Fifteen

1.1K 179 24
                                    

Saeron akhir-akhir ini lagi aneh banget. Dia hobinya sendirian, Yena yang notabenenya temen akrab Saeron heran.

"Saer? Jajan gak? Gue mau ngantin nih", ajak Yena.

"Hmm, ntar gue nyusul deh", jawab Saeron ragu.

"Oh, okee", Yena dengan heran pergi ninggalin Saeron buat jajan.

Saeron duduk di kursinya Choerry, pas banget didekat jendela. Saeron liatin anak-anak dilapangan yang lagi pada olahraga, kebetulan itu kelasnya Renjun.

"Gua sayang lo, dan lo sayang dia, kayanya gue emang harus buang perasaan ini jauh-jauh", lirih Saeron dengan mata yang berkaca-kaca.

"Saer, kok gak jadi nyusul?" tanya Yena. Karena sampai bel masuk berbunyi lagi Saeron tetap tak menyusul Yena ke kantin.

"Eh iya gue lupa", Saeron segera berbalik dan mendapati Yena tengah berdiri disebelahnya.

"Saking asyiknya mandang Renjun nih", goda Yena, Saeron hanya tersenyum malu.

"Kelas kita gak ada guru nih, gue mau ke green house. Lo ikut gak?"

"Gue laper Yen, mau kekantin aja", jawab Saeron.

"Siapa suruh tadi gak nyusul, yuk barengan ntar pisah di lab Ipa aja", Yena langsung menggandeng Saeron.
Sampai didepan lab Ipa mereka pisah, Saeron belok kiri, Yena belok kanan. Perjalanan ke kantin yang harusnya cuma 2 menit jadi makan waktu 5 menit karena Saeron jalannya pelan banget.

"Buset kak, jalan lo lama amat", komentar Justin pas ngelewatin Saeron.

"Bodo".

Sampai kantin Saeron malah cuma pesen soft drink doang, mood makannya mendadak hilang ketika melihat Renjun dkk lagi duduk dikantin juga. Sekarang fokus Saeron pada pemandangan diluar kantin. Dan entah mengapa ia malah nangis.

Akhir-akhir ini mood Saeron emang lagi gak bagus banget. Kadang-kadang dia bisa happy sehappy-happynya, nanti tiba-tiba bisa sedih sesedih-sedihnya. Saeron sendiri juga suka bingung dengan diri dia sendiri.

Saeron mengusap air matanya kasar. Berharap seseorang tak melihat ia tengah bersedih seperti ini. Entah apa yang disedihkan Saeron, ia pun tak tau.

"Hobi lo emang nangis ya. Kenapa akhir-akhir ini sering ngehindarin gue?" tanya seseorang yang duduk didepan Saeron kini.

"G-gue cuma lagi sibuk aja", sebisa mungkin Saeron menghindari kontak mata dengan pemuda didepannya ini.

"Sibuk ngapain? Perasaan lo happy-happy aja tuh", cibir pemuda itu.

"Hati seseorang gak ada yang tau kan? Mungkin aja luarnya gue happy tapi hati gue menjerit", dengan segenap keyakinan Saeron menatap pemuda itu alias Renjun.

"Hmm, iyaa sih. Oh iyaa nih sapu tangan usap air mata lo jangan biarin dia jatuh", Renjun mengacak pelan rambut Saeron. "Gue duluan ya, Ningning nungguin", ucap Renjun berlalu.

"Seandainya lo tau, kalau elo orang yang selama ini gue harapkan", lirih Saeron menunduk tanpa tau jika Renjun masih berdiri disana.

"Dan seandainya lo juga tau, kalau selama ini lo orang yang paling gue sayang", balas Renjun pelan kemudian berjalan. Mungkin Saeron tak dapat mendengarnya karena ia sudah hanyut dalam isak tangis sambil menggenggam sapu tangan putih milik Renjun.

🔫🔫🔫

"Somi tega emang biarin gue sendirian jalan kekantin dan milih mabar Ml", dumel Jinsol sambil berjalan menuju arah kantin. Cacing-cacing yang sejak tadi berbunyi ingin segera diberi asupan.

"Mirip Saeron deh itu, tapi kok kaya lagi nangis", ujar Jinsol bermonolog.

"Lah emang Saeron", Jinsol langsung berlari menghampiri Saeron.

"Loh Sae? Lo kenapa?"

🔫🔫🔫

Yeayyy double update for today🎉🎉
Oh iyaa buku ini otw tamat loh, tinggal 2 atau 3 chapter lagi (maybe)
Tinggalin jejaknya sayangku😘
Hope you like it guys😊😊😊





Gurlz ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang