1

6.8K 268 8
                                    

Author's POV

"Ya, ya, ya, kalian sudah dengar beritanya kan?"

Atensi seisi kelas tertuju pada seorang namja yang berdiri didepan kelas tatkala ia memukul meja guru beberapa kali.

Dengan nada sarkas, seorang yeoja yang berada di kelas itu berkata, "Ah, mwo, mwo? Kau ingin menipu kami lagi?" (Apa?)

"Ani, ani, kali ini aku berkata jujur, ini sebuah kenyataan, jinjja," ia mengangkat dua jarinya membentuk huruf v sebagai tanda bukti akan ucapannya. (Tidak, aku serius)

"Ketika aku melewati ruang kepala sekolah, aku mendengar ssaem menyebut kelas kita, dan kalian tahu apa yang kulihat? Dia sedang bersama dengan seorang yeoja."

Seketika kelas menjadi hening. Kalimatnya yang sedikit ambigu membuat beberapa murid yang pada awalnya tidak peduli mulai mengalihkan perhatian mereka pada namja tersebut. Bahkan Bora yang sedang menyalin catatan menghentikan kegiatannya.

"Mworago? Dia... dengan seorang yeoja?" (Apa katamu?)

"Apa yang mereka lakukan? Apa mereka..."

Tepat sebelum Bora menyelesaikan kalimatnya, Taewoon yang mengerti apa yang ingin dikatakannya langsung menjelaskan maksudnya.

"Ya! Ani, maksudku, aku belum pernah melihatnya, aku yakin dia pasti murid baru. Kau itu memikirkan apa sih? Dasar Byuntae mata empat." (Bukan, mesum)

Bora yang merasa tersindir langsung memegang kacamata bulatnya dengan bibir yang sedikit dimajukan.

"Kau yang bicaranya tidak jelas, bagaimana bisa aku tidak berpikiran aneh," balas Bora, ia pun melanjutkan menyalin catatan buku fisika milik ketua kelas.

"Eoh? Geundae, kenapa ssaem tidak memberitahu kita? Biasanya dia akan memberitahu kita jika ada murid baru." (Tapi)

Ucapan yang dilontarkan salah satu namja yang duduk diatas meja membuat mereka semua mengangguk-anggukan kepala, setuju akan apa yang dikatakannya.

"Mungkin ssaem lupa memberitahu, kalian kan tahu akhir-akhir ini dia sedang sibuk mempersiapkan kita untuk ujian yang akan datang," ucap si ketua kelas.

"Mungkin itu benar."

"Ya, bisa saja."

Brak!

Lagi-lagi Taewoon memukul meja guru untuk mengambil perhatian kelas kembali padanya.

"Dan satu hal lagi, yeoja itu... neomu neomu yeppo." (Benar-benar cantik)

Seketika kelas kembali riuh karena teriakan para namja jomblo.

"Jinjja? Seberapa cantik dia?"

"Hmm... Dia seperti... Kang Seulgi, kalian tahu kan? Jenis orang yang wajahnya dingin tapi tetap cantik dan elegan, seperti itulah dia. Aku bahkan sempat berpikir aku melihat seorang idol."

Taewoon yang terdengar sangat meyakinkan ditambah ekspresi kagumnya membuat namja di kelas itu senang tidak karuan. Bahkan ada yang mengambil sisir dari dalam loker dan merapikan rambutnya agar terlihat tampan didepan yeoja yang tidak dikenal siapapun di sekolah itu.

"Heol, maldo andwe, aku tidak percaya hal itu. Itu hanya angan-anganmu saja Taewoon-ah," bantah salah satu yeoja yang duduk di barisan paling kanan dengan alat-alat makeup berada diatas mejanya. Dilihat dari hal itu dapat disimpulkan bahwa dia tidak ingin ada yang lebih cantik darinya. (Mustahil, tidak mungkin)

"Hana-ya, terserah kau ingin bilang apa, tapi jangan salahkan aku saat kau melihat betapa cantiknya dia."

Taewoon juga tidak ingin kalah dengannya. Namja itu memang tidak pernah suka dengan yeoja yang bernama Hana itu. Kesan perkenalan pertama mereka sangat tidak baik. Itulah mengapa mereka tidak menyukai satu sama lain walau telah berada dalam satu kelas selama 1 tahun lebih.

"Cih," Hana hanya bisa tersenyum mengejek mendengar penuturan Taewoon.

