Feyn tersenyum masam. "Luminas Academy benar-benar luar biasa."

Floe terkekeh. "Kau baru melihat permukaannya saja, Feyn. Percayalah, LA jauh lebih wow daripada yang kau pikirkan sekarang," tutur Floe.

Mungkin Floe ada benarnya. Sepertinya Feyn harus bersiap dengan kejutan-kejutan lain yang akan menantinya di LA.

"Ah!" Floe tiba-tiba saja memekik, membuat Feyn yang pikirannya sedang melayang tersentak. "Ini kedua kalinya aku melupakan tujuanku ke sini."

Benar juga. Sedari tadi Floe sama sekali tidak membahas apa pun yang menurut Feyn penting. Feyn cukup mengenal kakaknya yang satu ini. Floe tidak akan bertemu dengannya hanya untuk sekadar berbasa-basi atau temu kangen. Pasti ada alasan lain, dan alasan itu adalah ....

"Nee-chan ingin membicarakan tentang jati dirimu sebagai anggota dari klan Hanagami," ucap Floe, menatap Feyn serius.

"Eh?"

☆☆☆

Yosha! Chapter 9 done! Chapter depan akan membahas tentang asal-usul Feyn.

Maafkan aku jika aku sering menelantarkan cerita ini >_<

Aku akan mengusahakan untuk cepat update. Ya minimal seminggu sekali lah. Semoga.

Oke, sekian dariku. Kritik dan saran sangat diperbolehkan. Silakan berkomentar~

6-12-2019

Luminas AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang