18

302 39 0
                                    

"Pakaianku masih ada di lemarimu, kan?"

Gadis itu langsung melangkah masuk menuju kamar tidur setelah si pemilik apartemen membuka pintu, melepaskan sepatunya begitu saja tanpa ditata rapih.

Tanpa mendengar jawaban apapun, Minji mengambil sebuah celana pendek dan juga kaos polos milik Taehyung dari lemari. Tidak lupa juga dengan pakaian dalam berwarna gelap, tentunya milik Minji sendiri.

"Sudah kubilang jangan tinggalkan pakaian dalam disini, aish," Taehyung menatap jijik sepupunya yang tanpa malu berjalan ke kamar mandi sambil membawa bra dan celana dalam.

Tak lama kemudian terdengar suara air yang mengucur berasal dari kamar mandi.

Apartemen yang ditinggali Taehyung termasuk apartemen yang cukup mahal, apalagi bagi anak seumurannya. Berisikan satu kamar tidur, satu kamar mandi, dapur, dan juga ruang utama yang cukup luas, apartemen tersebut dapat menghabiskan banyak uang setiap bulannya. Namun ia tidak perlu memikirkan biaya sewa sama sekali. Siapa sangka jika seluruh gedung apartemen yang ia tinggali milik ayahnya.

Sampai terkadang Minji meminta Taehyung untuk memberinya satu apartemen, bahkan yang paling murah sekalipun tak apa katanya.

"Tae, kumohon bilang ahjussi, aku benar-benar membutuhkannya. Aku tidak ingin tinggal di rumah," dengan raut wajah yang memohon, Minji berusaha untuk membujuk Taehyung yang saat itu sedang memainkan handphone.

"Aku akan dipukuli Ayah jika ia tahu aku menjauhkan dirimu dengan kakaknya," katanya setiap Minji memohon.

Dan selalu diakhiri dengan Minji yang mengolok Taehyung, "Dasar laki-laki jahat."

Selagi Minji membersihkan tubuhnya, Taehyung yang masih mengenakan seragam sekolahnya berjalan menuju dapur, lebih tepatnya kulkas yang ditempeli banyak brosur makanan cepat saji.

Diambilnya selembar brosur yang tertempel pada kulkas, kemudian mengeluarkan handphone miliknya dari saku. Ia mulai menekan tombol-tombol angka, membentuk sebuah nomor telepon.

"Eoh, ke apartemen 302, aku ingin memesan ayam saus pedas manis, original, dan juga ceker pedas tanpa tulang."

Taehyung terdiam sambil mengangguk-anggukan kepalanya, mendengarkan pengulangan pesanannya dari seberang telepon, kemudian berkata, "Baiklah, aku tunggu, terima kasih."

Selagi menunggu, ia memeriksa minuman dingin di dalam kulkas. Ia harus selalu siap siaga dengan rasa pedas yang menanti. Sayangnya tersisa beberapa botol berisikan air mineral. Taehyung menghela napasnya, kecewa bahwa senjata penangkis rasa pedasnya sudah habis.

"Minji-ah! Aku akan pergi sebentar ke minimarket," teriak Taehyung.

"Taehyung! Tunggu sebentar!"

"Ada apa?"

"Bisa kau ambilkan pembalut di tasku? Kumohon," dilihatnya kepala Minji mengintip dari balik pintu kamar mandi sambil tersenyum kaku.

Hubungan mereka sudah seperti layaknya adik kakak, namun Taehyung tetaplah seorang laki-laki normal. Walau Minji tidak memiliki rasa malu sedikit pun, Taehyung merasa tidak nyaman setiap sepupunya itu meminta hal yang bersangkutan dengan privasi wanita.

Ini bukan pertama kalinya Minji menyiksanya seperti ini. Gadis itu pernah menyuruh Taehyung pergi sendirian ke minimarket hanya untuk membeli pembalut. Ia juga pernah mengajak laki-laki itu untuk masuk ke dalam toko yang menjual pakaian dalam khusus wanita. Taehyung menolak masuk sebenarnya, namun mengingat ia harus membawa belanjaan gadis itu karena kalah taruhan ketika bermain bola basket, ia terpaksa masuk dengan tatapan yang selalu menunduk ke lantai.

That Bad Boy | JJKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang