Winner or loser

95 11 3
                                    

"Ngapain lagi lo disini! ",
Amor langsung memandang tatapan sinisnya pada Lea yang berdiri tepat didepan gerbang mansionnya,

"Kita harus bicara Mor",

"Gak ada lagi yang mau gua omongin ama lo, minggir lo gua mau masuk",
Bukannya membiarkan mobil Amor masuk, Lea malah tetap berdiri ditempatnya, Amor menghela nafasnya melihat kekerasan Lea,

"5 menit cukup gak lebih",
Amor akhirnya keluar dari dalam mobilnya dan menghampiri Lea,

"Mor, gue tau gue udah ngerusak hubungan lo sama Almira, tapi gue beneran gak berniat buat ngelakuin itu, sumpah Mor", air mata Lea mulai mengalir setelah mengucapkan kata kata itu pada Amor,

"Gue emang suka sama lo Mor, tapi gue bukan orang yang sepicik itu, ngancurin hubungan lo, apalagi nyakitin lo, gue gak pernah kepikiran buat ngelakuin hal yang bakalan buat lo hancur",

Amor hanya diam mendengar kata kata yang dilontarkan Lea padanya,

"Lo boleh marah dan nyalahin gue Mor,
But please dont hate me",
Air mata Lea mengalir tak terkendali, Amor merasa serba salah, disatu sisi dia masih marah dan disisi lainnya,dia juga tak berniat melukai wanita didepannya ini,

"Gua usahain, tapi kasih gua waktu buat nenanging diri",
Lea tak mampu menahan kebahagiannya mendengar Amor yang berniat memaafkannya,

Lea langsung memeluk erat tubuh Amor saat itu juga.

"thanks Mor",lirihnya,Lea langsung melepaskan pelukannya dari tubuh Amor setelah mengucapkannya,Amor hanya bisa menghela nafasnya melihat kepergian Lea.

.........................

Menjauhi saat saling membutuhkan adalah hal yang paling menyakitkan

Kau didepanku tapi tak bisa ku sentuh

Aku didepanmu tapi tiada bagimu

Haruskah aku bertahan dalam cinta tak bertuan?

Haruskah aku menanti sesuatu yang telah pergi?

Haruskah aku mencinta sesuatu yang tak berarti?

Haruskah aku pergi dan tak kembali?

Hari berganti hari,Amor tak kunjung berbicara apalagi berbaikan dengan Almira,Almira kian dekat dengan Marcell begitupun Amor yang mulai kembali menerima Lea dalam hidupnya,sedangkan hubungan mereka?entahlah hanya dua insan itu dan tuhan yang mengerti.

Almira menatap datar buku yang dipegangnya,sedari tadi ia hanya membalik lembaran kertas tanpa kelihatan membaca huruf yang tertera didalamnya,suasana perpustakaan yang sepi membuatnya semakin larut dalam kesedihannya.

"apa kamu udah nyerah buat aku Mor?",batin Almira,tiba tiba pintu perpustakaan terbuka,menampakkan sesosok pria yang mampu membuat Almira membeku ditempatnya,sosok yang selalu ia rindukan,sosok yang selalu terselip dalam setiap doa Almira kala ia meminta pada yang maha kuasa.

Almira langsung menundukkan wajahnya ke meja,berpura pura tertidur,ia mendengar derap langkah kaki yang kian mendekat

kearahnya,hingga akhirnya ia mendengar sebuah kursi disebelahnya ditarik dan terdengar seseorang duduk tepat disebelahnya,Almira menahan nafasnya,ia berusaha untuk tenang,meski tangannya ingin langsung bergerak memeluk pria yang ada di hadapannya ini, aroma tubuh ini,aroma yang mampu meredakan tangisnya meski hanya dengan menciumnya,Almira tak kuasa menahan air matanya,tanpa ia sadari setetes air mata mengalir dari pelupuk matanya yang terpejam,Almira merutuki dirinya yang terlalu cengeng dan mungkin karena ulahnya ini Amor akan segera pergi,tapi tiba tiba saja dunia Almira terasa terhenti saat sebuah kecupan endarat dikelopak matanya,nafas Almira kian tercekat,detak jantungnya bergerak tak terkendali,

Amor AlmiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang