4

2.2K 177 9
                                    

Baru dua menit yang lalu aku merasakan ketenangan, dan sekarang sudah ada pengganggu lagi. Juga, kenapa dari semua siswa di sekolah ini, aku harus bertemu dengannya lagi?

"Kubilang sedang apa kau disini?"

Nadanya meninggi tatkala aku tidak meresponnya. Tanpa kuduga, ia menendang salah satu kaki tempat duduk yang kutiduri, seperti deja vu.

Tak!

"Akh! Ya!" Masih dalam posisi berbaring, aku memegang kepalaku yang sakit akibat pergerakan alas yang tiba-tiba.

Rasanya ingin sekali kulontarkan sumpah serapah juga beberapa tinju padanya. Sekali lagi, sayangnya ini bukan Haeguk. Disana aku bebas melakukan sesukaku tanpa harus diketahui appa. Tapi jika aku membuat masalah disini, pasti ssaem akan langsung mengadukanku padanya, dan itu sebuah mimpi buruk. Dia pasti akan bilang jika aku mencemarkan nama baiknya.

Chamkkanman, belum ada yang tahu aku anaknya bukan? (Tunggu)

Seketika aku melupakan eksistensi seorang pengganggu yang sedari tadi mengusirku. Ia masih menatapku datar dengan matanya yang bisa membuat siapapun jatuh kedalamnya.

Apa?

"Ya, kau tidak akan pergi?"

Kau pikir semudah itu aku akan pergi?

Dia yang melihatku tidak bereaksi apapun membuang wajahnya dengan kesal sembari menghembuskan napasnya dengan kasar. Sedetik kemudian ia terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu. Ia menatapku kembali, kemudian tatapannya berpindah menuruni tubuhku. Aku tahu apa yang brengsek ini pikirkan.

"Di atap ini hanya ada kita berdua, aku bisa saja memperkosamu disini. Apa tak masalah?"

Dasar penggertak.

Aku tertawa kecil dengan nada yang mengejek. Ia pikir aku akan takut dengan hal-hal seperti itu? Setiap malam aku melihat orang saling menyentuh satu sama lain di klub, hal itu sudah seperti pemandangan wajib malamku. Kuputuskan untuk mengabaikan kalimatnya. Baru saja aku ingin berdiri, ia sudah membungkukan badannya. Hal itu membuat wajah kami sejajar dengan rotasi yang berbeda. Wajahnya benar-benar dekat dengan wajahku. Jika ia menurunkan beberapa senti wajahnya, alhasil ia akan mengecup keningku. Napasku terhenti tatkala ia membisikan beberapa kata sialan itu.

"What about two rounds?"

Sepertinya ia harus kuberi pelajaran sedikit. Baiklah, jika ia menginginkannya, akan kuberikan. Kutatap mata hazelnya dengan senyuman menggoda. Melihatku yang seperti itu membuatnya tersenyum puas. Ia pun memosisikan bibirnya diatas bibirku dan perlahan ia menurunkan wajahnya.

Memangnya aku jalangmu, saekki? (Brengsek)

Tanganku mengepal kemudian meninju wajahnya, tepatnya wajah bagian kanannya. Badannya terhuyung beberapa langkah kebelakang hingga akhirnya ia terjatuh, sedangkan aku segera berdiri dan berjalan mendekatinya. Ia mengusap sudut bibirnya dan dapat kulihat sedikit darah mengalir keluar. Setelah mengetahui bibirnya berdarah, ia menatapku dengan death glarenya.

Bagaimana rasanya ditinju oleh seorang yeoja, huh?

"Aku memang seorang yeoja, tapi bukan berarti aku tidak dapat membalas perbuatan brengsekmu."

Kulangkahkan kakiku mendekati tangga, meninggalkan ia dengan perasaan yang kuyakini amat sangat malu.

***

Eunbi's POV

Should i give this? Or not?

That Bad Boy | JJKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang