Keesokan harinya Naya terpaksa harus izin untuk menemani Ayahnya di rumah sakit. Teman Naya belum datang, karena memang sejak kemarin Naya tidak sempat memegang ponsel.
Naya menghidupkan ponselnya. Menunggu lima menit, lalu ponselnya terus berdering dengan bunyi berbagai notifikasi dari Line, Whatsapp, dan beberapa panggilan tidak terjawab dari beberapa temannya.
Ferdi -Adik lelakinya- kini sedang bersekolah dan dia bilang pulang langsung ke rumah sakit. Ayahnya memang sudah di pindahkan ke ruang perawatan, tapi belum sadar juga sedangkan, kamar inapnya harus di bayar juga.
Tangan Naya kini mulai menggenggam tangan Ayahnya. "Yah, bangun Naya kangen sama Ayah." Naya sudah meneteskan air matanya dan tidak lupa mencium punggung tangan Ayahnya.
Tiba-tiba tangan Ayahnya bergerak. Naya langsung menghapus air matanya. "Ayah, ayah udah sadar?"
Tanpa membuang waktu lagi Naya memanggil dokter atau pun suster untuk memeriksa kondisi Ayahnya. Sedangkan, Naya di depan mondar-mandir tidak jelas.
Kini ponselnya berdering kembali, Naya menepuk keningnya. "Aku lupa ngasih tau alamat rumah sakitnya sama mereka."
Dengan cepat Naya mengetikkan alamat rumah sakit Ayahnya di rawat kepada teman-temannya. Dan tidak lama kemudian dokter pun keluar.
"Gimana Dok keadaan Ayah?"
Dokter pun tersenyum. "Tidak perlu khawatir semua baik-baik saja, hanya perlu perbanyak istirahat." Setelah mengucapkan itu dokter pamit.
Naya pun memasuki ruang perawatan Ayahnya. "Mana yang sakit, Yah, bilang sama Nay?" Tanya Naya sendu.
Tangan Ayahnya mengusap pipi anaknya. "Ayah baik-baik aja kok, Nak, Ayah kapan bisa pulang?"
Naya mengernyitkan dahinya. "Ayah baru juga siuman kenapa nanyaiin pulang sih?" Jujur saja Naya khawatir dengan kondisi Ayahnya.
Giordion bukan tidak mengerti dengan segala keterbatasan ekonomi mereka. "Kalo Ayah lama-lama disini gimana caranya kita bayar, Nay?"
Naya langsung menatap ke langit menghalangi air matanya yang ingin jatuh. "Apa orang biasa kaya kita gak boleh sakit atau lecet sedikit pun, Yah?" Tiba-tiba saja Naya menanyakan hal itu yang membuat hati Giordion -Ayah- perih.
Air mata Giordion lolos membasahi pipinya. "Maaf Ayah selalu gagal memenuhi segala kebutuhan kalian."
Naya langsung menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Hidupnya sebagai orang dari ekonomi bawah memang mengharuskannya untuk jauh dari penyakit, jika seperti ini mereka tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
"Ayah gak perlu mikirin itu, menurut Naya ada Ayah sama Ferdi aja udah cukup kok, yang penting Ayah sembuh dulu," ucap Naya.
Ayah Naya langsung mencari sesuatu. Naya akhirnya menanyakannya. "Ayah cari apa?"
"Dompet Ayah kemana, Nak?"
Naya langsung berjalan kearah tasnya dan mengambil dompet Ayahnya. Dia langsung menyerahkan kepada Ayahnya.
Tiba-tiba Ayahnya mengeluarkan sebuah kartu yang Naya tahu itu kartu ATM Ayahnya. "Pegang yah, Nak, semoga bisa buat bayar rumah sakit ini."
"Tap-"
"Jangan khawatir yah, Nak, semoga uangnya cukup dari dulu Ayah nabung sedikit demi sedikit buat jaga-jaga diantara kita bertiga kenapa-napa," Jelas Ayah.
Kini Naya sudah tidak kuat menahan air matanya lagi. Naya langsung memeluk Ayahnya dan terisak.
Dengan lembut Giordion mengusap punggung anaknya agar jauh lebih tenang. "Udah yah, Nak, jangan nangis lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love By Accident
General FictionNaya dan Jason berteman sejak SMA bersama ketiga temannya yang lain. Tapi, hubungan keduanya tidak terlalu dekat sejak SMA. Sejujurnya sejak lama Naya sudah memendam perasaan kepada Jason. Naya hanya menceritakannya kepada Nilam dan Dila -teman kelo...