Hae Joo duduk bersandar pada sofa. Setengah jam sudah dia menunggu Sehun menjelaskan maksud dari pengusirannya serta kemana saja namja itu pergi tanpa kabar beberapa waktu ini.
"Kau benar-benar menyebalkan Oh Sehun!" Hae Joo melemparkan bantal kursi padanya kemudian pergi.
Sehun mengejarnya. Menarik Hae Joo kembali saat yeoja itu hendak menaiki tangga. Sehun menariknya ke dalam pelukannya.
"Karena aku menyukaimu." Hae Joo diam dan berusaha mencerna perkataan itu. "Apa alasan itu tidak cukup untuk menjauhkanmu dari laki-laki lain?"
"Sehun,"
"Aku pergi darimu dan berusaha melupakannya tapi aku tidak bisa. Kau tahu aku tidak bisa untuk jauh darimu apalagi melupakanmu."
"Kau sahabatku"
"Aku tahu. Tapi aku menyukaimu lebih dari sahabat."
Hae Joo masih diam dan membiarkan Sehun tetap memeluknya. Dia tidak menyadari itu karena Sehun selama ini selalu ada di dekatnya. Dia tidak tahu jika Sehun mempunyai perasaan itu.
Dia kemudian teringat Xiumin. Mungkinkah alasan ini yang membuat Xiumin memintanya untuk menjauhi Daehyun. Tapi dia bilang Daehyun berbahaya. Apa maksudnya?
"Sehun, aku-"
Sehun melepaskan pelukannya. Dia memandang Hae Joo yang masih bingung. Pengakuannya terlalu mendadak bagi yeoja itu. Dia bahkan menujukan kebencian yang terang-terangan pada Daehyun.
"Aku akan menunggu. Tapi aku serius dengan perkataanku. Kau benar-benar akan kehilangan aku jika dia tetap mendekatimu." Usai mengatakan itu Sehun pergi.
Hae Joo masih memikirkan apa yang dikatakan Sehun. Sudah berlalu beberapa hari sejak saat itu. Sehun tidak pernah menghubunginya lagi begitupun dengan Daehyun. Namja itu seolah hilang ditelan bumi.
"Apa yang kau lakukan?" Gayeon duduk disamping Hae Joo.
"Sehun," ujarnya memulai. "Dia tiba-tiba datang dan bilang bahwa dia menyukaiku."
Gayeon terlihat tidak terkejut dengan kabar itu. Dia diam dan menyimak cerita Hae Joo tanpa sedikitpun memberi komentar.
" Aku bingung. Apa yang harus aku lakukan?" ujarnya setelah menceritakan semua yang terjadi hari itu pada Gaeyon.
Yeoja itu hanya tersenyum kecil seraya menepuk bahu Hae Joo, "Dengarkan kata hatimu. Aku tahu kau punya jawabannya tanpa harus bertanya padaku."
"Kau tahu Sehun menyukaiku?"
Gayeon tertawa entah Hae Joo terlalu polos atau bagaimana. "Sejak dulu perlakuannya padamu selalu berbeda. Sehun menyukaimu sejak dulu, aku tahu dari caranya memandangmu dan caranya mengkhawatirkanmu. Kau hanya tidak sadar karena dia begitu dekat denganmu."
"Aku peduli padanya. Tapi-"
"Kau sedang bingung karena saat ini ada Daehyun yang juga dekat denganmu. Jika kau inginkan jawabannya tanyakan pada hatimu namja mana yang dia inginkan untuk ada didekatmu."
Hae Joo tahu dia menyayangi Sehun. Tapi apakah rasa sayang yang dimilikinya sama dengan yang diutarakan namja itu padanya. Selain itu ada sekelebat rasa lain yang mengganjal dalam dirinya. Hae Joo tidak yakin apa itu.
"Kau ingin jawaban yang ekstrim?" Gayeon mengangkat salah satu alisnya dengan tatapan menggoda. "Pacari saja Sehun dan kau akan tahu rasanya."
Pupil Hae Joo melebar. "Gila!" ujarnya dan pergi meninggalkan Gaeyon yang tertawa geli.
Bertanya masalah ini pada Gayeon tidak membuahkan hasil apapun. Dia masih bingung dengan perasaannya sendiri. Selama ini dia terlalu dekat dengan Sehun hingga saat dirinya butuh apapun Sehun selalu menjadi yang pertama dipikirkannya.
Namun saat ada Daehyun dia mulai merasa kehadiran Sehun pudar sedikit demi sedikit dan dunianya teralihkan.
Hae Joo memandang buku sketsanya. Dalam halaman terakhir dia melihat sosok Daehyun yang memandangnya ditempat tidur.
Hae Joo merasakan kehadiran dari namja itu pada Daehyun. Dia mulai merasa nyaman saat imaginasinya terasa nyata.
Imaginasi itu membuatnya lupa jika namja dalam mimpinya bukanlah Daehyun. Meski sejak awal Hae Joo selalu menekankan hal tersebut.
Entah sudah pesan keberapa yang dikirimkan Hae Joo pada Sehun hingga dirinya nyaris memohon agar namja itu mengangkat telponnya atau setidaknya membalas pesan singkatnya. Setiap kali lampu ponselnya menyala dia selalu berharap ada kabar dari Sehun.
Hae Joo tidak tahu dampak yang disebabkannya pada Daehyun. Namja itu bukan menderita tapi sekarat. Sesuatu jauh dalam dirinya menggerogoti Daehyun dari dalam. Jiwanya menginginkan yang lain, dia menolak dirinya. Tidak ada hal lain yang lebih menyakitkan daripada itu.
"Eonni" Panggil Yoorin tergesa.
"Lagi?" pertanyaan itu Youngjae lontarkan sebelum Yoorin menyampaikan sendiri apa yang harus disampaikannya. "Daehyun muntah darah lagi."
Hwayeon bergegas pulang. Dia dan Youngjae berlari secepatnya untuk sampai di rumah. Perburuannya cukup untuk mengisi tenaga beberapa minggu saja. Sekarang Daehyun lebih penting.
Hwayeon meluncur dengan anggun di balkon kamar Daehyun. Begitu dia masuk Daehyun tengah dibantu Himchan memuntahkan isi perutnya jika darah masuk dalam hitungan makanan. Sejak kapan vampire dapat muntah? Well sekarang kita tahu, itu terjadi pada Daehyun.
Daehyun mengangkat wajahnya yang membiru. Mata silvernya menatap Hwayeon dengan tatapan lega. Hwayeon berjongkok dihadapan adiknya itu. "Tolong beritahu aku cara untuk mengakhiri ini."
Mendengar pernyataan Hwayeon tersebut Daehyun justru tersenyum. "Tidak akan berakhir dengan mudah." Timpalnya masih dengan ekspresi senyum.
YOU ARE READING
[Book 2] ALIVE
Fiksi PenggemarAku menghabiskan semua eksistensiku untuk menunggumu. Setelah kini aku menemukanmu, aku tidak akan sanggup untuk jauh darimu. Karena sekarang kau adalah eksistensiku. Aku lebih baik mati daripada harus menjauh darimu lagi. "I promise to love you for...