6. Pertemuan

4.4K 320 24
                                    

Waktu istirahat.

Banyak murid-murid yang tentunya makan di kantin pada saat jam istirahat, termasuk gadis yang duduk di bangku paling pojok belakang kanan kantin. Gadis itu mengaduk-ngaduk makanannya bosan. Ia sama sekali tidak ada nafsu untuk makan. Wajahnya menunjukkan bahwa ia berasal dari Asia.

"Hei."

Seseorang menepuk pundaknya. Gadis itu menoleh dan mendapati ketua OSIS-nya menatapnya seakan bertanya ada-apa?

Gadis itu menggeleng sebagai jawaban. "Tidak ada apa-apa. Ada apa Floe?"

"Hanya ingin mengobrol denganmu saja," jawab Floe sambil menarik bangku di samping gadis itu untuk duduk. "Bagaimana kabarmu, Aina?"

"Kabarku? Baik. Kau sendiri, Floe?"

"Kabarku juga baik. Oh ya, kau kelas berapa?"

"Kelas X-C. Kau?"

"XII-A."

"Hei, Floe. Apa adikmu bersekolah di sini?"

Floe menatap Aina aneh. "Iya. Kenapa?"

"Tidak apa-apa. Hanya ingin tahu saja."

"Oh."

Mereka pun akhirnya berbincang-bincang hingga bel istirahat selesai. Aina kembali ke kelasnya, sedangkan Floe ke ruang OSIS untuk mengerjakan pekerjaannya.

Sesampainya di ruang OSIS, Floe menemukan seorang pemuda dengan surai cyan sedang mengobrak-abrik lemari ruang OSIS. Floe mengernyit heran. Sedang apa dia di sini?

"Fyon? Sedang apa? Sudah kubilang 'kan, jangan suka mengobrak-abrik barang-barang di ruang OSIS!" omel Floe geram.

Pemuda bersurai cyan itu menoleh. "Huh? Aku hanya sedang mencari bukuku saja," balas pemuda yang bernama Fyon itu enteng.

"Buku? Buku apa? Memangnya kau suka menaruh buku di sini hah?!" tanya Floe dengan nada membentak karena ruangannya akan berantakan, lagi.

"Bukan aku yang menaruhnya. Haikal yang menaruhnya di sini. Kau tahu sifatnya itu jahilnya minta ampun."

Floe menghela napas lelah. "Bereskan. Aku tidak mau melihat ruang ini berantakan gara-gara kau dan Haikal!"

"Iya, iya bawel," umpat Fyon kesal.

Floe yang mendengar umpatan itu melotot kesal. "Kau mau di hukum, ya?! Oke, pulang sekolah nanti, temui aku di sini bersama Haikal. Dan jangan coba-coba untuk KA-BUR!" titah Floe mutlak.

Fyon meringis kecil. Lagi-lagi ia yang dapat hukuman. Padahal 'kan, biang keroknya Haikal. Kenapa ia jadi ikut kena?! Harusnya Haikal yang dihukum! pikir Fyon tak terima.

"Dengar tidak?!" geram Floe karena Fyon tidak membalasnya.

"IYA!" jawab Fyon agak membentak.

Fyon mendengkus, kemudian berlalu begitu saja tanpa berkata sepatah kata pun. Floe menggeleng-geleng. Ia sudah pusing dengan dua adik kelasnya itu. Selalu saja mereka berdua membuat masalah. Yah ... walaupun Fyon hanya dipaksa atau dijahili oleh Haikal yang menyebabkan mereka berdua selalu terkena hukuman. Padahal mereka berdua adalah anggota OSIS. Floe benar-benar tak habis pikir.

Ia lalu duduk di kursinya. Dari pada ia memusingkan hal itu, lebih baik ia melanjutkan pekerjaannya.

Tok! Tok!

Suara ketukan pintu terdengar dari luar.

"Masuk!" balas Floe.

Pintu ruang OSIS terbuka. Menampakan pemuda yang diketahui partner OSIS Floe. Dialah Natsume Asaki, remaja bermata sipit asal Jepang yang terbilang cukup tampan.

Asaki tersenyum. "Hai," sapanya ramah.

"Oh, hai juga. Ada apa, Asa-kun?" tanya Floe membalas senyuman Asaki.

"Haikal," jawab Asaki singkat yang sudah Floe duga jawabannya.

Floe mendesah pelan. "Hh ... orang itu membuat masalah lagi?"

Asaki mengangguk. Ia menghampiri Floe dan duduk di sebelahnya.

"Dia mengubah buku pelajaran teman sekelasnya menjadi benda lain dan menyembunyikannya di berbagai tempat," terang Asaki. Ia juga ikut mendesah pelan. "Merepotkan. Dia tidak ada kapok-kapoknya."

"Benar. Mau dihukum berapa kali pun tetap saja tidak jera. Aku bingung harus menghukumnya dengan cara apa," gerutu Floe seraya mengusap wajahnya frustrasi.

"Aku pun juga tidak tahu. Untuk kali ini, biarkan saja aku dan para guru yang mengurusnya. Kau pasti kelelahan."

Floe tersenyum. "Baiklah. Kau selalu mengerti aku. Kau memang yang terbaik wakil ketua OSIS."

Asaki terkesiap. Ia mengangguk dan membalas senyum Floe dengan senyum hangatnya. Tanpa ragu, Floe menyandarkan kepalanya pada pundak Asaki. Asaki benar-benar mengerti Floe. Ia sudah mengenalnya semenjak kelas sepuluh. Saat ini, Floe benar-benar cukup kelelahan dengan tugas dan posisinya. Hanya gara-gara seorang murid kelas sebelas yang bernama Haikal Riantama.

☆☆☆

19-11-2017

19-11-2017

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Luminas AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang