5

2K 164 6
                                    

(Don't play the video)

Minji's POV

Setelah selesai berurusan dengan namja sialan tadi, kuputuskan untuk pergi dari atap. Tempat itu bukan lagi tempat yang tenang.

"Sialan!"

Jari-jariku yang mengepal memukul pegangan tangga yang berada di sisi kananku. Semakin memikirkan kejadian tadi membuatku semakin gusar. Dia membuatku harus memukulnya dan sebentar lagi aku akan terkena masalah.

Ottokhae? Appa pasti akan tahu masalah ini.

Sambil memikirkannya aku menuruni tangga hingga bertemu dengan sekumpulan namja. Dari penampilan mereka dapat kusimpulkan bahwa mereka sama seperti namja yang di atap tadi.

Sepertinya mereka teman-temannya.

Aku terus berjalan tanpa menghiraukan keberadaan mereka. Dari sudut mataku dapat kulihat mereka sedang menatapku. Hingga seseorang yang berjalan di paling belakang menarik perhatianku.

 Hingga seseorang yang berjalan di paling belakang menarik perhatianku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

We're staring each other.

Setelah mencapai gagang pintu, kubuka pintu dan keluar dari tempat itu.

***

Kakiku masih terus berjalan tanpa arah tujuan.

Sepertinya aku memang harus belajar kali ini.

Dengan perasaan terpaksa, kulangkahkan kakiku menuju kelas. Ketika berada di lorong depan kelas, kutemukan Eunbi yang sedang duduk di lantai sambil mengangkat lengannya keatas. Ia nampaknya terkejut melihat keberadaanku, hal itu terlihat dari tubuhnya yang tersentak ketika melihatku yang berdiri tak jauh darinya.

"Mwohaneungeoya?" (Apa yang sedang kau lakukan?)

Dia terdiam cukup lama setelah aku bertanya. Wajahnya hanya menatapku seakan-akan tidak percaya aku bertanya padanya.

Mwoya, ada apa dengannya?

Melihatnya yang seperti itu membuatku berpikir bahwa ia tidak akan menjawab pertanyaanku. Kuputuskan untuk melanjutkan tujuan awalku, yaitu mengikuti pelajaran.

"Andwe!" (Tidak)

Akhirnya ia mengeluarkan suaranya tatkala aku ingin menggeser pintu kelas. Aku hanya menatapnya bingung.

"Jangan dibuka! Jika kau masuk sekarang, yang ada kau akan dihukum sepertiku."

Semakin lama suaranya merendah, mungkin ia malu mengakui kalau ia sedang dihukum. Aku pun melepaskan peganganku pada pintu.

"Lalu, kau kira jika aku tidak masuk aku tidak akan dihukum?"

"Itu sedikit lebih baik daripada kau masuk hanya untuk dihukum, itu sama saja bunuh diri," ucapnya tanpa menatapku.

That Bad Boy | JJKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang