Part 2

712 78 3
                                    


#Pagi hari yang cerah di sebuah Mansion mewah keluarga Rama Abraham.

"Rayaaa... cepat turun papi mu sudah menunggumu di meja makan" panggil Rista mama Raya

"Yes mam.. aku turun" terdengar derap langkah kaki Raya yang sedang menuruni tangga untuk menuju ke ruang makan karena untuk pertama kali setelah sekian lama Rama Abraham bisa sarapan pagi bersama keluarga kecilnya.

" pagi mam.. pagi pap.." ucap Raya seraya mencium pipi mami dan papinya.

" pagi sayang" balas mami dan papi Raya

"mau kemana kamu sayang pagi ini kok sudah rapi dan hei kenapa kau tak pakai dres pemberian papi semalam he" ucap Rama seraya memakan sarapan yang disajikan istri tercintanya.

" apa papi lupa aku harus pergi ke kantor hari ini karena ada meting penting dengan sahabat sahabatku"

"apa kau tak lelah sayang tadi malam kau pulang larut sekali jam 1 dan sekarang kau mau ke kantor lagi, jangan terlalu memforsir badan mu sayang kau bisa sakit

"tenang mam.. aku bisa mengatasi nya dengan baik jika aku lelah aku akan meminum vitamin yang kau berikan setiap minggu itu, lagian mam aku harus mengurus perusahaan kita yang sedang berjaya saat ini ya kan papi"

"ya sayang kau tenang saja istriku anak kita bisa mengatur semuanya ya kan sayang"

"sip papi"

"kau selalu saja membela Raya pap" gerutu Rista.

"yasudah aku sudah selesai mam pap.. aku berangkat sekarang ya.. oh ya nanti mungkin aku tak akan pulang karena aku ada acara jadi aku pulang ke apatartemen saja mam" pamit Raya kepada kedua orangtuanya.

"iy sayang hati-hati jangan lupa makan" ujar Rasti kepada anaknya.

Raya segera berlari menuju garansi mobil rumahnya, akhirnya Raya memutuskan untuk menggunakan mobil sport keluaran terbaru kesayangannya ini. Mobil ini hanya ada lima di dunia dan itu hanya Raya, Leon, Jack, Gino dan Sean saja yang punya. Mobil ini dirancang oleh Raya dan di buat oleh sahabat sahabatnya itu. Di dalam mobil ini dilengkapi oleh alat-alat canggih dan dapat mendeteksi jika ada dalam bahaya.

Raya memasuki kantornya dengan anggun rok pendek selutut berwarna hitam dengan memakai blezer putih tulang rambut di gerai lurus makeup yang terkesan natural menambah kesan cantik alami nya apalagi body bak model terkenal semua karyawan baik laki laki maupun perempuan menunduk hormat dan selalu mengagumi kecantikannya.

Raya memasuki lift kusus deraksi atasan dan menuju kelantai 50 lantai kusus untuk direktur utama yah Raya adalah direktur utama dari Rama Grub ini. Ting bunyi lift terbuka Raya langsung menuju ruangannya.

"selamat pagi Miss .. sahabat sahabat Miss Raya sudah menunggu semua di dalam" ujar Rani sekertaris Raya

"Ya" balas Raya

Yah Raya selain terkenal mempesona di hati para karyawan karyawannya dia juga terkenal dengan kedinginannya dan hemat dalam berbicara.

"apa kalian tak mempunyai rumah hingga sepagi ini kalian sudah datang" ucap Raya seraya duduk di singgah sananya kursi kerjanya.

"kau tau sendiri Ray kita semua ini selalu tepat waktu tak pernah ada kata terlambat walupun satu detik saja" timpal Sean yah mereka berlima berkumpul di kantor Raya Sean, Jack, Gino dan Leon.

"oke semua sudah datang .. apa yang akan kau katakan Jack sehingga kau menyuruh kita berkumpul" tanya Leon kepada Jack karena Jack subuh tadi tiba tiba meminta sahabat sahabtnya ini berkumpul di kantor Raya.

"aku dapat informasi dari Rian salah satu anak buahku katanya ada yang menyewa jasa pembunuh bayaran dariku untuk membunuh Gino" Gino yang di sebut hanya memutar bola matanya.

"kau.. apa yang kau lakukan sehingga ada yang berniat untuk membunuh mu Gin" tanya Leon kepada Gino

"kalian pernah dengar kan Mondy Alexander dari Xander's Grub itu kemarin aku tak sengaja menabrak mobilnya saat sedang di basment Club Rainbow dan parahnya lagi dia telah merebut salah satu clien besarku"

"bodoh lalu apa yang terjadi" tanya Sean

"aku sebenarnya sudah tau kalau itu mobil Mondy makanya aku tabrak saja mobilnya hahhaha kalian kan tau mobil kita dirancang dengan sangat bagus walaupun menabrak apa saja tak akan rusak.. malah mobil Mondy sampai ban mobil belakangnya copot entah kemana hilangnya dan aku langsung kabur"

"mungkin dia tau jika aku yang menabraknya dari cctv basment

"aku tak percaya hanya cuman hal sepele dia sampai ingin membunuhmu" timpal Raya

"oh.. aku ingat aku pernah merebut one night stand nya hahahha"

"kau masih saja tidur dengan jalangmu padahal kau mengencani adikku dasar brengsek" maki Jack tak terima.

"adikmu tetap nomor satu di hatiku bodoh" jawab Gino tak trima.

" sudah lah mungkin Mondy hanya main-main saja aku kenal baik dengannya nanti aku akan berusaha bicara panyanya kau tenang saja Gin.." ucap Sean seraya berdiri dari kursi dan mengecup singkat pipi Raya lalu kabur entah kemana.

"mati kau Sean beraninya kau mencium pipi ku" ucap Raya bersungut marah.

"hahahaha sabar Ray Sean kan selalu begitu.. aku pamit dulu ya.. aku harus melatih anggota baru ku" ujar Jack berdiri dan keluar ruangan.

"aku juga Ray dahh.." sahut Gino dan Leon sebelum pergi Gino mencium pipi Raya "Ginooo ya Tuhan kenapa sahabat sahabat ku tak kau ambil saja nyawanya Tuhan" marah Raya.

*

Malam hari di sebuah Mansion House mewah seseorang baru saja selesai makan malam sendiri yah dia adalah Mondy Alexander, Mondy hampir dua tahun ini tinggal di Mansion House nya sendiri karena ia ingin hidup tenang tak ingin mendengar celotehan dari kedua orangtuanya untuk segera menikah.

Maklum saja Mondy adalah anak tunggal dan ia adalah pewaris dari Xander's Grub maka dari itu orangtuanya kawatir kalau ia tak menikah padahal Mondy sendiri malas untuk berhubungan serius dengan wanita karena wanita akan merugikan baginya.

Telepon Mondy berdering

"Hallo Mom.." sapa Mondy pada orang disebrang sana

"hallo sayang.. bagaimana kabar mu apa kamu tak ingin pulang"

"aku sibuk mom maaf lusa aku akan mampir pulang"

"jangan terlalu memaksakan diri untuk bekerja boy.. dan cepatlah kesini momy dan dady mu sudah rindu pada anak tercinta"

"yah mom" jawab Mondy pada Momynya

Tut. Panggialan telefon terputus. Mondy segera beranjak dari meja makannya dan melangkah ke ruang kerja.

Nobody is perfectWhere stories live. Discover now