let u go?

53 9 2
                                    

"hidup itu pilihan,pastinya ada yang terpilih dan ada yang terbuang,jika memilih untuk keduanya,maka hasilnya adalah kehilangan segalanya"

...................

Semenjak peristiwa dimall,Amor semakin sering melakukannya,ia selalu meninggalkan Almira di tengah kencan mereka maupun saat yang seharusnya mereka habiskan berdua,dan saat Amor pergi,Marcell yang selalu ada untuk menggantikannya,Almira hampir terbiasa dengan rutinitas barunya itu.

Ponsel Almira berdering saat ia beranjak keranjangnya,

Hati Almira terasa sakit saat melihat siapa penelponnya,ia merindukannya tapi bahkan ia tak lagi memiliki seluruh perhatian darinya,ia diduakan dengan sesuatu yang ia sama sekali tak tahu itu siapa ataupun apa,Almira ingin menyerah tapi ia tau ia belum mampu melepas cinta pertamanya itu,atau bahkan tak akan pernah mampu.

"iya Mor",

"kamu dirumah yang?",

"iya,kenapa?",

Ada jeda diantara mereka untuk beberapa saat,hingga akhirnya Amor kembali bersuara,

"Aku kangen",

"Aku juga Mor",Almira hanya mengucapkannya dalam benak dan hatinya,tapi ia tak mengeluarkan sepatah katapun,ia memilih untuk tetap diam,diseberang sana Almira bisa mendengar secara jelas Amor menghela nafasnya,

"yaudah aku ada urusan,ntar aku telpon lagi ya",Amor memutuskan sambungan telpon,

"bukan telpon yang aku mau Mor,aku mau meluk kamu,aku juga kangen",Almira memukul dadanya yang terasa sesak,buliran bening mengalir dari pelupuk mata Almira,

Hingga sebuah pesan muncul dinotifikasi ponselnya,

'aku udah nyampek nih,jadi check up'

Almira menghusap wajhnya kasar lalu beranjak dari tempatnya dan memutuskan untuk membasuh wajahnya agar tak kelihatan habis menangis.

................

Luna tersenyum kearah Amor,sementara Amor hanya membalasnya dengan senyuman tipis yang penuh kesedihan,

"please Mor,aku tau kamu tersiksa kayak gini Mor,but please temenin aku sebentar lagi,saat aku uda keluar nanti,aku janji bakalan pergi dari hidup kamu",

Amor memilih untuk tetap diam,ia mengambil bubur yang tergeletak di atas meja dan menyendokkannya,lalu menyuapkannya ke Luna.

"aku harap kamu nepatin kata kata kamu itu",

Luna ingin menjerit saat itu juga,tapi ia hanya bisa mengepalkan tangannya dibalik selimut,

"Amor memang bukan untuknya,dan memang akan selalu begitu",

................

Almira memasuki ruangan dokter yang biasa menanganinya diikuti dengan bi Minah dibelakangnya,sementara itu Marcell menunggu diluar ruangan sambil menyandarkan kepalanya dikursi sandarannya,

"siang Al",

"siang dok"

"langsung aja ya,kamu bisa cek tensi dulu,setelah itu...",

"dok,uda 17 tahun,uda hapal langkahnya kok",mereka tertawa, walaupun bahan yang ditertawakan bukanlah candaan tapi penderitaan.

..................

Amor AlmiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang