~Pegang tanganku bersama jatuh cinta~
Sampai saat ini hubungan Naya dan Kristina tidak pernah membaik malah makin memburuk. Kristina menghampiri Naya di dapur rumahnya yang memang hanya ada mereka berdua.
"Enak yah, berasa jadi Nyonya sekarang," kata Kristina.
Naya yang sedang meminum susu hamilnya hampir saja tersedak saat mendengar kata-kata Kristina. Iya, dia baru pulang lagi beberapa hari yang lalu, yang bikin suasana neraka buat Naya.
"E ... nggak, Ma."
"Kamu lupa, panggil saya Nyonya!"
Mendengar itu Naya menelan salivanya susah payah. Naya meletakkan gelasnya pelan-pelan takut jatuh dan pecah malah nambah masalah.
"Ma ... maaf Nyonya."
"Kamu minum pake air saya, kan?"
"I ... iya."
Kristina mendekati Naya dan menarik dagu Naya agar menatap matanya. "Mulai saat ini apapun yang kamu pakai di rumah ini harus bayar termasuk air sama listrik, enak aja gayanya kayak yang punya rumah. Bulan ini setiap tanggal dua puluh bayar lima ratus ribu belum termasuk air yang kamu minum tadi!" Setelah mengucapkan itu Kristina menghempas kasar dagu Naya dan pergi meninggalkannya.
Perlahan air matanya mulai turun saat mendengar ucapan Kristina. Bagi Naya mending tidak usah menikah dengan Jason daripada harus menerima neraka yang Kristina buat.
Naya menghapus air matanya kasar. "Aku nggak boleh nyerah demi anakku."
***
Naya baru keluar dari kelasnya langsung terkejut saat mendapati Rahardi sudah di depan kelasnya sambil membawa bunga Lily.
"Kamu kagetin aku aja, terus ngapain pake bawa-bawa bunga segala."
Rahardi tersenyum dan menyodorkan bunganya pada Naya. Naya yang masih bingung hanya diam menatap bunga itu.
"Nay, buru ngapa diambil pegel tau," ucap Rahardi.
"Hah?"
"Hoh. Lama dah." Rahardi langsung menaruh bunga itu di tangan Naya sambil menarik tangan Naya pergi dari depan kelasnya yang mulai ramai.
Naya masih bingung sampai mereka sampai di kantin kampus.
"Di, kamu ngapain kasih aku bunga? Aku kaya kuburan baru kamu kasih bunga."
Mendengar itu Rahardi memutar bola matanya malas. Pertanyaan Naya yang ngaco bikin Rahardi sebal, masa dia menyamakan dirinya seperti kuburan baru.
"Itu bunga beli mahal-mahal dibilang buat kasih kuburan baru sembarang, buat ngasih kamu lah, udah makan dulu nanti aku jelasin."
Naya meletakkan bunga lily-nya dan memakan pesanan mereka. Mereka makan dalam hening sampai akhirnya Jason dan Cinthia datang untuk makan di kantin.
Hanya sekilas Naya melihat Jason, setelah itu dia melanjutkan makan. Rahardi yang merasa tahu kegelisahan Naya langsung menggenggam tangan Naya dan mengusapnya.
Lagi-lagi Naya berkedip-kedip sebenarnya ada apa dengan Rahardi hari ini.
Diam-diam juga Jason melirik ke arah Naya dan tangan Rahardi yang menggenggamnya ada rasa marah yang menyelimuti melihat kedekatan Naya dan Rahardi, tapi Jason berusaha menepis dan membuang pandangannya ke arah lain.
Rahardi terus menarik tangan Naya sampai ke taman belakang kampus. Lumayan hari ini tidak banyak orang yang datang ke situ.
"Di, aku kemarin ketemu Carmela." Naya buka suara soal bertemunya mereka.
Rahardi menatap Naya tidak percaya. Sebenarnya memang sudah lama juga Rahardi tidak bertemu mantan tunangannya. Rasanya awal dia begitu berat melepas Carmela, tapi entah kenapa makin ke sini dia merasa biasa saja dengan Carmela.
"Terus Carmela ngomong apa sama kamu?" tanya Rahardi sambil menatap mata Naya.
"Sebenarnya kenapa kamu batalin pertunangan kamu? Carmela bilang batalnya pertunangan ini, aku harus nanya sama diri aku sendiri."
Rahardi tersenyum dan menggenggam tangan Naya. "Nggak usah didengerin omongan Carmela."
Setelah itu Rahardi mengusap pipi dan tangannya mengusap perut Naya yang menimbulkan getaran aneh. Naya merasa nyaman seperti ini.
"Hay, sayang, baik-baik di perut Mama kamu, yah, kita semua menantikan kamu lahir," ucap Rahardi yang sukses membuat air mata Naya mengalir.
Rahardi malah panik melihat itu. "Lho, lho, Nay kok nangis kenapa sakit perutnya? Kram atau apa?"
Naya menangis sambil terkekeh. "Semenjak hamil aku jadi sedikit sentimentil aja, Di, a ... aku nyaman pas kamu usap perut a ... aku," ucap Naya langsung menunduk.
Mendengar itu Rahardi membawa kepala Naya untuk bersandar pada pundaknya dan tangannya mengusap perut Naya.
Naya memejamkan matanya sejenak, sambil membayangkan yang di sampingnya ini Jason, tapi rasanya nggak mungkin.
Tangan Rahardi yang lain merapikan anak rambut Naya.
"Nay, aku mau ngomong cuma sekali nggak ada pengulangan dan aku harap kamu terima."
Naya hanya diam dan memejamkan matanya.
"Nay, aku tau kamu nggak bahagia sama Jason, dan entah sejak kapan aku mulai sayang sama kamu, Nay."
Seketika mata Naya terbuka dan Naya tidak bisa berkata apa-apa lagi.
"Di ..."
"Aku belum kelar ngomong, Nay, dengerin aku dulu sampai kelar. Emang rasanya aneh Nay, cuma aku nggak bisa liat kamu terus-terusan disakitin sama Jason dan mamanya. Aku sayang kamu, Nay, gimana kalau kamu cerai dari Jason dan nikah aja sama aku?"
Mendengar itu Naya duduk tegap memandang Rahardi tidak percaya. Naya baru saja ingin menjawab, tapi tangannya di tarik untuk berdiri.
"Sampai kapan pun aku nggak bakal cerai dari Naya!"
Rahardi ikut berdiri dan memandang Jason remeh. Iya, Jason yang tiba-tiba datang menarik Naya.
"Kenapa? Biar enak nyakitin Naya terus. Mikir dong Jas, punya otak di pake, dia lagi hamil tapi kamu terus terusan nyakitin dia belum lagi ..."
Jason sudah melayangkan satu bogeman ke wajah Rahardi. Tanpa berkata apa-apa lagi Jason menarik paksa pergi Naya.
Rahardi bangkit dan melihat Naya yang makin menjauh. Sebelum pergi Rahardi melihat bunganya terjatuh begitu saja.
.
.
.
Apa-apaan nih, Jasonn😭😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Love By Accident
Ficción GeneralNaya dan Jason berteman sejak SMA bersama ketiga temannya yang lain. Tapi, hubungan keduanya tidak terlalu dekat sejak SMA. Sejujurnya sejak lama Naya sudah memendam perasaan kepada Jason. Naya hanya menceritakannya kepada Nilam dan Dila -teman kelo...