6. SP?

8.7K 520 14
                                    

Kenapa, kamu selalu saja mengejar yang sama sekali tidak melihatmu, padahal aku yang mati-matian mengejarmu tidak kau hiraukan?

Seminggu kemudian, setelah terakhir pertemuannya dengan Jason, pagi ini Naya dengan mata sedikit sayu dengan lingkar panda yang cukup sangat terlihat ini memiliki jadwal yang padat. Dia harus mengurus uang kuliahnya dan meminta keringanan waktu, karena belum bisa melunasi uang semesternya. Sehabis itu dia harus menarik online dan sorenya menjemput ayahnya dari rumah sakit.

Syukur hari ini terakhir ayahnya di rawat dan sudah boleh pulang. Jujur saja, jika harus menambah biaya rumah sakit lagi Naya bisa pusing harus mencari uangnya kemana lagi.

"Nay," panggil Rahardi yang tiba-tiba muncul dan langsung merangkul temannya.

Naya hanya menghadap ke Rahardi lalu tersenyum manis.

"Duileh, Non, masih pagi muka di tekuk ae kaya cucian di peres." Ledek Rahardi

"Emang aku apaan di peres-peres," semprot Naya sambil menatap tajam Rahardi.

"Nay, Nay, di peres-peres kan enak." Ceplos Rahardi.

Mendengar ucapan Rahardi membuat langkah Naya spontan berhenti. Mendapat gerakan tiba-tiba berhenti dari Naya membuat Rahardi menoleh.

"Kok berhenti sih, Nay?" Tanya Rahardi.

"Apaan yang di peres-peres enak?"

Mendengar ucapan Naya membuat Rahardi terkekeh geli dan mengacak rambut Naya. "Aku lupa lagi ngomong sama anak kecil. Itu lho, jeruk peres kan di bikin minuman enak, segerrr."

Lalu, mereka kembali berjalan. "Kamu ngapaiin ikutin aku sih, Di, kan beda fakultas tahu."

"Nganterin Tuan Putri biar gak nyasar." Jawaban asal Rahardi membuat Naya kesal. Kelakuan Rahardi memang tidak seperti biasanya sejak seminggu lalu.

Malah, Rahardi sempat-sempatnya membatalkan janji dengan Carmela dan malah mengajak Naya nongkrong di kafe depan kampusnya. Sebenarnya, itu bukan masalahnya. Yang menjadi masalahnya, Rahardi terus saja menempel kepadanya mau di kampus atau lagi jalan bareng.

"Di, kamu lagi ada masalah sama Carmela?" Tanya Naya tiba-tiba.

Spontan Naya kaget, karena Rahardi memegang kedua tangannya. "Apapun yang terjadi kamu gak akan sendiri Nay, aku akan selalu ada di samping kamu. Udah ah aku gak jadi nganter kamu, aku laper." Setelah mengucapkan itu Rahardi langsung berbalik dan pergi meninggalkan Naya yang masih bertanya-tanya.

Dari kejauhan ternyata Carmela tunangan Rahardi terus memperhatikan mereka berdua.

***

Naya membuka ruang akademik dengan ragu. Pasalnya, pembayaran semester kemarin saja belum lunas, ini Naya sudah minta keringanan kembali.

"Kenapa lagi Naya?" Tanya petugas di ruang akademik yang sangat hapal dengan wajah Naya.

Naya tersenyum tidak enak, dia tahu pasti si petugas sudah tahu dia kesini untuk apa. "Ehm, Bu a-aku mau bayar, tapi setengah dulu," ucap Naya sedikit ragu sambil menyodorkan amplop coklat yang berisi uang pembayaran kuliahnya.

Ibu petugas ruang akademik hanya geleng-geleng kepala dan mengambil amplop coklat itu dari tangan Naya. "Nay jangan keseringan kaya gini, ini kampus Nay bukan warteg yang bayarnya kurang Mulu."

"I-iya Bu maaf, Nay, bakal lunasi secepatnya."

Si ibu petugas itu mulai menuliskan bukti pembayaran Naya. "Kamu kenapa gak ambil beasiswa aja, Nay?"

Love By AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang