3

41 2 1
                                    

Dagdigdug dagdigdug
Anggap saja itu bunyi detak jantungku saat bersamamu yang aku nikmati sebagai alunan musik terindah yang pernah kudengar dan kaulah yang menciptakannya.
Terimakasih.

-Virgiawan Bintang Asnanta-


Bel pulang terdengar berkumandang diseantero sekolah. Kelas XI ips 2 mengakhiri pembelajaran dengan salam yang diucapkan ibu Rofika selaku guru bahasa Indonesia.

Semua siswa berhamburan keluar untuk segera pulang.

"Gue duluan yah Qi" ucap Kania seraya berjalan keluar kelas meninggalkan Qia.

"Okee"

Sekarang hanya Qia yang sendiri yang masih didalam kelas.

Setelah selesai membereskan buku-bukunya yang tadi berserakan diatas meja, Qia bergegas berjalan keluar kelas yang sudah sepi.

"Qia"

Panggilan seseorang dari belakang membuat Qia menoleh. Eza berseru memanggil nama Qia yang sudah mendahuluinya.

Eza berjalan cepat dan mensejajarkan langkahnya ketika Qia sudah ada disebelahnya.

"Hai" sapa Eza

Qia hanya diam menatap laki-laki didepannya dengan tatapan bingung.

"Gue Eza, temen Ivan yang tadi makan bareng dikantin" lanjut Eza seperti mengerti dengan apa yang dipikirkan Qia.

"Eh, sorry gue lupa" jawab Qia dengan senyum tipis dibibirnya

"Oke nggak papa, minat buat pulang bareng gue ngga?"

"Eh, sorry bukannya mau nolak tapi gue bawa sepeda. Lain kali aja yah, gue duluan"

Qia berjalan meninggalkan Eza dibelakangnya. Entah karena apa, rasanya Qia ingin segera pergi dari sana.

"Besok sempetin ngga usah bawa sepeda biar bisa pulang bareng gue" ucap Eza dengan cukup keras karena Qia sudah jauh didepannya.

Qia hanya berbalik dan memberikan senyumnya pada Eza.

Qia berjalan menyusuri koridor sekolahnya yang sepi karena memang banyak siswa siswi SMA Yadika yang sudah pulang kerumahnya masing-masing karena memang sudah jam pulang sekolah, ini membuat Qia bisa bebas berjalan tanpa ada yang memperhatikannya.

Sejak Bintang sering ribut dan menjahili Qia, entah kenapa banyak siswa siswi yang memperhatikan Qia setiap dia melewati kerumunan, terutama jika Qia sudah melewati segerombolan siswa perempuan yang biasa disebut Bintang fans club yang dipimpin oleh Salsa, perempuan yang begitu terobsesi menjadi pacar Bintang, pasti dia akan menatap Senja dengan tatapan sinisnya dengan wajah kesal yang seperti siap mencakar Qia kapan saja. Padahal Qia sendiri merasa kesal saat bertemu Bintang. bukan tanpa alasan, siapa orangnya yang tidak marah jika terus-terusan dibuat kesal oleh satu orang yang menyebalkan.

Padahal tanpa Qia tau, itu salah satu cara Bintang agar bisa dekat dengan Senja-nya.

Qia mengambil sepedanya diparkiran, segera dia menaiki sepedanya menuju keluar gerbang.

Brugh

"Aduh, gila lo yah! Ngapain berhenti didepan gue, sengaja kan lo?" omel Qia

Entah dari mana datangnya tiba-tiba saja Bintang muncul dengan motornya didepan Qia yang sontak membuat Qia kagok dan jatuh dari sepedanya.

"Kurang kerjaan banget tau ngga tiba-tiba muncul kaya kecoa terbang" lanjut Senja masih dengan nada keras mengomeli Bintang

"Anak marmut kalo udah ngomel lancar banget ngga ada titik ngga ada koma kaya seles perabotan rumah tangga" celetuk Bintang yang kemudian terkekeh.

dia, SenjakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang