8

21 2 0
                                    

Lo punya gue, dan cuma punya gue. Gue ngga suka berbagi.

-Virgiawan Bintang Asnanta-

Bintang sudah duduk di kursi panjang belakang sekolahnya, sudah hampir sepuluh menit orang yang ditunggu Bintang tidak muncul juga. Jika menit selanjutnya Salsa tidak juga datang, sudah pasti Bintang akan pergi dari tempatnya duduk sekarang.

"Bintang" panggil Salsa, memecah kekesalan Bintang.

Yang dipanggilpun menoleh pada asal suara.

"Lo hampir telat 30 detik lagi" ketus Bintang menatap Salsa kesal.

Salsa sudah duduk disamping Bintang. "Lo bener-bener itungan banget" Salsa terkekeh.

"Waktu gue bukan cuma buat lo aja" jawab Bintang datar.

"Iya gue tau. Gue cuma mau ngomong semua yang udah ngga bisa gue tahan lagi" Salsa menatap Bintang yang masih diam tanpa balik menatapnya. "Sejak saat itu gue udah suka sama lo Tang, tapi gue ngga berani berharap banyak karena lo selalu diem dan ngalah sama Eza."

"Lo suka gue tapi nerima Eza, apa maksudnya?" tanya Bintang sinis. "Gue emang pengecut ngga berani bilang suka sama lo sampe gue biarin Eza maju buat nembak lo" lanjut Bintang menatap Salsa didepannya.

"Eza ngga pernah tau kalo lo suka juga sama gue Tang. Gue juga terpaksa nerima Eza karna gue kira itu bisa bikin lo cemburu dan mancing lo buat lebih berani buat nembak gue." ucap Salsa dengan matanya yang sudah berkaca.

"Lo salah. Dengan begitu gue lebih mikir kalo lo emang lebih milih Eza dibanding gue" Bintang kembali membuang tatapannya dari wajah Salsa.

"Tapi sekarang gue milih lo Tang, dari dulu gue milih lo" seru Salsa sudah tak kuat menahan air matanya yang sudah siap tumpah sedari tadi.

"Tapi gue udah ngga milih lo" jawab Bintang kembali menatap Salsa. "Gue pulang" lanjutnya seraya berdiri dari duduknya dan pergi meninggalkan Salsa.

Salsa hanya menatap kepergian Bintang tanpa berniat menghentikan langkahnya.

Bintang berjalan menuju parkiran sekolah. Matanya beredar mencari orang yang harusnya menunggunya di parkiran.

"Kemana Senja" Bintang bedecak. Dengan segera Bintang meraih ponselnya.

"Lo dimana?" tanya Bintang.

"Gue dijalan"

"Gue kan udah bilang tunggu gue di parkiran, lo pulang bareng siapa?" ucap Bintang dengan nada kesal.

"Gue males nunggu lo. Gue bareng Bang Indra. Udah ah saat berkendara itu ngga boleh maenan hp" jawab Qia. Padahal sudah jelas dia tidak sedang berkendara, dia hanya duduk di jok motor bagaian belakang milik Abangnya dan pemiliknyalah yang mengendara. Selanjutnya Qia mematikan sambungan teleponnya dengan Bintang.

"Berkendara pala lo botak. Jelas-jelas gue yang bawa motor" sahut Indra mendengar ucapan adiknya.

"Gue duduk diatas motor, itu artinya gue juga lagi mengendarai motor lo" jawab Qia tak mau kalah.

"Kapan gue bisa menang debat sama lo sih, perasaan kalah mulu gue" ucap Indra dari balik helmnya.

"Udah suratan takdir kalo gue itu selalu menang dari lo" selanjutnya Qia terkekeh.

"Brisik lo ah" jawab Indra merasa sudah tak bisa membalas lagi ucapan adiknya.

Qia hanya semakin terkekeh melihat abangnya yang kesal.

Disisi lain Bintang masih kesal karena tidak jadi pulang bareng dengan Senja-nya. Itu karena dia harus meladeni Salsa terlebih dulu tadi.

Detik selanjutnya Bintang mengenakan helmnya dan menyalakan mesin motornya yang kemudian pergi meninggalkan parkiran sekolahnya.

dia, SenjakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang