Pagi ini adalah pagi yang cerah bagi seluruh murid baru Luminas Academy, tapi tidak bagi seorang gadis bersurai pink yang sedari tadi berdiri di depan gerbang LA. Raut wajahnya tampak masam.
Tangannya yang membawa koper ia dorong ke depan dan belakang. Cih! Andai saja ia tidak memberitahukan kepada kedua orang tuanya tentang kejadian itu, ia pasti tidak akan masuk ke sekolah aneh ini.
"Ke mana sih orang itu? Lama sekali!" pekik gadis itu frustrasi.
Flashback on ....
Seorang gadis bersurai pink dan pemuda bersurai cokelat sedang bermain kejar-kejaran. Setidaknya, itulah yang dipikirkan setiap orang yang melihat mereka.
"Feyn! Tunggu aku!" teriak pemuda bersurai cokelat. Feyn-gadis bersurai pink-malah mempercepat larinya.
"Kejar aku, Aaros!" seru Feyn yang masih terus berlari. Feyn tak sadar jika ia berlari terlalu jauh hingga ke jalan raya. Aaros berhenti sejenak karena terlalu lelah mengejar Feyn. Katakanlah ia lemah karena staminanya kalah kuat dengan Feyn.
Tiba-tiba, bunyi klakson mobil terdengar. Sebuah truk besar melaju cepat ke arah Feyn. Aaros yang melihatnya segera meneriaki Feyn. "Feyn! Feyn! Awas!"
Sontak Feyn menoleh. Matanya terbelalak. Truk itu siap menabraknya. Sayang, Feyn tak sempat menghindar. Tubuhnya mati rasa.
Feyn pasrah. Gadis itu memejamkan matanya takut sembari menjerit histeris dan menodongkan kedua tangannya ke depan.
1 ....
2 ....
3 ....
Hening. Tidak terjadi apa-apa. Feyn berpikir, apa ia sudah mati? Tapi tidak sakit. Apa mati itu tidak sakit?
Feyn memberanikan diri untuk membuka matanya. Sebuah pemandangan tak terduga terjadi. Sulur-sulur besar yang tidak diketahui dari mana asalnya tiba-tiba muncul menahan truk itu. Semua orang yang melihatnya terperangah. Dari mana sulur-sulur itu berasal? Tidak mungkin bukan, muncul dari tanah sendiri? Feyn sendiri pun bingung. Tubuhnya gemetar karena takut.
"Feyn!" Aaros menghampiri Feyn. Raut khawatir terlihat jelas di wajah pemuda itu. "Kau tidak apa-apa?"
Feyn mengangguk lemah. "Y-ya, a-aku tidak apa-apa," jawab Feyn, menatap Aaros syok. "Apa yang terjadi Aaros? Dari mana sulur-sulur itu berasal?"
"Kau selamat." Aaros langsung memeluk Feyn tanpa menjawab pertanyaan gadis itu. "Tenanglah."
"Erase memory!" gumam Aaros pelan, tetapi masih bisa didengar oleh Feyn.
Erase memory? Apa itu? Aaros mencurigakan, pikir Feyn.
*
Hening.
Feyn, Aaros, dan kedua orang tua Feyn berkumpul. Mereka duduk melingkar di sofa ruang keluarga rumah Feyn.
"Apa yang terjadi?" tanya Ayah Feyn. Ia kaget melihat putri bungsunya pulang dengan wajah yang sembap habis menangis. Ibu Feyn yang duduk di samping suaminya menatap Feyn khawatir.
Feyn terdiam. Haruskah ia memberitahukannya kepada orang tuanya? Feyn menatap Aaros. Berharap Aaros dapat membantunya. Namun, Aaros hanya diam saja. Sepertinya Feyn sendiri yang harus menjelaskannya.
Feyn menghela napas panjang, lalu mengembuskannya. Bersiap untuk menjelaskan.
"Be-begini ... ta-tadi, Feyn ham-pir t-ter-tabrak truk," ungkap Feyn terbata-bata.
"Apa?!" pekik Ayah dan Ibu Feyn kaget. Bahkan Ayah Feyn sampai bangkit dari duduknya.
"Aaros!" panggil Ayah Feyn dengan nada membentak. Pria itu menatap Aaros marah. Aaros menunduk menyesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luminas Academy
FantasiFeyn Scarletta, gadis manis yang sebelumnya menjalani kehidupan biasa mendadak mengalami kejadian tak terduga yang membuatnya harus melanjutkan sekolahnya di Luminas Academy. Sekolah itu aneh. Sihir, kekuatan, immortal, kutukan, monster, mantra, dan...