PRRRAAANG
Bunyi itu terdengar begitu keras. Detik berikutnya Hae Joo tersadar dirinya terdorong hingga ujung panggung. Seseorang jatuh ditengah panggung dengan lampu sorot besar yang menimpanya.
Mata Hae Joo membulat menyesuaikan. Beberapa orang berlari menaiki panggung dan menghampiri orang tersebut. Beberapa diantaranya sibuk menghubungi para medis atau mungkin ambulans. Darah dimana-mana dan orang itu terbaring tidak bergerak.
"Daehyun!" seru seorang namja menyeruak dalam kerumunan tersebut.
Hae Joo tersadar, dia berlari menghampiri kerumunan. Daehyun terbaring dengan tangan dan kepala yang terluka.
"Yoorin ambil mobil." seru namja itu pada seorang yeoja yang mungil.
Hae Joo ingat dia yeoja yang menanggil Daehyun dengan sebutan Oppa. Yeoja itu melesat pergi dan dalam sekejap hilang begitu saja.
Sementara namja itu menggendong Daehyun. Hae Joo mengikuti mereka dan menghentikan namja itu saat sebuah mobil merah menghampirinya. Hae Joo tidak banyak tahu soal otomotif tapi sepertinya itu salah satu mobil kelas tinggi.
"Aku ikut."
"Tidak!" tegas namja yang menggendong Daehyun.
"Aku berhak ikut!" ujar Hae Joo tidak kalah keras.
Namja itu mengumpat sesuatu yang membuat Hae Joo mengerutkan kening. Dia tidak mengerti apa yang diucapkannya.
"Oppa," Yoorin dibalik kemudi memberi peringatan tidak sabar.
"Fine tapi kau tidak boleh menemui Daehyun selama pemeriksaan."
Persyaratan itu terdengar konyol tapi Hae Joo mengangguk. Dia masuk ke tempat duduk di samping Yoorin karena namja itu sudah lebih dulu masuk ditempat duduk belakang.
Seorang dokter perempuan memeriksa luka Daehyun. Hae Joo diminta untuk menunggu diluar ruangan selama pemeriksaan sementara adik perempuan Daehyun dan namja yang bersamanya menjelaskan kronologi kejadian itu pada dokternya.
Mereka terlihat akrab dari sekedar hubungan dokter dan pasien. Daehyun sudah sadar dalam perjalanan menuju rumah sakit.
"Dia baik-baik saja," Yoorin memberi kabar pada Hae Joo yang masih menunggu diluar.
"Good," Hae Joo senang mendengarnya. Dia sungguh lega setelah melihat begitu banyak darah di atas panggung tadi. "Terima kasih."
Yoorin tersenyum canggung. Ada sesuatu pada gadis itu yang membuat Hae Joo heran. Dia terlihat ingin memeluknya namun menahan diri untuk sesuatu. Hae Joo cepat menepis pemikiran bodohnya.
Namja yang bersamanya tadi dan dokter itu terlihat sedikit berdebat. Dahyun sendiri mencoba untuk mengatakan sesuatu hingga mata itu menatap Hae Joo saat seseorang membuka pintu dan memperlihatkan Hae Joo yang masih menunggu di luar ruangan.
Mereka bertiga memandang Hae Joo dalam beberapa detik hingga pintu itu kembali tertutup. Hal berikutnya Hae Joo terkejut saat tiba-tiba namja itu mendorong pintu untuk keluar. Dia menatap Hae Joo sekilas. Tatapan datar dan menyelidik.
"Hai, kau Hae Joo bukan?" Dokter perempuan yang memeriksa Daehyun menyapa Hae Joo. Entah sejak kapan Dokter itu ada disampingnya.
"Ah ya, hallo. Bagaimana keadaan Daehyun?"
"Dia baik. Setelah istirahat dia bisa kembali beraktivitas." Hae Joo menghembuskan napas lega.
Matanya tertuju pada adik Daehyun dan namja itu yang memilih untuk pergi. "Aku lega mendengarnya."
"Tidak usah khawatir, dia pernah mengalami hal yang lebih buruk dari ini." Alis Hae Joo terangkat. Terkejut dengan kalimat yang baru saja dokter itu katakan. "Oh, aku kakak perempuannya. Hwayeon."

YOU ARE READING
[Book 2] ALIVE
FanfictionAku menghabiskan semua eksistensiku untuk menunggumu. Setelah kini aku menemukanmu, aku tidak akan sanggup untuk jauh darimu. Karena sekarang kau adalah eksistensiku. Aku lebih baik mati daripada harus menjauh darimu lagi. "I promise to love you for...