Murid-murid di kelas itu hanya mengabaikan perdebatan mereka. Sudah seperti makanan sehari-hari melihat mereka beradu argumen. Tidak pernah ada hari tanpa pertengkaran kedua murid itu. Murid-murid lainnya juga tidak peduli kenapa mereka tidak akur, asal pertengkaran mereka tidak menyebabkan kerugian bagi orang lain, itu tidak apa.

"Wah, aku benar-benar penasaran sekarang."

***

Jam menunjukkan pukul 08.40, namun kelas 2-2 masih saja riuh. Penyebabnya karena ssaem yang seharusnya mengajar belum juga masuk padahal bel telah berbunyi sedari tadi. Tentu saja untuk semua murid ini merupakan sebuah keuntungan besar. Mereka tidak perlu belajar dan memperhatikan tulisan-tulisan di papan tulis yang terkadang lebih membosankan daripada menonton suatu film berulang kali. Yang mereka lakukan hanya bermain-main dan tertawa.

Keributan mereka berhenti tatkala ssaem masuk dengan beberapa buku ditangannya.

"Wah, jhoa? Kalian terlihat sangat senang saat tidak ada guru yang masuk," kata-kata yang keluar darinya terdengar menyindir, namun berbeda dengan nadanya yang menunjukan bahwa dia sedikit kecewa. (Kalian suka?)

Siswa di kelas itu hanya dapat tersenyum menanggapi kata-kata yang ia lontarkan karena mereka memang menyukai saat guru tidak masuk di kelas mereka.

"Aigo, jeongmal," dilanjutkan dengan tawa kecil darinya. (Benar-benar)

Itulah yang disukai para siswa dari ssaem. Ia tidak terlalu serius juga tidak terlalu kaku seperti guru lainnya yang terkadang terkesan memaksa untuk belajar. Ia menyenangkan layaknya teman sebaya, tidak membosankan, dan selalu memiliki metode yang bagus dalam mengajar. Tak jarang siswi di sekolah itu menyukainya. Tentu saja menyukainya dalam arti sesungguhnya.

Tak jarang ia menemukan siswi yang memberinya catatan kecil dalam buku tugas yang ia periksa. Apalagi kalau isinya bukan kata-kata pujian atau pernyataan perasaan. Namun ia tak pernah menganggap hal itu serius karena ia mengerti remaja pasti akan mengalami hal seperti ini, kemudian mereka akan melupakannya, atau disebut "kelabilan."

"Ssaem, anda terlihat sangat tampan menggunakan kemeja merah tua itu," ujar Hana dengan matanya yang berbinar.

"Aish, utjinda." (Menggelikan)

"Ya, shikkeuro." (Diamlah)

Beberapa namja merasa kesal dengan sikap Hana yang senang mengubah suasana kelas seenaknya. Tidak sedikit juga yeoja yang merasa kesal mendengar ucapannya yang bisa dikatakan murahan.

"Jinjja? Ah, ottokhae, geundae, aku sudah pernah memakai kemeja ini bulan lalu." (Bagaimana ya)

Lantas mereka semua tertawa mendengar respon ssaem yang menanggapi ucapan Hana dengan cara yang unik. Dia selalu seperti ini ketika para siswi menggodanya. Ia tidak menanggapi, namun juga tidak mengabaikan mereka. Keren? Itulah yang dipikirkan para siswa SMA Jaeguk.

"Jangan hanya menyukai seseorang karena ia tampan Hana-ya, kau harus benar-benar menyukainya karena hatinya. Dari situlah kau dapat mengetahui apakah ia pantas untukmu atau tidak," lagi-lagi ia menutup kalimatnya dengan lengkungan manis dibawah hidungnya.

"Ah, matta, hari ini kita memiliki siswi baru. Masuklah, Minji-ya." (Benar juga)

Sepasang tungkai jenjang nan putih dengan sneakers yang putih juga masuk kedalam kelas itu diikuti teriakan para namja yang berada di barisan belakang.

"Wah, kau benar Taewoon-ah, neomu neomu yeppo," ucap Chansoo tanpa mengalihkan pandangannya dari siswi baru itu.

"Ya, ya, geumanhaera, kalian dapat mengundang kepala sekolah jika berteriak seperti itu." (Berhentilah)

"Kenalkan, namanya Kim Min Ji, dia pindahan dari SMA Haeguk."

Tbc.

That Bad Boy | JJKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang