Part 6

35 5 0
                                    

"langitku yang dulu kelabu, kini menjadi biru karena kehadiranmu disini. Disisiku..."

*****

Aku melihat kaki seseorang dengan sepasang sepatu ket berwarna putih. Terlihat seperti kaki seorang anak laki-laki.

Aku merasa sedikit kecewa. Ternyata itu bukan nenek yang hidup kembali. Dan bukan pula orang tuaku yang datang untuk mencariku.

 Akupun mulai menaikkan pandanganku untuk melihat siapa orang yang melindungi diriku dari hujan dengan payungnya ini.

Benar saja aku melihat seorang anak laki-laki seumuranku dibawah hujan dengan tertawa kecil saat melihatku.

Dia tampan tapi wajahnya sedikit menyebalkan. 

"gadis bodoh" ucap anak laki-laki itu dengan senyum mengejek.

Aku merasa tersinggung dengan ucapannya itu. sedikit tapi menusuk.

Rasanya aku ingin memukul anak laki-laki itu tapi aku tak bisa melakukannya. 

Tiba-tiba dia dudukdidepanku dan menghapus air mataku dengan ibu jarinya. layaknya seperti di drama.

Aku luluh dengan sikapnya. 

"dasar ratu drama. Apa kamu tidak malu menangis di depan umum seperti orang gila? jangan-jangan kau memang gadis gila." anak laki-laki itu bicara dengan ekspresi datar. 

Sial, dia mengejekku.Aku menjadi kesal dan menepis tangannya yang mengusap air mataku.

"PERGI KAMU!" Ucapku pada anak itu dengan membuang muka. 

Aku memperlihatkan wajah masam tanpa tersenyum sedikitpun dan ingin menunjukkan padanya bahwa tak ada yanglucu dari ucapannya. 

"kamu marah? Kamubenar-benar menangis? ma'afkan aku." Diaberkata dengan wajah menyesal sambil menundukkan kepalanya. 

Aku melihat kearahnya sekali lagi. aku bisa memperhatikannya dengan jelas kali ini. Dia terlihat berantakan seperti orang yang baru saja dihajar. badannya basah kuyup karena payung yang dia bawa dia gunakan untuk melindungiku dari hujan. Di ujung bibirnya ada bekas luka. Pakaian yang dia kenakan sangat lusuh penuh lumpur. Aku juga melihat luka pada kaki dan tanganya. 

"kamu terluka?" tanyaku sambil menyentuh luka dilututnya.

Mendengarku bertanya dia mengangkat kepalanya dan memperhatikan wajahku.

  "aku tak apa. kamu kenapa menangis sendiri disini? Kamu boleh cerita padaku."  ucapnya sambil menggenggam tanganku yang menyentuh lukanya dan menjauhkan tanganku, lalu melepaskan genggamannya. 

Dia kemudian duduk disampingku sambil memberikan payungnya padaku. 

Aku mengambil nafas dalam-dalam dan mulai bercerita tentang kejadian yang kualami. Tentang orang tuaku juga kematian nenekku.

 Dia mendengarkan ceritaku dengan terus menatapku. 

"lalu?Kamu pikir dengan menangis nenekmu akan kembali hidup? Kamu ingin nenekmu menjadizombi ya? Apa kamu selemah itu?"  dia berkata sambil memalingkan wajahnya. 

Aku sedikit kesal mendengar tanggapannya. Tentu saja aku tidak ingin nenekku jadi zombi. 

Aku menatapnya sinis.

Dia balik menatapku.

beberapa detik kami saling tatap tanpa satu katapun.

Dia tersenyum sambil memalingkan wajahnya dari tatapanku.

aku berpikir, kenapa anak ini tersenyum?

About YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang