Part 26

426 68 21
                                    


Happy reading.






"akh.." terdengar rintihan dari mulut Raya.

Raya mencoba untuk membuka kedua matanya, ia memandang sekeliling dan menemukan Sean duduk di kursi dekat dengan ranjangnya sedang menatapnya, Raya menoleh ke arah Gino, Leon dan Jack mereka juga sedang memandanginya.

Raya hanya menangis menyadari kenyataan bahwa ia telah kehilangan ibu yang telah melahirkannya dan sekarang papinya koma, entah apa yang akan terjadi lagi padanya setelah ini.

"ke.. kenapa kalian memandangi ku se.. seperti itu" ucap Raya heran melihat ke arah sahabat sahabtnya dan mencoba untuk menghapus airmatanya.

"Ray jujur.. ada yang kamu sembunyikan dari kami" ucap Leon memandang Raya dengan tatapan tajamnya.

"maksud mu Leon.. aku gak ngerti" jawab Raya menoleh ke arah Leon yang berada di sofa seberang ranjangnya.

"kamu hamil Ray.." ucap Sean sambil memegang sebelah tangan Raya.

Degt.. bagai tersambar petir ulu hatinya, ucapan dari Sean membuat ia benar benar terkejut sambil melepas genggaman dari Sean dan meraba perutnya yang masih datar.

"aakk. Aku.. hamill.." tanya Raya sambil meneteskan airmatanya.

Entah ini berkah atau malah menambah beban dari kehidupannya.

"yah.. kamu hamil Ray usia kandunganmu hampir memasuki 2 bulan.." ucap Gino sambil menghampiri Raya berdiri di sisi ranjangnya.

"jawab dengan jujur Ray.. siapa ayah anak dari bayi yang ada dalam perutmu" tanya Leon mengikuti Gino mendekati Raya.

"aku gak tau.." jawab Raya mencoba memejamkan matanya walau rasa perih yang ada di hatinya semakin menjadi jadi.

"bagaimana kamu gak tau Ray.." bentak Sean.

"aku.. bener bener gak tau Sean" lirih Raya.

"aku tau.. itu anak Mondy kan Ray" ujar Jack.

Deght..

"bu.. bukan.."

"aku bilang jujur Raya" teriak Gino.

"aku bakalan nemuin siapa ayah dari anak yang kamu kandung dan aku pastikan detik itu juga dia akan mati" ujar Jack serius dengan ucapannya.

"jangan.. aku mohon" ucap Raya dengan menangis dalam diamnya.

"kenapa ha.." bentak Sean yang tak bisa mengontrol kemarahannya.

Bagaimana mereka berempat tidak marah dan kecewa akan kenyataan jika perempuan yang satu satunya ingin mereka jaga malah hamil di luar nikah, yah walau sekarang zaman modern atau jaman now tapi mereka benar benar kecolongan untuk menjaga Raya.

"kenapa diam.. kamu gak bisa jawab ha.." bentak Leon.

Entah ini bentakan keberapa untuk Raya saat ini yang jelas Raya benar benar pusing memikirkan kejadian hari ini.

"kami semua kecewa dengan mu Ray, dan kami benar benar marah dengan pria yang menghamilimu.. kami pamit mungkin kamu sudah tak membutuhkan kami lagi.." lanjut Sean memandang sendu ke arah Raya di angguki oleh Gino Leron dan Jack.

Sean berhenti ketika ingin membuka pintu dengan bentakan Raya , Raya yang berusaha untuk duduk, ia tak sanggup lagi menahan semua ini.

"pergi kalian..!! pergi !! .. apa kalian masih belum puas melihat aku semenderita ini sehingga kalian berniat untuk meninggalkanku sendirian ha.. apa kalian belum puas...

Hiks.. hiks.. hiks..

..aku hanya ingin melindungi pria yang sangat aku cintai melebihi rasa cintaku pada diriku sendiri, apa aku juga salah jika aku ingin melindungi ayah dari bayi ku, lalu bagai mana jika anakku lahir dia tak bisa melihat wajah ayahnya, aku harus jawab apa ha.. apa aku harus jawab bahwa dia tak punya seorang ayah..

