"Apa sih Chan? Hobi banget deh lo gangguin gue." Ucap Yena ketus.
"Galak amat lo. Bagi nomor Rachel dong." Pinta Chani diiringi senyuman memelasnya. Tapi Yena sudah kebal dengan itu semua.
"Minta aja sendiri kenapa? Susah banget minta nomor doang." Ujar Yena, tangannya tetap menulis tugasnya.
"Malu dong coeg. Masa gue minta sendiri? Lo kan temen satu dance crew-nya." Ucap Chani sambil menoyor pelan kepala Yena pelan.
"Ya, usaha dong blegug." Ucap Yena keukeuh. Ya sebenarnya ada alasan lain Yena tak memberikan nomor ponsel Rachel.
"Plis dong Yen. Lo bantu kek temen lo yang ganteng ini biar bisa deket sama Rachel. Janji dah gua, ntar gue traktir siomay Om Jonghyun." Kali ini Chani mengeluarkan jurus andalannya. Siomay itu makanan kesukaan Yena.
"Enggak mau! Udah ah, gue mau ke Green House dulu." Ujar Yena kemudian pergi meninggalkan Chani sendirian.
"Woy! Yena! Main tinggalin aja lo. Yena! Woy!" Teriakan Chani tak digubris Yena.
Yena memasuki Green House yang dikelola Team Adiwiyata sekolah. Matanya menangkap beberapa kunyit dan lengkuas yang layu.
"Ini gak disiram apa ya? Ya ampun! Petugas piket green house hari ini mana sih?!" Yena ngedumel sendiri. Kakinya melangkah mengambil ember dan langsung menuju kran untuk mengambil air.
Yena kembali dengan ember berisi air. Tangannya mengambil botol air mineral kosong dan menyiram beberapa tanaman yang layu.
"Kenapa sih gue jadi bego gini?" Ujar Yena pada dirinya sendiri. Kini ia berjongkok dan tangannya mulai menggemburkan tanah.
"Udah jelas dia naksir temen gue, masih berharap juga dia suka sama gue? Dodol lo Yena!" Yena kembali meracau tidak jelas. Tanpa disadarinya sudah sedari tadi Nancy berdiri didepan pintu memerhatikan Yena yang mengatai dirinya sendiri.
"Ya makanya lo ungkapin dong pinter." Nancy berjalan mendekati Yena.
"Eh Nan, dari kapan lo disini?" Yena mengabaikan perkataan Nancy tadi.
"Udah dari tadi. Lo naksir Chani kan?" Tebak Nancy.
"Dih, sotoy lo." Yena tertawa tak ingin mengakui.
"Ngeles mulu lo. Nih ya gue bilang, sebaiknya lo yang ngungkapin duluan. Masalah jawaban dia itu urusan belakangan." Nancy menasehati Yena. Yena diem bingung mau nanggepin apa.
"Tuh kan lo diem! Udah ah gue mau ke kaur Osis dulu. Jangan lupa pikirkan kata-kata gue." Nancy langsung menghilang dari balik pintu green house.
"Woy Nancy! Dih apaan sih tu anak?" Ujar Yena. Namun, ia tetap memikirkan perkataan Nancy tadi.
"Kan gue jadinya kepikiran!" Teriak Yena pada dirinya sendiri.