1

3.7K 88 0
                                    

Pagi yang begitu cerah dan langit yang sangat biru di atas sana, membuat Rani tidak habis fikir jika menjelang siang akan turun hujan, tak ada tanda-tanda seperti biasanya. Awan yang gelap serta angin kencang.
Rani mengulurkan tangannya sejajar dengan bahunya, ia merasakan setiap tetes air yang jatuh dari atap sekolahnya, sesekali ia menatap ke atas lalu menatap kembali tangannya.

"Hah," Rani menghela nafas panjang, lalu kembali duduk di kuris yang ada di belakangnya sejak tadi.

Ia menatap ke arah Halte Bus yang ada di depan sekolahnya, tidak jauh, mungkin sekitar 10 Meter dari gerbang. Sejenak ia berfikir sambil menatap halte itu.

"Apa gue harus lari aja kali ya? Gak ada tanda-tanda hujan bakal redah deh," ucap Rani serayah memasukkan ponselnya ke dalam ranselnya. Dalam hitungan ketiga ia mulai berlari dan.

Bruk !

Suara hentakan benda yang tidak begitu keras, membuat pria yang berada di samping Rani menoleh. Rani melihat bukunya jatuh dan tergenang air, menatap sebentar wajah pria itu dengan kening berkerut dan mata di sipitkan lalu meraih bukunya yang terjatuh tadi.

"Yah, basah deh," ketus Rani sambil membersihkan bukunya.

Pria itu memperhatikan wajah Rani lekat-lekat, dan menatap buku Rani.

"Lo sekolah di sebelah juga?" Tanya Pria itu yang tidak mendapat jawaban dari Rani.

Pria itu berusaha mengingat wajah Rani, jelas saja ia merasa asing dengan wanita itu, karena ia juga sekolah di tempat yang sama, hampir 2 tahun rasanya ia tidak pernah melihat wanita ini.

Pria itu mengangguk paham, Nama wanita yang berdiri di sampingnya saat ini adalah Zulfa Maharani Putri.

Tanpa sadar hujan yang tadi sangat deras, kini menjadi redah, ia melangkahkan kakinya lalu menoleh ke arah Rani.

"Lo gak balik?" Tanya pria itu lagi, yang reaksinya sama dengan awal ia bertanya.

Rani kini duduk setelah beberapa menit ia menahan pinggangnya, lalu mengeluarkan ponselnya setelah ia merasakan getaran dari sakunya. Ia menatap sebentar layar ponselnya dan menggeser simbol telfon berwarna hijau di atas layar ponselnya. Ia mulai mendekatkan ponselnya dengan telingan kanannya, tak ada ekspresi dari raut wajah Rani, ia hanya menuduk setelah satu kata keluar dari mulutnya.

"Iya," Rani segera menutup ponselnya dan memasukka kembali dalam saku.

setelah beberapa menit ia duduk di kursi itu, sebuah mobil berwarna silver berhenti tepat di hadapannya, seorang pria dengan postur tubuh tegap, berkulit hitam keluar dari mobil itu sambil membawa payung, meskipun hujannya sudah redah, tapi bukan berarti air benar-benar berhenti menetes.
Perlahan pria itu mendekati Rani yang masih menatapnya.

"Silahkan naik Non," ucap Pria itu setiba di hadapan Rani Dan di balas anggukan pelan.

Mobil itu berhenti di depan rumah yang sangat mewah dengan cat tembok berwarna putih susu, Pagar luar di cat berwarna gold. Tidak bisa di pungkiri jika Rani adalah anak dari kolongmerat yang ada di Makassar. Dan itu bisa di pastikan, dari besar rumahnya, keramik-kemarik yang di injaknya saat berada di dalam rumahnya.

Ia berjalan secepat mungkin munuju kamarnya, lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur, ia menutup kedua matanya seolah banyak beban yang saat ini ia pikul.

.
.
.

Rani Pov

Aku berjalan di koridor sekokah sambil mengamati ruangan yang ada di sebelah kiriku, langkahku semakin maju menuju ruangan ketiga yang aku lewati, tidak ada yang aneh di ruangan ini, aku mencari tau ini ruangan anak 2-3 atau bukan, kudapati papan kecil di atas pintu bertuliskan kelas 2-3, aku masih berdiri di depan pintu menunggu perintah dari wali kelasku.

"Silahkan masuk!" Sahutnya terdengar jelas dari luar pintu, aku mulai mengangkat kepalaku dan melangkahkan kakiku untuk masuk ke dalam kelas.

Suara bising yang kudengar setelah melihatku berdiri di depan mereka, kini membuatku tertunduk, entah apa yang harus kulakukan, aku harus memasang ekspresi wajah seperti apa di hadapan mereka? Sedangkan mereka sangat asing bagiku, tak bisa kupungkiri bahwa aku merasa terganggu saat ini.

"Tenang anak-anak," teriak wali kelasku dan merekapun diam, 5 detik sepi membuatku kembali mengangkat kepalaku.

"Kalian kedatangan murid baru dari jakarta, silahkan perkenalkan diri kamu," ucap ibu Sinta wali kelasku dengan menatapku.

"Hai, perkenalkan nama gue Zulfa Maharani Putri, gue dari jakarta, mohon bantuannya," ujarku.

"Mau nanya dong, udah punya pacar belom?" Tanya pria yang duduk di kursi deret 3.

"Kamu tinggalnya dimana ? Kali aja aku bisa nganter kamu pulang," sahut lagi pria yang berada di sebelahnya.

Suasana semakin berisik, setelah mendapatkan sahutan dari beberapa orang yang berada di dalam ruangan itu.

"Sudah-sudah, pertanyaan itu bisa kalian ajukan saat jam istirahat, Rani kamu bisa duduk di," ucap Ibu Sinta dengan melihat kursi yang bisa kududuki sambil mengajukan jari telunjuk kanannya. "Nah, kamu duduk di sana yah," jari telunjuk Ibu Sinta terhenti di sebelah kananku deretan kursi kedua samping jendela. Aku mengguk paham dan berjalan mendekati kursiku.

"Hei, lo yang kemarin di halte bus kan?" Belum lama aku mendudukan pantatku di kursi, Suara itu yang berasal dari belakang seperti sedang berusaha mengobrol denganku. Aku menoleh kearahnya untuk memastikan, lihat wajah yang ada di depanku saat ini, seorang pria dengan raut wajah senyum lebar yang di buat olehnya. Apa ini mengapa aku ingin rasanya ikut tersenyum dengannya? Aku segera mengambil wajahku dan fokus dengan pelajaranku.

****

"Ram, lo tau gak kalo kelas 2-3 itu ada anak barunya?" Tanya Hito sambil duduk di atas mejanya.

Rama, hito, Andre dan gilang adalah Geng Badboy, jelas saja di antara mereka Rama adalah ketuanya cowok yang paling tampan dan tajir di sekolah ini, kata cewek-cewek yang ada di sekolah ini, itupun mereka mendapat julukan itu karena para fans mereka yang memberi mereka nama.

"Lah, terus?" Tanya Rama yang merasa biasa saja, ada apa dengan anak baru? Seperti mereka tidak pernah melihat anak baru.

"Iya nih, emang kenapa sih Hit?" Sahut Andre juga yang sama seperti Rama.

"Yaelah, ini cewek bro, cantik lagi, rambutnya panjang, kulitnya putih, tinggi lagi," ujar Hito antusias.

"Hem, jadi karena gue cowok, gak ada yang seantusias lo nih Hit?" Tegur Gilang sebagai anak baru juga di sekolah ini, hanya saja Gilang sudah hampir 2 bulan bersekolah di sini.

"Yeh, bukan gitu, yaa kali kita cowok-cowok antusias sama lo," ledek Hito.

****

Rani beranjak dari kursinya, ia seperti sedang terburu-buru. Pria yang duduk di belakangnya sejak tadi memperhatikan Rani yang tidak pernah menghiraukannya. Ia segera mengikuti Rani dan menghadangnya di depan pintu.

"Hai, nama gue Raka," ucapnya mengulurkan tangannya dengan senyum manis di wajahnya.

Rani menatap tangan yang di ulurkan oleh Raka lalu kembali menatap wajah Raka hanya beberapa saat, seperti biasanya Rani enggan menghiraukan Raka.

"Aduuh," rintih Raka, Rani menerobos lengan Raka yang di pasang di depan pintu.

Raka mengusap sikunya sambil menatap kepergian Rani.

"Gue tau, kalau sebenarnya lo juga mau kenalan sama gue," ucapnya dengan besar kepala.

Bahu Rani masih terlihat olehnya, Raka tidak melewatkan sedetikpun untuk memandang Rani.
Langkah Rani semakin cepat lalu terhenti, membuat Raka mengerutkan keningnya dan senyum di wajahnya tidak terlihat lagi, menunggu reaksi Rani.
Rani menoleh kebelakang tepatnya kearah Raka dan kembali berjalan lagi.
Raka terdiam bagai patung, tidak percaya bahwa Rani akan menatapnya walaupun cuman sedetik.

"Yuuhhhuu," ucap Raka girang tak karuang, membuat beberapa siswi yang lewat di depannya bingung dengan tingkah Raka, meskipun semua satu sekolah tahu bahwa Raka memang gesrek.


Bersambung. . .

Hallo-hallo😊 ini adalah tulisan pertamaku, baru belajar nulis, maaf jika banyak yang tidak dipahamai atau kebanyakan typo 😊

Kiss In The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang