Dua hari kemudian. Akhirnya demam Leo turun dan bisa masuk sekolah. Tapi, wajah cowok itu terlihat masih sedikit pucat.
"Le, lo masih sakit?" Nada menatap khawatir cowok di sebelahnya itu.
"Gak.” Jawaban yang sangat singkat.
"WOI!"
Nada tersentak, bukan hanya dia, seluruh siswa yang ada di sana juga sama kagetnya dengan Nada. Mereka semua mengalihkan pandangannya ke depan kelas, mereka mendapati sang ketua kelas berdiri tegap di sana.
"Acakan bangku ya.” Ucap Bryan setelah semua memerhatikan dirinya.
"Yah kok diacak sih." Protes Nada. Dia sudah nyaman dengan posisi bangkunya saat ini, dekat dengan kipas, tembok, tempat yang strategis untuk tidur, Nada sangat tidak rela jika pindah.
"Gak mau pisah sama babang Leonardy nih ceritanya.” Sindir Aprillio dari bangkunya. Teman-teman sekelas Nada langsung bersorak Cieee dengan kompaknya.
“Serah kalean deh serah.” Meski terlihat marah, sebenarnya Nada sedang berusaha keras menahan munculnya rona merah di pipinya.
Pelan-pelan Nada melirik ke arah Leo. Dia melihat Leo sedang tersenyum tipis. "Ngapain lo senyum-senyum?"
Raut wajah Leo tiba-tiba kembali dingin seperti sebelumnya. Nada benar-benar tidak mengerti isi hati dan pikiran cowok itu, dia sangat tidak bisa ditebak.
Apa dia seneng disorakin? Tanya Nada dalam hati.
Sang ketua kelas X-1 kini tiba di samping bangku Leo dan Nada, dia menyodorkan topi abu-abu yang berisi beberapa lipatan kertas kecil. Nada mengambil satu kertas dari sana, dia membukanya perlahan, sambil sedikit berharap agar mendapat nomor yang sama dengan Leo. Ini semua karena perkataan Aprillio, Nada jadi berharap satu bangku lagi dengan Leo.
"Nomer berapa?" Leo bertanya pada Nada sebelum membuka lipatan kertas yang dia ambil.
"Enam belas.” Nada menoleh kearah Leo.
Leo mengangguk, kini ganti dia yang membuka lipatan kertasnya. “Tiga belas.” Cowok itu membaca apa yang ada di kertasnya. Nada kecewa mendengar itu, bangku Leo ada di pojok kiri sedangkan Nada ada di pojok kanan.
"Bangku kita jauh Le, gak bakal ada yang nulisin catetan lo lagi dong.” Nada terkekeh pelan.
"Kan ada temen sebangku.” Sahut Leo.
"Ya kalau dia mau lo suruh-suruh.” Nada menaik-naikkan alisnya.
Leo menopang dagunya, “Nyuruh kan gampang.”
"Iya gampang, nurutinnya juga gampang, yang susah itu ikhlasnya.” Nada tersenyum sekilas kemudian dia mengambil tasnya, dia berpindah ke bangku yang sudah di tentukan tadi. Leo menatap kepergian Nada, setelah itu dia juga pergi dari bangku itu.
“Sial, kenapa sih sebangku sama lo.” Nada menatap sinis Bryan yang ternyata sebangku dengannya.
"Yo Nada!" Bryan menyapa Nada dengan semangat sok akrabnya. Nada hanya memasang wajah datar lalu meletakkan barangnya dan duduk begitu saja tanpa menghiraukan Bryan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Leonada
Novela Juvenil[Cek on DREAME for complete story] Link on profile #284 in Teen Fiction (25/5/2018) "Lo tuh gak pantes jadi pacar gue!" bentak cowok itu. "G-g-gue gak ngarep jadi p-pacar lo Le" kata cewek itu dengan terisak menahan tangis. "Ya! Karena itu gak bakal...