9

1.6K 138 3
                                    

Jungkook's POV

Aku bermaksud membangunkannya agar ia segera pergi dari mimpi yang kupikir membuatnya menderita itu, namun ia sudah terbangun sebelum tanganku menyentuh pundaknya.

Dengan tatapan yang penuh takut, kedua matanya menatap atap ruangan ini. Dapat kudengar suara napasnya yang terengah-engah meraup oksigen sebanyak-banyaknya.

"Gwaenchanha?" Tanpa menyimpan dendam padanya perihal luka di bibirku, hal yang harus kutanyakan pertama kali apakah dia baik-baik saja.

Dia hanya diam, masih dalam kondisi yang sama. Tanganku terulur menyentuh pundaknya, bermaksudnya menyadarkannya. Namun sebelum jari-jariku mengenai seragamnya, pergelangan tanganku ditangkap olehnya. Kini kedua matanya bertemu dengan milikku.

"Apa yang kau lakukan disini?"

Aku bertanya apakah dia baik-baik saja atau tidak, dan dia malah bertanya balik padaku seakan-akan dia tidak mau aku berada disini.

Menyebalkan.

Setelah membuang pergelangan tanganku dengan kasar, ia segera bangun dari posisi tidurnya dan mengusap dahinya yang bercucuran keringat.

"Apa yang kau lihat?" Nada suaranya seakan-akan aku tidak boleh mengetahui apa yang barusan saja terjadi. Jika itu yang ia mau, baiklah.

"Museunsoriya?" (Apa maksudmu?)

"Kutanya apa yang kau lihat?" Dengan nada serius ia menoleh dan bertanya lagi padaku, memastikan aku benar-benar tidak melihatnya menangis ketika tidur.

"Eopsseo, eopttago."

Ia terdiam menatapku, memastikanku benar-benar tidak tahu apa-apa.

"Aku baru saja masuk kesini ketika kau hanya menatap langit-langit ruangan."

Raut wajah yang tadinya sedikit tegang sekarang mulai merileks. Ia benar-benar tidak ingin seseorang melihat kondisi buruknya itu. Rasa kasihan sedikit mengumpul pada diriku, namun segera kutepis. Dia tidak butuh belas kasihan, sama sekali tidak butuh.

Tanpa kusadari, ia sekarang sedang menggunakan kedua sepatunya, bermaksud untuk pergi dari ruangan ini.

Kenapa dia selalu saja pergi menghindariku?

"Kau disini saja, aku sudah mau pergi," ucapku sebelum melangkah keluar dan menutup pintu ruang kesehatan.

Dapat kulihat dari ekor mataku, ia hanya menatapku pergi tanpa berbicara satu kata pun.

Tunggu, kenapa aku menawarkan diri untuk keluar?

Tanpa mengingat tujuanku datang ke ruang kesehatan, aku kembali ke basecamp tanpa membawa obat untuk luka pada bibirku.

Ketika hampir tiba di basecamp, samar-samar aku mendengar suara hyung-deul berbicara satu sama lain. Kuduga mereka membicarakan yeoja yang mereka lihat di atap hari ini.

"Taehyung-ah, kau tidak ingin menjelaskan apa-apa pada kami?"

"Museunsoriya, hyung?"

"Geu yeoja, apa benar dia yeojachingu-mu?"

"Well, she's a yeoja and a chingu, so..."

"Taehyung-ah..."

Kudengar suata Taehyung hyung tertawa kecil.

Dia pikir ini lucu?

"Eum, kalian bisa menganggapnya seperti itu," dari suaranya dapat kuketahui bahwa ia tersenyum.

Mwoya... membuatku penasaran saja.

That Bad Boy | JJKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang