Yongguk dan saudara yang lain menunggu di ruang keluarga hingga Hwayeon selesai memeriksa keadaan Daehyun.
"Kau baik-baik saja?" Hwayeon tidak menemukan ada yang salah dengan tubuh adiknya namun jelas dia terlihat khawatir.
Daehyun tiba dengan tubuh sempoyongan. Hal itu tentu saja membuat anggota BAP yang lain khawatir.
"Aku baik."
Hwayeon mengangguk paham. Dia tidak ingin membuat Daehyun tidak nyaman dengan pertanyaannya. Kemarahan Daehyun akan tubuhnya yang tiba-tiba berubah itu sempat mengejutkan benak semua BAP. Pasalnya Daehyun berteriak keras dalam pikirannya. Hal itu sampai pada pikiran BAP lainnya.
"Kau perlu sesuatu?"
"Tidak, aku hanya ingin sendiri saat ini," Daehyun merasa bersalah telah bertidak bodoh didepan saudaranya yang lain. "Maafkan aku noona."
Hwayeon tersenyum mengerti kemudian tanpa banyak bicara Hwayeon meninggalkan ruangan Daehyun.
Pulang dari Matto Daehyun membawa elixir yang dibuat Yunho dari darahnya sendiri. Elixir itu dapat menghilangkan rasa sakit pada tubuh Daehyun jika tiba-tiba rasa sakit itu muncul.
Dia benci terlihat lemah. Daehyun merasa dirinya seperti manusia yang berpenyakitan. Namun dia tidak ingin menyesalinya. Keputusannya untuk memberikan seluruh jiwanya tidak akan pernah Daehyun sesali. Hanya saja Daehyun membenci efek samping dari hal itu.
Kantung mata dikedua matanya membuat Hae Joo dikenali seperti seorang Zombie. Setidaknya begitulah Gayeon menyebutnya.
Pulang berlibur dia dihadapkan pada perayaan ulang tahun kampusnya sehingga memaksa Hae Joo untuk bekerja keras bahkan hingga bergadang berhari-hari. Ditambah insomnianya beberapa hari ini karena nightmare yang entah kenapa muncul berulang kali.
"Sebaiknya kau pulang dan beristirahat," Gayeon berulang kali menyarankan. Dia khawatir sahabatnya ini akan tiba-tiba ambruk dimanapun.
"Aku masih harus melihat persiapan team dekor," Hae Joo membereskan alat tulisnya. Kuliahnya hari ini berakhir lebih awal.
Gayeon mendesah pasrah. Dirinya berlari ke gedung seni usai mata kuliahnya selesai namun orang yang dikhawatirkannya nampaknya tidak terlalu peduli pada diri sendiri. Gayeon mengikuti Hae Joo hingga ruang mahasiswa. Namun enggan untuk masuk, alhasil Gayeon hanya menunggu di luar ruangan saja.
"Kau yakin tidak apa-apa?"
"Aku baik-baik saja," ujar Hae Joo mantap. Tidak ingin Gayeon terlalu khawatir padanya. "Kau bisa pulang lebih dulu. Kemungkinan ini akan lama."
"Aku tidak akan membiarkanmu pulang sendiri dengan keadaan seperti itu," dahi Hae Joo mengernyit. Tidak menangkap apa yang berusaha disampaikan sahabatnya. "Kau bisa ambruk kapan saja. Tentu aku tidak bisa meninggalkanmu."
Gayeon nampak sangat bersikeras. Dia tidak mau mengalah sama sekali. Hae Joo membenci sikap keras kepala gadis itu.
Sehun membuka semua makanan yang dibawakan kakak iparnya. Mulut Gayeon dan Hae Joo telah berair membayangkan makanan itu menyentuh lidah mereka. Tepat setelah Sehun membuka makanan terakhir Gayeon langsung mengarahkan sumpitnya pada mandu.
"Apa kalian tidak makan selama berbulan-bulan?" Sehun menatap Gayeon horror setelah gadis itu melahap dua mandu sekaligus.
"Selera makan Hae Joo belakangan mempengaruhiku. Dengan masakan Yejin eonni kurasa aku bisa memperbaikinya."
"Itu hanya alasan saja," Hae Joo menyangkal. "Pada dasarnya kau memang makan banyak." Sehun mengangguk menyetujui hal itu. Gayeon tidak dapat membalas kalimat Hae Joo, mulutnya dipenuhi makanan.

YOU ARE READING
[Book 2] ALIVE
FanficAku menghabiskan semua eksistensiku untuk menunggumu. Setelah kini aku menemukanmu, aku tidak akan sanggup untuk jauh darimu. Karena sekarang kau adalah eksistensiku. Aku lebih baik mati daripada harus menjauh darimu lagi. "I promise to love you for...