Hae Joo sibuk dengan buku-bukunya di loker. Hari ini dia punya jadwal kelas yang penuh. Dia juga harus melihat persiapan anniversary kampusnya yang hanya tinggal beberapa hari lagi.
Hae Joo terkejut dan hampir terjatuh saat menemukan Daehyun telah berdiri di sampingnya. Bersender pada pintu loker dan tengah mengamati Hae Joo.
"Demi tuhan! Sejak kapan kau disini?"
"Kau terlihat sangat serius, bahkan tidak dengar aku mendekat."
"Kau kan bisa menyapaku," Hae Joo menggeleng seraya menghela napas.
"Hai," sapa Daehyun langsung. Hae Joo memutar bola matanya.
Daehyun menyusul Hae Joo. Mereka punya waktu 2 jam sebelum kelas berikutnya.
"Ada yang ingin aku tanyakan padamu," Daehyun mengimbangi kecepatan Hae Joo meski dirinya sedikit kesulitan - Kesulitan untuk menahan diri agar tidak melesat terlalu cepat. Hae Joo tidak memberi respon tapi dia menyimak apa yang dikatakan Daehyun, "Saat pertama kali aku bertemu denganmu, tanpa sengaja aku melihat kertas gambar itu. Apakah itu aku?"
Pertanyaan itu mengejutkan Hae Joo. Dia bingung menjawabnya, karena Hae Joo sendiri tidak tahu jawabannya.
Daehyun merasa dadanya dihantam sesuatu. Tapi Daehyun berusaha menenangkan rasa ngilu yang berpusat pada jantungnya itu.
"Bagaimana bisa? Aku saja baru bertemu denganmu." Hae Joo masih melanjutkan langkahnya tanpa menoleh pada Daehyun sedikitpun. Bukan karena apa tapi Hae Joo malu untuk mengakui jika namja itu ada dalam setiap mimpinya bahkan sebelum mereka berkenalan.
"Benarkah? Itu sangat kebetulan sekali, seperti kau memiliki indera keenam."
Hae Joo tersenyum kecil. Mereka sampai di ruang sekertariat mahasiswa. Hae Joo memiliki cukup banyak pekerjaan dalam acara yang hanya tinggal beberapa hari lagi itu.
"Apa kau keberatan jika aku membantumu?"
"Membantu apa?"
"Apapun. Kurasa kau memerlukan bantuanku."
Hae Joo memeriksa teman-temannya yang sibuk membuat beberapa dekor. Hae Joo harus mengerjakan dekor panggung dan sepertinya memang tidak ada yang bisa membantunya.
Daehyun masih menunggu, dia tahu Hae Joo tidak akan menolaknya kali ini. "Jika kau tidak keberatan kau bisa membantuku."
"Tentu saja," ujar Daehyun cepat.
Hae Joo menunjukkan properti yang akan digunakan untuk panggung. Mereka harus menyelesaikannya segera karena besok akan dilakukan pemasangan di aula kampus.
Hae Joo mengingkat rambutnya yang terurai. Usai melakukannnya Hae Joo sadar Daehyun menatapnya. Namja itu tidak mengalihkan perhatiannya meski Hae Joo menangkap basah dirinya.
"Wae?"
"Beautiful." ujar Daehyun lembut.
Hae Joo spechless dan blushing. Dia berdeham dengan salah tingkah. Daehyun tertawa kecil, merasa lucu dengan sikap Hae Joo.
"Kerjakan bagian sana."
Hae Joo menunjuk sebuah papan untuk Daehyun cat. Dia mengangguk dan segera melakukannya.
"Sejak kapan kau suka menggambar?"
Ruang mahasiswa disana cukup luas. Masing-masing orang fokus pada pekerjaan mereka. Sehingga tidak ada yang begitu memperhatikan Hae Joo dan Daehyun.
"Sudah lama, aku tidak ingat."
"Kenapa kau menggambar namja itu? Apa itu benar-benar memang idemu?"

YOU ARE READING
[Book 2] ALIVE
FanfictionAku menghabiskan semua eksistensiku untuk menunggumu. Setelah kini aku menemukanmu, aku tidak akan sanggup untuk jauh darimu. Karena sekarang kau adalah eksistensiku. Aku lebih baik mati daripada harus menjauh darimu lagi. "I promise to love you for...