1 6

554 46 2
                                    

"Ran, gw dengar-dengar Rama nembak Lo yah ?" Tanya Ira di koridor.

"Tau darimana ?"

"Yah Taulah, secara Rama itu cowok paling famous di sini, gosip dikit aja udah kesebar, emang iya yah," Ira masih terus menanyakan hal yang sama, seperti kemarin yang terus menggodaku.

"Iya," jawabku singkat, masih tertunduk berjalan tanpa memperhatikan orang-orang di sekelilingku yang terus saja memandangiku, bisa kutahu mereka sedang membicarakan ku meskipun belum Kutau pasti, tapi caranya menatapku dan caranya berbicara pada temannya yang sambil menujukku. Kalau seperti itu, orang mana yang tidak tahu jika dirinya sedang di perbincangkan ?

"Terus jawaban Lo apaan?" Lagi-lagi Ira tidak berhenti membahas soal Rama.

Aku diam, tidak ada gairah untuk membahasnya, ini masih pagi dan aku tidak ingin moodku jadi berantakan hanya karena kak Rama.

"Wah parah, seriusan, baru kali ini gue ketemu sama cewek yang sama sekali gak tertarik sama Rama," ucapan Ira terdengar sangat lebay. Jelas saja, siapa yang mau sama pria yang sukanya mainin hati cewek? Aku mah ogah.

"Gini yah Ra, kak Rama itu bukan selera gue, sekalipun kak Rama itu ganteng dan banyak duit, cakep mah masalah relatif, dan duit? Gue saat ini gak butuh itu, gue cuman butuh kebahagiaan doang, duit mah bokap gue juga punya, bukan sombong sih, tapi kalau masih bergantung sama orang tua gak usah di pamer," kuletakkan tasku di atas meja.

Selang beberapa detik, Raka menghampiriku, berdiri di depan mejaku, menatapku, kutatap juga matanya.

"Ada apa Raka? Mau tanya soal Rama juga ?" Langsung saja kuberikan pertanyaan itu pada Raka, meskipun belum kutau ada apa Raka menghampiriku.

"Gak kok, gak ada apa-apa," Raka menjauh dari hadapanku, kembali duduk di kursi nya.

"Ehh mau kasih tau aja, entar jadi kerumah kamu lagi?" ujar Raka dari belakang kursiku. Aku mengangguk pelan.
.
.
.
Di koridor sekolah Rani berjalan membawa beberapa buku bacaan yang akan di kembalikan ke perpustakaan, ia mencoba menghitung kembali berapa jumlah buku yang di bawanya. Dari arah yang berlawanan Gilang berjalan, melihat Rani yang tampak kesusahan, aslinya sih gak.

"Perlu gue bantu?" Sahut Gilang di depan Rani, Rani menaikkan kepalanya yang sejak tadi fokus pada buku-bukunya.

"Ini kan kak Gilang, ehh bukannya Gadis kemarin nanyain soal Gilang yah? Ehh apa mungkin Gilang ini? Kali aja ada Gilang lagi di sekolah ini," batin Rani.

"Kenapa?" Ucap Gilang menatap Rani.

Rani menoleh kesamping kiri dan kanan, lalu kebelakang Gilang.

"Nyariin apaan?" Tanya Gilang.

"Gak, tumben jalan sendiri, biasanya sama gengnya," ucap Rani.

Gilang menoleh kebelakang, lalu menatap kembali Rani.

"Ohh, emang harus barengan terus ? Gak kan," Gilang tertawa kecil, memperlihatkan tawa manisnya di bibirnya.

"Hem, boleh deh," ucap Rani.

"Hah? Boleh apaan?" Tanya Gilang bingung.

Kiss In The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang