12

14 0 0
                                    




"Raffa" ucap Qia lirih dengan
mata yang berbinar karena kebahagiaan datang menghampirinya malam ini.

"Iya aku Raffa, emang kamu pikir siapa? Kurir JNE?" tanya Raffa yang dibalas kekehan dari Qia.

"Kurir JNE kayaknya ngga ada yang seganteng kamu" senyum kebahagiaan Qia tak pernah pudar dari bibir mungil gadis itu, masih tak percaya bahwa orang yang ditunggunya benar-benar ada di hadapannya sekarang.

"Anak kecil ngga boleh godain yang lebih tua"  balas Raffa tertawa renyah.

"Iya aja yang udah mau masuk universitas" Qia terkekeh yang kemudian dihadiahi usapan sayang dari Raffa di kepalanya.

Untuk selanjutnya, Qia mengajak Raffanya masuk, duduk bergabung dengan Abangnya.

"Iya aja yang lagi temu kangen" celetuk Indra saat Qia dan Raffa duduk di kursi sebelahnya.

"Sirik aja lo" balas Raffa.

"Ngapain lo balik lagi ke Indonesia?" tanya Indra.

"Bahagiain adik lo lah" Raffa melirik Qia dengan ekor matanya.

Qia merasa pipinya panas dan memerah, tersipu malu karena ucapan Raffa.

"Alah lagu lo, najis" ejek Indra.

"Ngga seneng banget lo liat gue bahagia" sergah Qia yang kesal dengan abangnya. "Udah jangan ladenin dia." rengek Qia pada Raffa.

"Berasa jadi obat nyamuk gue" ucap Indra yang kemudian meninggalkan ruang tamu menuju kamarnya.

Qia merubah posisi duduknya menghadap Raffa sekarang.
"Aku mau tanya" ucap Qia mencoba serius.

"Anak kecil mau nanya apa?" tanya Raffa mencubit pipi Qia.

"Aku serius Raffa"

"Oke, aku serius" ucap Raffa yang juga menhadap Qia.

"Kenapa kamu sama sekali ngga ngasih aku kabar?" tanya Qia mulai mengintrogasi.

"Jangankan kamu, keluarga aku aja ngga ada yang aku kabarin" jawab Raffa tenang.

"Maksudnya?" bingung Qia.

"Aku disana itu belajar Qi, bukan liburan. Boro-boro mau telvonan, megang hp aja ngga." jelas Raffa.

"Kamu serius?" tanya Qia masih ragu.

"Aku selalu serius sama kamu" jawab Raffa mengacak rambut Qia dengan manja.

Senyum Qia terlihat sangat bahagia mulai malam ini, dan mungkin akan seterusnya.

"Jangan pergi lagi yah" ucap Qia lirih.

"Iya sayang" balas Raffa yang kemudian memeluk sayang gadis dihadapannya.

***

Qia bergegas keluar dari kamarnya, orang yang disayanginya sudah menunggu di depan rumah untuk mengantarnya pergi ke sekolah.
Pagi yang indah. Batin Qia dengan cengiran lebarnya.

Raut wajahnya terlihat berbeda pagi ini. Matanya berbinar, pipinya merona, bibirnya selalu mengulas senyum sepanjang ia berjalan menuruni tangga.

"Mah, Qia berangkat" teriak gadis itu.

"Ngga bareng abang kamu?" tanya Delia dari dapur.

"Ngga, Qia berangkat sama calon mantu mamah" ucapnya kemudian disertai tawa.

Mamahnya memang sudah tau hubungan Qia dengan Raffa sejak mereka baru jadian, bahkan Delia tau tentang Raffa yang pergi tanpa memberi kabar pada anaknya selama delapan bulan lamanya itu. Dan kini kebahagiaan anaknya sudah kembali.

dia, SenjakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang