Part 11

584 76 4
                                    

Happy Reading


*



"hahaha wangimu sangat harum.. sepertinya tak apa jika aku sedikit merasakan tubuhmu ini cantik" ujar William dan mencoba membuka ikatan yang ada di kaki dan tangan Raya, setelah ikatannya terlepas William menyeret tubuh Raya dengan tangan kirinya, tangan kanannya masih menjambak rambut Raya ia keluar ruangan apek ini dan menuju sebuah ruangan yang ternyata adalah sebuah kamar denga kasur king size di dalamnya. Setelah masuk di dalam kamar William membanting tubuh Raya ke kasur, ia membuka ikatan kecil di tangan Raya dan mengikatnya di kepala ranjang.

"apa yang kau lakukan lepas kumohon aku tak tau masalahmu apa padaku kumohon lepas hisk.. hiks.." Raya mencoba melawan menendang William namun William dapat menghindari tendangan yang di berikan Raya. Raya takut ia hanya bisa menangis dan berdoa semoga ada yang menyelamatkan nya.

William bangkit dari kasur setelah mengikat kedua tangan Raya di kepala ranjang dan mengikat kedua kakinya secara terpisah di ranjang. William meresa puas melihat wanita cantik yang ada di depan matanya menangis dan meratapi nasibnya. Setelah itu William merogoh poncel yang ada di saku celananya dan memotret Raya lalu ia berniat mengirim foto wanita itu kepada kekasihnya yang tak lain adalah Mondy musuhnya.

Setelah berhasil mengirim foto itu William menghampiri Raya dan mencium sekilas bibir merah ranum milik Raya.

"shuutt.. diam lah cantik aku tak akan menyentuhmu sekarang tapi jangan menolak sentuhanku nanti malam.." ujar William beranjak keluar kamar dan mengngunci pintunya.

Raya hanya bisa menangisi nasib buruk yang menimpanya. Ia berdoa dalam hati semoga ada malaikat yang menolongnya.

Kilasan kejadian dimana ia pernah menyelamatkan Mondy dari musuhnya, dimana setiap jam makan siang ia dan Mondy selalu makan siang bersama bahkan sesekali mereka jalan berdua untuk melepaskan penat akibat pekerjaan yang menumpuk.

Semua terbayang di ingatan Raya dan ia tak pernah berfikir kedekatannya selama ini menimbulkan percikan api asmara yang entah ia sadari baru kali ini ia dapat tersenyum dengan pria lain selain keempat sahabatnya.

"jika aku harus kehilangan harta paling berharga bahkan jika aku akan di bunuh oleh bedebah itu aku rela, rela demi untuk melindungimu dari nya Mondy.."lirih Raya sambil menangis meratapi nasibnya.

*

Sesaat setelah Mondy mendapatkan e-mail yang berupa foto seorang wanita yang terikat di ranjang ia menahan nafasnya sejenak dan berlari menuju mobil kesayangannya yang berada di basment kantornya. Kedua matanya memancarkan aura kemarahan yang tak bisa ia pendam. Aura pembunuh semakin terlihat setelah ia memasuki mobilnya. Lalu ia mencoba menghubungi seseorang lewat ponseknya.

Tuutt.. tuuttt..

"angkat bodoh" maki Mondy pada seseorang disebrang sana karena tidak segera menganggkat telfon darinya.

"halo"sapa sesorang dari sebrang sana

"Sean aku tau dimana Raya sekarang.. tidak ada waktu lacak GPS ponsel ku dan ikuti kemana aku akan pergi ini darurat.. bila perlu ajak sahabat sahabtmu itu untuk membantuku membebaskan Raya" ujar Mondy dengan tetap fokus mengendarai mobil dengan kecepatan penuh menembus kemacetan kota.

"sukurlah oke aku akan segera menyusulmu dengan teman teman ku" jawab Sean. Yah Mondy menghubungi Sean untuk membantunya membebaskan Raya dari William pria yang terkenal kelicikannya itu.

"bagus.. kita harus segera sampai tujuan.. karena perjalanannya cukup jauh kira kira tiga jam"

"oke"

Nobody is perfectWhere stories live. Discover now