#29 Just Friend

10 2 1
                                    

Hae Joo ditarik paksa dari kerumunan hingga ke pojok gedung. Bukan karena tidak bisa melawan Hae Joo hanya membiarkan orang itu melakukannya.

"Whats wrong with you?" akhirnya Hae Joo meloloskan pertanyaan itu.

Matanya menghujam tajam pada dua manik mata silver itu. Ada perasaan rindu yang entah dari mana asalnya.

"Aku mencoba menahan diri tapi kau tidak membiarkanku melakukannya." Daehyun bergumam amat sangat kecil.

"What?"

"Here!" Daehyun menunjukan selembar kertas dengan nama Hae Joo disana.

"Apa yang salah?"

"Are you out of your mind?"

Daehyun menggeram. Hae Joo justru menarik sudut bibirnya. Akhirnya dia berhasil melakukannya.

Daehyun mengajukan pindah jurusan dari yang dilakukannya sekarang. Minggu lalu setelah Hae Joo mendapatkan kabar itu dia melakukan hal yang sama.

"Seharusnya itu yang kutanyakan padamu."

Daehyun melepaskan cengkramannya. Yang mana hampir saja membuat dirinya lupa diri.

"Batalkan hal itu!" nada itu adalah nada perintah yang penuh penekanan.

"Kenapa? Kau saja bisa, kenapa aku tidak? Apa benar kau pindah untuk menghindariku?"

"Tidak ada urusannya denganmu." Daehyun menyerahkan formulir itu pada Hae Joo.

"Lalu kenapa kau tidak mau membalas pesanku?"

Daehyun berhenti beberapa langkah dari tempat Hae Joo. Meski tidak ada satu pesan atau telpon Hae Joo yang dijawabnya tapi Daehyun selalu ada di sekitar Hae joo.

"Apa karena Sehun?" Hae Joo sepertinya benar-benar merindukan Daehyun. Dia berusaha untuk kembali berinteraksi dengan namja itu dengan berbagai cara.

"Bisakah kita tetap berteman?"

Mungkin Hae Joo egois. Dia bersedia mengakuinya. Karena Hae Joo cukup terganggu dengan ketiadaan Daehyun dalam beberapa minggu ini. Meski Daehyun sendiri baru dikenalnya belum lama.

Kali ini Daehyun berbalik dengan mata yang berkilat. Dia mengambil dua langkah lebar untuk sampai dihadapan Hae Joo.

"Kau tahu, we can't just be a friend."

Daehyun menghujam Hae Joo dengan tatapannya. Kemudian pergi begitu saja.

Mungkin Daehyun benar, dia tidak bisa menjadi hanya sekedar seorang teman. Layaknya Sehun yang tidak hanya sebagai sahabatnya.

Hae Joo hanya dapat menatap kepergian Daehyun lewat punggungnya yang semakin menjauh.

Pengajuan pindah yang dilakukan Daehyun tentu sangat mendadak. Pasalnya namja itu baru kembali dari cutinya yang cukup panjang.

Jelas sekali Hae Joo menerimanya sebagai cara Daehyun untuk menghindarinya.

"Kenapa belakangan aku sering melihatmu berwajah lesu?"

Hae Joo mengangkat wajahnya dan melihat Gayeon sudah ada di hadapannya.

Hae Joo menghembuskan napas dengan berat. Setelah Gayeon menarik kursi di hadapan Hae Joo dan ikut duduk, Hae Joo menceritakan pertemuannya dengan Daehyun kemarin.

"Kau apa?"

"Aku mengajukan pindah jurusan."

"Aku setuju dengan Daehyun. Apa kau sudah gila?"

Gayeon tidak ada dipihaknya. Dia belum mendapatkan inti yang ingin disampaikan Hae Joo.

"Daehyun pindah hanya untuk menghindariku."

"Lantas kau mengejarnya dengan pindah ke jurusan yang sama?" Hae Joo diam. Dia tidak menyangkal tuduhan yang Gayeon utarakan dalam pertanyaan itu.

"Aku tahu hatimu masih abu, tapi bukan berarti kau melakukan itu dengan mudahnya." Gayeon sedikit menaikkan nadanya. "Apa Sehun tahu?"

Sehun! Hae Joo tidak memberitahunya saat Hae Joo mengajukan formulir itu.

"Kau akan menyakitinya jika dia tahu kau pindah jurusan untuk mengejar Daehyun."

"Aku tidak mengejar Daehyun!"

"Memangnya apa bedanya? Kau ingin menarik perhatian dia lagi kan?"

Hae Joo diam. Dia tahu Gayeon benar.

"Aku akan mengatakannya pada Sehun nanti."

"Katakan sebelum dia salah paham padamu."

"Aku tahu."

"Dan Daehyun, bagaimana kau akan menghadapinya?"

Kalimat terakhir Daehyun tiba-tiba kembali terngiang. 'We can' t just be a friend.'

Terjawab sudah semuanya. Namun kini Hae Joo yang bingung untuk menghadapinya.

[Book 2] ALIVEWhere stories live. Discover now