Sabtu pagi, Feyn bangun subuh-subuh sekali. Biasanya ia yang paling telat bangun di antara teman seasramanya, tetapi kali ini berbeda.
Setelah mandi, ia mengenakan pakaian untuk latihan yang lebih fleksibel dari seragam olahraga. Rambut merah muda yang biasanya diurai itu kini dikucir kuda, membuat kesan manis pada gadis itu.
Feyn menutup pintu diam-diam, berusaha agar tidak membangunkan Mile yang tertidur pulas dan Vio yang baru tertidur pukul dua tadi. Sebelum keluar dari asrama, Feyn melirik jam dinding. Pukul lima pagi, sedangkan gerbang asrama baru akan dibuka setengah jam lagi.
Derap langkah Feyn menggema di lorong asrama putih yang senyap. Semua penghuni memang masih tidur. Biasanya beberapa sudah beraktivitas, tetapi hari ini adalah Sabtu, hari di mana banyak immortal yang beristirahat.
Feyn tidak menuju ruang kepala asrama yang terletak di lobi gedung asrama, melainkan ke taman belakang milik asrama Premium. Ia tahu pintu keluar lain selain pintu utama. Selama dua minggu ia di sini, entah sudah berapa kali Feyn 'berkeliaran' untuk mencari jalan-jalan tikus seperti ini. Ia sudah cukup mengenal seluk beluk Luminas Academy, kecuali gedung asrama lain tentunya. Feyn tak pernah ke sana.
Setelah melewati pintu lain itu, Feyn bergegas menuju tempat perjanjiannya dengan seseorang. Bukan di area latihan, melainkan taman bunga tempat ia bertemu kakak keduanya, Fyon. Sesampainya di sana, orang itu sudah menunggu. Dengan topi bundar hitam bercorak daun yang lebar dan tongkat kayu yang panjang, ia terlihat seperti penyihir. Apalagi pakaiannya benar-benar mendukung. Namun, begitu melihat telinganya yang runcing, Feyn menarik tebakannya barusan. Dia adalah seorang elf.
"Feyn, aku sudah meminta Mrs. Florancia untuk melatih kekuatanmu. Belajarlah dengan giat dan benar. Setelah kau merasa bisa mengontrol kekuatanmu, datanglah padaku, barulah ke Floe-nee," ujar Fyon saat mereka bertemu untuk kedua kalinya di ruang depan OSIS.
"Pagi, Mrs," sapa Feyn canggung.
Wanita dengan topi bundar itu mendekati Feyn. Bibir bergincu merah tersenyum ramah, sementara tangannya mengelus-elus kepala Feyn.
"Siapa namamu, Sayang?"
"Feyn, Feyn Scarletta Hanagami Ignixyo, Mrs."
Mrs. Florancia terlihat terkejut. Namun, sejurus kemudian, ekspresinya kembali normal.
"Kau putri Haruna dan Rouge?"
Meski Feyn tidak tahu dari mana Mrs. Florancia mengetahui nama kedua orang tuanya, ia tetap mengangguk. "Benar."
"Aku tidak tahu mereka punya tiga anak. Kupikir Fyon si bungsu," ujar Mrs. Florancia.
Feyn tersenyum canggung.
"Itu berarti Mrs. Azura adalah bibimu?"
"Iya, Mrs."
Mrs. Florancia tersenyum lagi. "Aku adalah sepupu Mrs. Azura."
Feyn tidak dapat menyembunyikan raut terkejutnya. "Maaf?"
"Maaf karena sebelumnya telat memperkenalkan diri. Namaku Florancia Caelumier. Seperti yang kau lihat, aku adalah half elf-wizard. Seperti dirimu, Feyn. Itulah kenapa Fyon memintaku untuk mengajarimu." Mrs. Florancia mengentakkan tongkat panjangnya. Feyn memerhatikan tongkat sihir yang tampak keren itu. Ujungnya adalah bola kristal hijau nan berkilau, dengan pola ukiran rumit yang mengelilinginya.
"Sepertinya tongkatku menarik perhatianmu."
"Eh, i-iya, Mrs," jawab Feyn gelagapan karena ketahuan terlalu lama memerhatikan tongkat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luminas Academy
FantasiaFeyn Scarletta, gadis manis yang sebelumnya menjalani kehidupan biasa mendadak mengalami kejadian tak terduga yang membuatnya harus melanjutkan sekolahnya di Luminas Academy. Sekolah itu aneh. Sihir, kekuatan, immortal, kutukan, monster, mantra, dan...