Hiks.. hiks.. hiks..

..ya.. kalian benar, ayah dari anak ku adalah Mondy, dan aku sangat mencintainya, walaupun dia sudah meninggalkan ku dengan anakku, tapi aku tetap akan mencintainya dan aku akan menjaga buah hatiku semampuku hiks.. hikss..

..kumohon kalian mengertilah tentang perasaanku" ucap Raya dengan sesegukan.

Sean, Gino, Leon dan Jack hanya diam terpaku mendengar perasaan Raya yang ia alami saat ini, apalagi melihat Raya menangis hingga sesegukan entah mengapa mereka hanyut akan kemarahan yang mereka rasakan tadi dan berniat untuk meninggalkan Raya yang seharusnya butuh dukungan, ini tidak benar.

Sean langsung membalikkan badan menghampiri Raya dan memeluknya, tangis Raya pun semakin tumpah di pelukan Sean kini ia benar benar merasa lelah akan kejadian hari ini hingga Raya tertidur di pelukan Sean.

"Raya tidur Sean?" tanya Gino melihat Raya memejamkan matanya dan Sean mencoba untuk membaringkan Raya di ranjang.

"yah.. dia ketiduran.." jawab Sean sambil mengecup kening Raya dan mengelus puncak kepalanya.

"hei.. kamu mencium keningnya.. dasar mencari kesempatan dalam kesempitan" seru Gino melihat Sean mencium Raya.

"bodoh.. di situasi saat ini kamu masih bisa membahas yang tidak penting ha.. bagaimana jika Raya bangun" ujar Leon menatap tajam Gino.

Ginopun hanya senyam senyum tak jelas.

"Leon dan kau Gino kita harus mengurus pemakaman tante Rista secepatnya.. dan kau Sean sebaiknya kau jaga Raya" ujar Jack meninggalkan ruang kamar Raya bersama Gino dan Leon.

*

Ini sudah hari ke 35 Raya menjenguk papinya yang masih koma dan ini sudah kesekian kalinya dokter mengatakan jika perjuangan ini akan sia sia, tanpa alat alat yang terpasang di tubuh papinya, tubuh papinyapun tak akan hidup.

Kini Raya berada di depan ruangan papinya yang benar benar harus steril dari apapun dan dokterpun menyarankan agar Raya tidak sering sering memasuki ruangan papinya karena itu akan membuat bayi yang ada dikandungannya menjadi lemah oleh alat alat di dalam.

Raya hanya bisa melihat papinya dari kaca samping pintu, kemudian tangan kanannya mencoba mengelus perut nya yang sudah menampakkan bentuknya tidak rata lagi pikirnya.

Sebutir bening air matanyapun jatuh, ia segera menghapus dengan punggung tangannya. Tiba tiba ia melihat tubuh papinya di dalam seperti kejang kejang ia langsung berlari memberitahu dokter Stef. Setibanya di depan ruangan papinya dokter Stef langsung masuk.

Raya duduk di depan kamar papinya ia hanya gemeteran takut hal buruk akan terjadi, Sean yang baru kembali dari kantin rumah sakit untuk membelikan minuman untuk Rayapun langsung merangkul Raya menenangkan Raya dan membisikan kalau semua akan baik baik saja.

Beberapa saat kemudian dokterpun keluar ruangan, Raya langsung beranjak menghampiri dokter untuk menanyakan keadaan papinya, namun entah mengapa Tuhan seolah memberikan cobaan bertubi tubi untuknya atau ini memang takdir yang sudah digariskan oleh-Nya, papi Raya tidak dapat terselamatkan beliau lebih memilih menyusul istri tercintanya.

Raya mendengar itu hanya diam mematung ia benar benar sudah siap akan semua ini dan bila ini memang takdirnya ia akan menerimanya dengan lapang dada toh kedua orangtuanya pasti akan bersatu di surga.










Salam Ramonlovers.

By. Matut.INH.

Nobody is perfectWhere stories live. Discover now